Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Si-Monic, Pengawas Digital Pasien Covid

Peneliti LIPI membuat alat pemantau kepatuhan pasien Covid-19 saat menjalani karantina mandiri. Untuk mewujudkaan konsep "Smart Hospital".

5 Desember 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Si-Monic, Pengawas Digital Pasien Covid

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JUMLAH kasus Covid-19 di Indonesia terus bertambah hingga lebih dari 500 ribu pada awal Desember ini. Di sejumlah daerah, pertambahan angka pasien positif ini menyebabkan rumah sakit hampir penuh. Mereka yang bergejala ringan atau tanpa gejala dikarantina di rumah. Problemnya adalah bagaimana pengawasan terhadap mereka? Tantangan inilah yang menginspirasi peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merintis alat yang berfungsi sebagai pengawas elektronik pasien Covid.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alat itu bernama Smart Innovated Monitoring for COVID-19 alias Si-Monic. Pemanfaatan teknologi ini memang ditujukan untuk pasien yang terkonfirmasi positif serta punya riwayat kontak erat dengan pasien atau suspek Covid. “Ini produk yang bisa membantu proses karantina mandiri,” kata peneliti Galih Nugraha Nurkahfi mengenai inovasi tersebut, Selasa, 1 Desember lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Galih memimpin tim dari LIPI Bandung yang beranggotakan 13 orang. Mereka berasal dari Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik, Pusat Penelitian Informatika, serta Balai Pengembangan Instrumentasi. Si-Monic sudah dirintis sejak Juni lalu.

Anggota tim, Mochamad Mardi Marta Dinata, mengatakan Si-Monic terdiri atas tiga bagian, yaitu gelang yang dipakai seperti jam tangan berwarna biru, aplikasi pada telepon seluler pintar berbasis Android, dan server penyimpan data. Dari hasil uji coba internal, gelang dan aplikasi itu beroperasi sesuai dengan rencana. Gelang Si-Monic bisa berfungsi sebagai pengawas untuk memantau pasien Covid-19 dari jarak jauh.

Sebagai pembeda antarpasien yang dipantau, tim memasukkan penanda berupa kode terenkripsi pada gelang. Namun kerahasiaan pasien tetap dijaga. “Kami tidak memasukkan data identitas pasien di gelang,” tutur Mardi, Selasa, 1 Desember lalu. Gelang Si-Monic dirancang tidak bisa dilepas selama 14 hari masa karantina mandiri. Adapun durasi baterainya teruji bisa tahan sampai sebulan lebih.

Tim juga memasang magnet khusus yang kuat agar gelang sulit dibongkar. Jika ada upaya paksa untuk melepasnya, akan muncul peringatan berupa notifikasi di perangkat pengguna dan sekaligus pengawas yang memantaunya. “Ada bunyi alarm peringatan dan teks (kepada pemakai) untuk mematuhi protokol kesehatan,” ucap Mardi.

Peringatan serupa akan diterapkan untuk aplikasi bagi masyarakat umum yang bukan pasien. Tujuannya adalah orang berhati-hati ketika berada di suatu wilayah yang di sekitarnya ada pasien yang memakai gelang Si-Monic.

Selain itu, tim membuat pagar virtual (geo-fence) di area rumah pasien dari peta digital. Jika gelang Si-Monic melampaui batas atau ke luar rumah, sistem seketika memunculkan notifikasi ke pengguna dan pengawas. Notifikasi lain muncul jika pemakai sengaja memutus hubungan gelang dengan ponsel. Jika tidak disengaja, kondisinya disebut unknown, yakni ketika ada gangguan komunikasi ponsel dengan server lewat Internet, baterai ponsel habis, atau koneksi Bluetooth terputus tanpa sengaja.

Menurut Mardi, penerapan sistem Si-Monic ini bakal melibatkan banyak pihak. Di antaranya dokter, rumah sakit, otoritas daerah, serta ketua rukun tetangga untuk pengawasan pasien Covid-19. Nantinya perlu petugas khusus untuk membuka dan melepas gelang, memutuskan siapa yang menjadi pengawas, dan semacamnya. Mardi menambahkan, karena itulah tim LIPI perlu bersinergi dengan tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19.

Si-Monic sejauh ini masih memerlukan penyempurnaan, seperti pembuatan aplikasi bagi pengawas, juga dalam hal bentuk dan bahan gelang. Menurut Mardi, tim lebih berfokus pada fungsi alat. Selebihnya diserahkan kepada industri yang akan memproduksinya secara massal. Purwarupa gelang Si-Monic dibuat dari plastik dengan mesin cetak tiga dimensi. Lapisan karet ditempelkan agar tak melukai kulit pemakai.

Purwarupa gelang Si-Monic memakai komponen yang banyak dijual di pasar. “Harga produksinya Rp 130-150 ribu,” ujar Mardi. Rencananya, alat itu tidak dijual untuk umum. Pemerintah akan memproduksinya untuk disebarkan ke rumah sakit. Gelang bisa dipakai ulang oleh pasien lain setelah disterilkan, diinjeksi data, dan dayanya diisi kembali.

Gelang ini memiliki potensi lain. Menurut Galih, Si-Monic bisa menjadi bagian dari manajemen rumah sakit untuk mewujudkan konsep “Smart Hospital”. Tujuannya adalah membuat pasien mematuhi aturan terkait dengan masalah kesehatan dan administrasi. “Dengan tidak pergi tanpa izin dokter, atau tidak membayar,” katanya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus