Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan farmasi dari India, Premas Biotech, bekerja sama dengan perusahaan Amerika Oramed Pharmaceuticals mengumumkan sedang mengembangkan kandidat vaksin Covid-19 oral berbentuk kapsul. Vaksin itu disebut Oravax Covid-19 yang diumumkan pada 19 Maret 2021.
Baca:
Manajer Tim Riset Vaksin Sinovac Klarifikasi 95 Relawan Terpapar Covid-19
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Business Today, Senin, 22 Maret 2021, satu dosis kapsul Oravax Covid-19 terbukti efektif. Kemanjurannya telah dibuktikan dengan uji coba pada hewan sebagai bagian dari studi percontohan vaksin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vaksin oral ini meningkatkan kekebalan sistemik dengan memproduksi Antibodi Penetral (IgG) serta tanggapan kekebalan (IgA) setelah diberikan. Ini melindungi saluran pencernaan dan pernapasan dari infeksi.
Dengan vaksin tersebut, orang-orang yang takut jarum suntik akan senang mendengar bahwa vaksin Covid-19 dalam bentuk kapsul.
Vaksin Covid-19 Virus Like Particle (VLP) berbasis protein Premas memberikan perlindungan tiga kali lipat terhadap tiga bagian virus SARS CoV-2, yaitu Spike S, Membrane M, dan Envelope E.
“Namun, vaksin ini tidak memberikan perlindungan terhadap antigen Nucleocapsid N,” kata Co-Founder dan Managing Director Premas Biotech, Prabuddha Kundu.
VLP dalam vaksin diproduksi menggunakan platform Crypt milik Premas. Sementara kolaboratornya, Oramed Pharmaceuticals Inc, memiliki Platform Pengiriman Protein (POD) oral terkemuka di dunia. Kandidat vaksin Oravax Covid-19 menggabungkan dan memanfaatkan potensi sebenarnya dari dua platform unik.
Pengamatan saat ini mengenai vaksin oral didasarkan pada hasil awal penelitian pada hewan. Uji klinis diharapkan akan diluncurkan pada kuartal kedua tahun 2021.
Selain berbentuk kapsul, ada juga perusahaan India Bharat Biotech yang mengembangkan vaksin Covid-19 dalam digunakan dengan metode memasukkan ke dalam hidung bersama University of Wisconsin. Uji klinis untuk ini sudah dimulai.
Sumber: BUSINESS TODAY