Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Saat hujan muncul aroma yang menguar. Aroma hujan itu dinamai petrichor oleh para ilmuwan Australia pada 1964, seperti dikutip dari American Chemical Society.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petrichor untuk menyebut aroma hujan. Aroma itu muncul bersamaan senyawa seperti ozon, geosmin, dan minyak tumbuhan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petrichor berasal dari bahasa Yunani, yaitu petra dan ichor. Petra berarti batu dan ichor dalam mitologi Yunani merujuk cairan emas yang mengalir di pembuluh darah para dewa, seperti dikutip dari Met Office.
Saat hujan, air yang jatuh akan membuat partikel aerosol menguar dari tanah. Aerosol ini terdiri atas geosmin dan minyak asiri tumbuhan. Itu kemudian tercampur dengan ozon dari air hujan yang memunculkan aroma petrichor. Aroma itu, kemudian dibawa angin.
Saat petir menyambar, molekul diatomik oksigen dan nitrogen terpecah, kemudian disusun ulang untuk menciptakan nitrogen oksida dan ozon. Molekul ozon terbawa tetesan hujan, kemudian jatuh ke tanah dan tercampur geosmin.
Senyawa geosmin sendiri dihasilkan oleh bakteri Actinomycetes yang ada di tanah. Geosmin mengandung 79,06 persen oksigen, sisanya hidrogen 12,17 persen, dan 8,77 persen oksigen. Saat hujan, geosmin akan dilepaskan dari tanah dan berbaur dengan molekul ozon.
Selama cuaca kering, tumbuhan menghasilkan senyawa asam stearat dan asam palmitat. Senyawa ini merupakan minyak asiri tumbuhan. Minyak itu kemudian terkumpuul di antara batuan dan tanah. Saat hujan, senyawa itu lepas ke udara tercampur dengan ozon dan geosmin, sehingga muncul aroma hujan atau petrichor.
HENDRIK KHOIRUL MUHID