Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hingga Sabtu 25 Mei 2024, sebanyak 43 dari 239 penumpang dan awak pesawat Singapore Airlines SQ321 yang mengalami turbulensi pada 21 Mei lalu masih dirawat di tiga rumah sakit di Bangkok, Thailand. Sebagian di antaranya bahkan menjalani perawatan intensif untuk luka-lukanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Turbulensi dialami saat pesawat berada di atas Dataran Irrawaddy di Myanmar, dalam penerbangan dari London menuju Singapura. Satu penumpang tewas dalam kejadian itu karena serangan jantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilot langsung menyatakan kondisi darurat medis usai insiden turbulensi yang mencelakakan para penumpang dan awak itu. Pesawat pun dibelokkan ke Bangkok dan mendarat dengan selamat.
Keterangan dari Singapore Airlines hanya mengatakan insiden terjadi saat pesawat hendak memasuki penerbangan 10 jam. Disebutkan, pesawat memasuki turbulensi ekstrem secara tiba-tiba di ketinggian 37 ribu kaki.
Data FlightRadar24, mengutip dari Reuters, menunjuk waktu kejadian tepatnya pukul 07.49 sampai 07.50 GMT. Penyedia layanan tracking pesawat itu mendeteksinya lewat berubah-ubahnya data ketinggian terbang pesawat Boeing 777-300ER yang dioperasikan Singapore Airlines itu dengan cepat dalam waktu semenit tersebut.
Masih menurut FlightRadar24, saat yang sama terjadi badai, yang sebagian tergolong parah, di sekitar lokasi pesawat itu mengalami turbulensi.
Dalam rentang itu, pesawat awalnya anjlok tak sampai 100 kaki (sekitar 330 meter) lalu terdorong lagi ke atas dalam beberapa ayunan hingga total sekitar setinggi 400 kaki. Pesawat kemudian anjlok lagi lebih dari 100 kaki dan didorong lagi lebih dari 200 kaki ke atas.
Pada titik akhir itu, pesawat sudah terbawa ke posisi ketinggian sekitar 400 kaki di atas ketinggian terbang jelajahnya yang 37 ribu kaki. Kemudian pesawat dibawa terbang ke ketinggian jelajahnya itu kembali.
Berdasarkan kecepatan vertikalnya, pesawat mendadak anjlok hingga 1500 kaki per menit. Kecepatan pesawat terangkat tiba-tiba juga sampai 1.500 kaki per menit.
4 Kategori Turbulensi yang Dihadapi Pesawat Terbang
Seorang pilot senior di salah satu maskapai di dalam negeri mengungkap empat level turbulensi yang mungkin dihadapi pesawat terbang. Keempatnya adalah ringan, moderat, parah, dan ekstrem.
Turbulensi ringan apabila menyebabkan gangguan ketidaknyamanan. Dia menjadi moderat jika turbulensi menyebabkan perubahan perilaku atau ketinggian terbang pesawat yang menyebabkan susah berjalan dan obyek yang tak terikat bergeser dari tempatnya.
Kategori turbulensi parah disebutnya kalau menyebabkan perubahan tak beraturan dalam hal perilaku dan ketinggian terbang pesawat. Pesawat mungkin menjadi tak terkendali untuk beberapa saat. Sabuk pengaman menahan tubuh penumpang dengan keras. Obyek yang tak terikat berhamburan ke segala arah.
Turbulensi ekstrem dibedakan dari parah ketika pesawat pada praktiknya tak bisa dikendalikan melawan angin dan mungkin menyebabkan kerusakan struktural pada pesawat.
Dia membenarkan clear air turbulence tak terdeteksi radar, namun yang sering terjadi saat terbang tinggi adalah empasan oleh jetstream. Atau terimbas turbulensi akibat pesawat terbang lain yang lebih besar. "Misalnya kena wake turbulence pesawat Airbus 380," kata dia saat dihubungi Tempo, Minggu 26 Mei 2024.