Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para peneliti dari Hubrecht Institute di Utrecht, Pusat Medis Erasmus University Rotterdam, dan Maastricht University di Belanda menemukan bahwa virus corona SARS-CoV-2—yang menyebabkan COVID-19—dapat menginfeksi dan berkembang biak di sel-sel usus. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal ilmiah Science pada Jumat, 1 Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti itu menggunakan model kultur sel canggih dari usus manusia, yang berhasil menyebarkan virus secara in vitro, memonitor respon sel terhadap virus, dan menyediakan model kultur sel baru untuk studi COVID-19. Informasi awal, pasien COVID-19 menunjukkan berbagai gejala yang berhubungan dengan organ pernapasan, seperti batuk, bersin, sesak napas, dan demam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyakit ini ditularkan melalui droplet atau tetesan kecil menyebar melalui batuk dan bersin. Namun sepertiga dari pasien juga memiliki gejala gastrointestinal, seperti mual dan diare, serta dapat dideteksi dalam tinja manusia setelah gejala pernapasan telah diatasi.
Ini menunjukkan bahwa virus juga dapat menyebar melalui apa yang disebut transmisi fecal-oral atau penularan melalui partikel tinja, demikian dikutip laman Medicalxpress, 1 Mei, 2020.
Meskipun organ pernapasan dan gastrointestinal mungkin tampak sangat berbeda, tapi ada beberapa kesamaan utama. Kesamaan yang menarik adalah adanya reseptor ACE2, reseptor virus SARS-CoV-2 dapat masuk ke dalam sel, dan bagian dalam usus sarat dengan reseptor ACE2.
Namun, sampai sekarang tidak diketahui apakah sel-sel usus benar-benar dapat terinfeksi dan menghasilkan partikel virus. Para peneliti memutuskan untuk menentukan apakah virus SARS-CoV-2 dapat secara langsung menginfeksi sel-sel usus, dan jika demikian, apakah dapat bereplikasi di sana juga.
Mereka menggunakan organoid usus manusia—versi kecil dari usus manusia yang dapat tumbuh di laboratorium. Hans Clevers dari Hubrecht Institute menyatakan, “organoid ini mengandung sel-sel lapisan usus manusia, menjadikannya model yang menarik untuk menyelidiki infeksi oleh SARS-CoV-2."
Ketika para peneliti menambahkan virus itu ke organoid tersebut, mereka cepat terinfeksi. Virus memasuki subset sel-sel dalam organoid usus, dan jumlah sel yang terinfeksi meningkat dari waktu ke waktu.
Dengan menggunakan mikroskop elektron, cara canggih untuk memvisualisasikan berbagai komponen sel dengan sangat rinci, para peneliti menemukan partikel virus di dalam dan di luar sel-sel organoid. "Karena kondisi lockdown, kami semua mempelajari slide virtual dari organoid yang terinfeksi dari jarak jauh dari rumah,” ujar Peter Peters dari Maastricht University.
Mereka juga menyelidiki respons sel-sel usus terhadap virus dengan sekuensing RNA, sebuah metode untuk mempelajari gen mana yang aktif dalam sel. Ini mengungkapkan gen stimulasi interferon diaktifkan. Gen-gen ini dikenal untuk memerangi infeksi virus.
Selain itu, para peneliti juga membiakkan organoid dalam kondisi berbeda yang menghasilkan sel dengan tingkat yang lebih tinggi dan rendah dari reseptor ACE2, yang melaluinya SARS-CoV-2 dapat memasuki sel. Akhirnya, penelitian ini dapat mengarah pada cara-cara baru untuk memblokir masuknya virus ke dalam sel kita.
Menurut Bart Haagmans dari Erasmus University Rotterdam, pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini memberikan bukti yang pasti bahwa SARS-CoV-2 dapat berkembang biak dalam sel-sel saluran pencernaan.
“Namun, kami belum tahu apakah SARS-CoV-2, yang hadir dalam usus pasien COVID-19, memainkan peran penting dalam penularan,” kata dia. “Temuan kami menunjukkan bahwa kita harus melihat kemungkinan ini lebih dekat. "
SCIENCE | MEDICALXPRESS