Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PERNAH menjadi peternak lele membuat Gibran Chuzaefah Amsi El Farizy paham bahwa bisnis ini sangat mengandalkan pasokan pakan. Sekitar 70 persen keberhasilannya ditentukan bagaimana memberi pakan secara benar. Jika telat, ikan kelaparan; jika berlebih, akan menjadi racun di kolam penampungan.
Pemuda 24 tahun ini menciptakan eFishery, nama keren untuk pengatur pakan ikan. Lulusan Institut Teknologi Bandung ini memakai aplikasi Cybreed agar pakan itu tertuang secara otomatis ke dalam kolam dengan takaran yang cukup.
Teknologinya sederhana. Ia memulainya pada 2012 setelah lulus kuliah dan menjual kolam lelenya. Dengan modal Rp 8 juta, Gibran memakai kaleng susu sapi sebagai uji coba pakan ikan. Pakan itu ditadah memakai cakram padat. Ia memakai katup penopang yang akan terbuka dan pakan kering dilontarkan oleh CD itu.
Bagaimana membuka katup itu? SMS. Dengan Cybreed, pesan dari telepon selulernya diterima oleh kartu SIM di seperangkat alat elektronik yang dicantelkan di kaleng pakan itu. Untuk mengetahui waktu lapar ikan, ada sensor dalam kolam yang menangkap gerakan ikan. Ia akan mengirimkan pesan ke kartu telepon pada kotak pakan yang memantulkannya ke telepon seluler Gibran.
Dia mengujinya di kolam para peternak ikan di Jatiluhur dan Cirata, Purwakarta. "Tes awal tiga hari dan berhasil," katanya. eFishery menangkap SMS dan melaporkannya kembali. Bentuk perintahnya adalah "kolam 1 (spasi) kasih makan". Kartu di Cybreed mengirim laporan berupa pesan: "Kolam sudah diberi makan … kilogram."
Agak merepotkan memang jika kolamnya banyak. Gibran harus mengirim SMS ke banyak alat itu secara manual. Meski memangkas waktu pemberian pakan 30 persen dibanding secara manual, mengirim pesan satu per satu tetap makan waktu. Ia pun mengajak Muhammad Ihsan Akhirulsyah dan Chrisna Aditya Wardani mengembangkan alat itu.
Ketiganya mendirikan PT Multidaya Teknologi Nusantara. Gibran menjadi Direktur Utama. Ihsan, sarjana ekonomi Universitas Padjadjaran, sebagai Direktur Keuangan, dan Chrisna, sarjana elektro ITB, menjadi Direktur Teknologi. Mereka kemudian melanjutkan riset alat dengan biaya Rp 60 juta.
Dibantu dua pekerja, mereka mengubah data SMS menjadi data serial yang bisa disimpan di iCloud, penyimpanan data maya. eFishery kemudian menang dalam lomba Mandiri Young Technopreneur 2012. "Kami mendapat hibah riset Rp 1,5 miliar," kata Gibran.
Komponen perangkat mereka dipasok sejumlah vendor. Pembuatan alatnya pun bekerja sama dengan sejumlah pekerja secara bertahap. Tahap akhir berupa perakitan dan pengujian mereka garap di tempat sendiri. Setelah dinilai sesuai dengan rencana dan harapan, mereka akhirnya merilis eFishery perdana pada Maret 2014.
Pesanan mengalir dari peternak di berbagai kota di Indonesia. Omzet perusahaan tahun ini Rp 1 miliar. Pengembangan eFishery berikutnya, mereka akan melakukan riset untuk sensor yang lebih sensitif di dalam kolam dan sensor suara untuk kolam udang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo