NAMA Nikola Tesla (1856-1943), bukan orang kecil di dunia
listrik dan elektronika. Dialah perencana PLTA (pembangkit
listrik tenaga air) yang dipasang di air terjun Niagara, tahun
1895. Hampir 1000 ciptaannya di bidang listrik arus kuat,
frekwensi tinggi dan radio telah dipatenkan di AS. Ia lahir di
Smilyan, Yugoslavia dari lingkungan keluarga pendeta Orthodox.
Nikola lulus dari Universitas Praha, Cekoslavakia, kemudian
bekerja dan mengajar di Yugoslavia, Austria dan Perancis. Tahun
1884 dia hijrah ke New York, AS, untuk bekerja pada perusahaan
milik Thomas Alva Edison karena kekurangan modal.
Setelah memperbaiki disain 24 jenis dinamo yang tidak dibayar
bonusnya oleh Edison, tahun 1885 dia mendirikan laboratoriumnya
sendiri di New York. Baru setelah meninggal di New York, 7
Januari 1943, abu kremasinya diterbangkan ke Yugoslavia untuk
disemayamkan di Museum Nikola Tesla, Beograd.
Hasil karyanya tersebar dari Yugoslavia, Austria, Perancis
Jerman dan Amerika. Sampai-sampai seorang ahli sains Amerika,
B.A. Behrend, menyebutkan, bahwa "roda-roda pabrik akan berhenti
berputar, tram dan kereta-api listrik akan macet, dan kota-kota
besar akan tenggelam dalam kegelapan" bila dunia industri akan
kehilangan seluruh hasil karya Tesla.
Motor dan generator listrik berfase majemuk ciptaan Tesla, lampu
sinar-Xnya dan teknik pengemudian kapal jarak jauh yang
dipatenkannya tahun 1898, kini sudah merupakan barang lumrah.
Namun teorinya yang paling penting - yang dia sendiri belum
sempat sempurnakan sampai 'jadi' - adalah soal transmisi tenaga
listrik tanpa kawat itu.
Polisi Datang
Padahal teori itu sudah ditemukannya tahun 1900. Tahun itu Tesla
sudah menyatakan bahwa bumi kita sendiri dapat digunakan sebagai
penghantar tenaga listrik. Dia berpendapat bumi yang kita pijak
ini sama pekanya terhadap. getaran tenaga listrik seperti garpu
tala yang peka terhadap getaran bunyi pada frekwensi tertentu.
Malah dalam eksperimen-eksperimennya, dia berhasil menyalakan
200 lampu listrik tanpa kawat penghantar, dari sumber tenaga
yang 25 mil jauhnya.
Suatu hari Tesla menyetel sebuah oscillator (sumber getaran
listrik) pada frekwensi rendah, yang bakal memungkinkan gedung
kecil tempat dia bekerja ikut bergetar. Dan betul juga. Dia
berhasil menemukan frekwensi resonansi bangunan itu, dan
bangunan itu kontan mulai bergetar dan hampir ambruk. Getaran
itu malah terasa pula di bangunan-bangunan lain yang berdekatan.
Dan etika polisi datang, Tesla tampak sedang menghantam
oscillatornya itu dengan palu godam - ia tidak tahu bagaimana
menghentikan getarannya.
Teori Tesla itu kedengarannya agak spekulatif. Namun
sesungguhnya prinsip bumi sebagai penghantar listrik sudah
diterapkan para ahli teknik dalam transmisi listrik arus kuat
maupun arus lemah. Dalam transmisi listrik dari pembangkit
tenaga listrik ke konsumen - pabrik, rumah tangga, atau kantor -
bumi digunakan sebagai penghantar tegangan "nol" dari ketiga
fase listrik yang diangkut lewat tiga kabel udara. ltu sebabnya,
memegang salah satu kabel udara dengan tangan telanjang, sambil
menginjak tanah dengan kaki telanjang pula, menyebabkan tubuh
kita - yang juga penghantar tenaga listrik - merasakan kejutan
listrik yang bisa berakibat mematikan.
Dalam teknik radio, bumi juga diperlakukan sebagai sumber
listrik negatif. Begitu pula dalam teknik penangkal petir. Di
sini bumi dianggap sumber listrik negatif, yang dapat "menyedot"
listrik positif dari awan mendung, lewat kawat penangkal petir
gedung-gedung tinggi.
Khususnya di Kanada, teori Tesla ini sedang diselidiki dengan
harapan dapat diterapkan dalam pengiriman tenaga listrik ke
daerah-daerah terpencil, tanpa kawat. Maklumlah, tundra-tundra
bersalju di sana merupakan medan yang cukup berat bagi
petugas-petugas PLN Kanada untuk menegakkan tiang listrik setiap
100 meter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini