Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIGA mahasiswa Institut Teknologi Bandung membuat purwarupa stasiun pengisian daya mobil listrik bernama In Charge. Mereka melengkapinya dengan perangkat lunak berupa aplikasi pemantau pengisian daya yang bisa diakses lewat telepon seluler pintar.
In Charge dikembangkan oleh Rizky Budi Prasetya, Ingmar Ramzan Shidqi, dan Ratna Adriani Djohan dari program studi Teknik Elektro angkatan 2015. “Penggunaannya untuk di perkantoran, tempatnya di area parkir,” kata Rizky pada Rabu, 7 Agustus lalu.
Pembuatan In Charge dirintis sejak Agustus 2018. Ide pembuatannya berawal dari kebijakan pemerintah yang ingin mengembangkan kendaraan listrik pada 2017. Para mahasiswa itu mencari standar, menyusun spesifikasi produk, serta merancang perangkat keras dan lunaknya.
Untuk kemasan alat, mereka bekerja sama dengan koleganya di jurusan Desain Produk. “Yang paling susah bikin desain sistem listriknya,” ucap Ingmar.
Didampingi para dosen, Hilwadi Hindersah dan Pranoto Hidaya Rusmin, tim mahasiswa itu merancang In Charge dengan sistem komplet, dari pengisian hingga pembayaran listrik yang dipakai. Purwarupa In Charge ikut dipamerkan dalam Electrical Engineering Days 2019, yang digelar di ITB pada 5-7 Agustus lalu.
In Charge didesain ramping dan sederhana, menempel pada papan kayu dengan warna dominan putih. Dari perangkat utama In Charge tersambung kabel sepanjang 2,5 meter untuk mengalirkan setrum ke kendaraan listrik. “Mobil listrik bisa diisi tanpa harus ditunggui pemiliknya,” kata Ratna.
Pengguna bisa memantau proses pengisian listrik dari tempat kerjanya lewat aplikasi smartphone yang juga bernama In Charge. Aplikasi tersebut bekerja pada ponsel dengan sistem operasi minimal Android 5.0 atau Lollipop. Informasi ditampilkan dalam waktu nyata (real-time) lewat jaringan Internet.
Satu area parkir bisa dipasangi hingga lima perangkat In Charge. Untuk itu, lokasi penempatan In Charge harus memiliki ketersediaan daya listrik setidaknya 6,4 kilowatt. “Daya listrik di kantor biasanya 50-200 kilowatt,” tutur Ingmar.
Menurut Ingmar, durasi pengisian daya bergantung pada kapasitas baterai yang digunakan kendaraan listrik. “Kira-kira untuk mobil dengan baterai 30 kWh butuh enam-delapan jam pengisian,” ujarnya.
Keamanan pengguna menjadi perhatian para pembuat In Charge. Setrum baru akan mengalir dari In Charge ketika penyalur (plug) dimasukkan ke soket di mobil listrik. Ujung kabel dari stasiun pengisian bahkan aman dipegang. “Pengguna tidak akan tersengat listrik,” kata Ingmar.
In Charge juga dilengkapi sistem pengaman tambahan untuk mengantisipasi kebocoran setrum akibat kabel putus atau sebab lain yang bisa menyengat pengguna. Sistem segera memutus aliran listrik begitu mendeteksi ada masalah. “Dalam waktu 30 milidetik,” ucap Rizky.
Pembayaran bisa dilakukan lewat aplikasi setelah memindai QR code yang muncul dari mesin. Menerapkan cara “pra-bayar”, mereka merancang sistemnya agar bisa disambungkan dengan penyedia jasa layanan pembayaran daring (online).
Kabel komunikasi dari perangkat ke mobil ikut menunjang aliran data ke server dan pengguna. Aplikasi In Charge bisa menampilkan riwayat pengisian. Mereka berencana mengembangkan perangkat sesuai dengan Standar Nasional Indonesia, yang kini belum keluar. “Nanti ada fitur tambahan untuk melihat tempat pengisian baterai mobil listrik terdekat,” kata Ingmar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo