Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pijar Kehidupan di Ujung Langit

Para astronom menemukan air di beberapa planet, baik di dalam maupun di luar tata surya. Adakah kehidupan di sana?

13 Oktober 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPTEMBER menjadi bulan yang penuh sensasi bagi parastronom seluruh dunia. Betapa tidak. Dua temuan penting mereka raih ketika sedang mengejar bukti adanya kehidupan di luar planet bumi.Astronom Amerika Serikat baru saja menemukan tanda-tanda kehidupan di salah satu satelit planet Yupiter. Dalam waktu yang hampir bersamaan, astronom Italia memergoki adanya es di luar tata surya. Sejatinya, temuan semacam itu bukanlah yang pertama. Maret silam, wahana antariksa Odyssey telah mengintip adanya air yang membeku dalam volume yang cukup besar di planet Mars. Air terbentuk dari gas oksigen dan hidrogen sebagai tanda kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan gas itu. Temuan ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang melihat kemungkinan Planet Merah—nama lain Mars—memiliki tandon air raksasa di bawah permukaannya. Tapi, di Yupiter? Baru sekarang sinyal kehidupan di planet terbesar di tata surya itu ditangkap. Yang memergokinya adalah alat pengamat antariksa Galileo milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika (NASA), yang mengangkasa pada 18 Oktober 1989. Diangkut oleh pesawat ulang-alik Atlantis, Galileo memasuki orbit Yupiter pada Juli 1995. Dia lalu memelototi planet yang memiliki 28 satelit tersebut. Nah, dua pekan lalu, si pengintip angkasa itu mengirim foto-foto hasil jepretannya. Saat itu Galileo tengah melintas di dekat satelit terkecil Yupiter yang bernama Eropa, sama dengan nama salah satu benua di bumi. Foto itu menunjukkan adanya kawasan yang penuh lapisan es. Pakar perbintangan Richard Greenberg dan koleganya di Universitas Arizona, Tucson, yang menganalisisnya, menyebut hamparan es beku di satelit Eropa mirip dengan Laut Antartika di kutub utara. Di situ juga terdapat patahan pada lapisan tersebut yang memungkinkan gas, panas, dan bahan organik lain menembus bagian bawahnya. Ketebalan lapisan es itu mencapai beberapa kilometer dan sangat mungkin berinteraksi secara dinamis dengan permukaan atmosfer planet. Yang menarik, foto-foto itu memperlihatkan pula beraraknya awan sulfur dari Io, salah satu satelit Yupiter yang lain, menuju Eropa. "Semua itu merupakan tanda-tanda adanya kehidupan," kata Ellis-Evans, ilmuwan dari British Antartic Survey. Keyakinan seperti itu juga diungkapkan oleh Mark Burchell, ilmuwan antariksa dari Universitas Kent, Canterbury, Inggris. Bahkan, diduga sebuah meteor pernah jatuh daan menghantam lapisan es itu seraya membawa beberapa bentuk dasar kehidupan. "Debu dan meteorit pembawa material organiknya mungkin ikut terbenam ke bawah lapisan itu," tuturnya. Temuan itu membuka cakrawala baru. Soalnya, para ahli biologi perbintangan selama ini percaya bahwa lapisan es yang menyelubungi Eropa terlalu tebal untuk ditembus apa pun. Berdasarkan temuan baru itu, NASA siap-siap meluncurkan wahana robotik ke sana untuk menggali hamparan es. Sukses kedua diraih oleh tim astronom Institute for Cosmic and Planetary Sciences, Roma, Italia, yang dipimpin Cristiano Cosmovici. Mereka berhasil menemukan tanda-tanda adanya kehidupan di beberapa planet yang terletak di luar tata surya. "Ini penemuan bersejarah. Untuk pertama kalinya diketahui adanya molekul yang memungkinkan terjadinya kehidupan di planet ekstrasolar," kata Cosmovici. Tanda-tanda adanya air itu ditemukan pada sekitar 17 bintang. Semua bintang tersebut mempunyai sistem planetaria atau kelompok awan yang terdiri dari gugusan komet. Tim Cosmovici memakai teleskop radio Medicina, yang berada di dekat Bologna, untuk meneropongnya. Kehadiran air terdeteksi dari emisi yang terlihat di teropong berukuran 32 meter tersebut. "Seandainya benar, itu temuan yang luar biasa," kata Geoff Marcy, pemburu bintang dari University of California at Berkeley. Juni silam, Marcy menemukan planet mirip bumi di luar sistem tata surya. Salah satu sistem planetaria yang mengandung air itu mengorbit pada bintang Upsilon Andromedae, yang jaraknya 50 tahun cahaya dari bumi. Ada tiga planet di sana, masing-masing memiliki massa minimal sekitar 0,7; 2,1; dan 4,6 kali lebih besar dibanding Yupiter. Sebagian besar megabintang tersebut berupa gas raksasa seperti Yupiter. Tapi mungkin ada yang berwujud planet karang kecil seperti bumi. Cosmovici dkk. juga mengetahui adanya tanda-tanda air di dua bintang yang lebih dekat: Epsilon Eridani, yang jaraknya 10 tahun cahaya, dan Lalande 21185, yang berjarak 8 tahun cahaya. Di antara keduanya kemungkinan terdapat tiga planet yang massanya mirip Yupiter, tapi bukti-bukti pendukungnya lebih lemah ketimbang planet-planet di Upsilon Andromedae. Keberadaan air di satu planet tidak selalu berarti menunjukkan adanya lingkungan yang mendukung kehidupan. Temuan itu hanya menunjukkan bahwa salah satu unsur kimia terpenting penunjang kehidupan merupakan sesuatu yang umum di angkasa luar. Ada pendapat lain. Planet-planet berair itu tampaknya mustahil ditinggali makhluk hidup karena diperkirakan tak memiliki permukaan yang solid. Lagi pula, "Udara di sana terlalu panas," kata Tim Brown dari The High Altitude Observatory di Boulder, Colorado. Walhasil, mimpi bertemu makhluk dari planet asing masih jauh dari kenyataan. Wicaksono -------------------------------------------------------------------------------- Planet Berselimut Es BERUKURAN lebih kecil ketimbang bulan, Eropa merupakan satelit terkecil Yupiter. Permukaannya yang terang (kira-kira lima kali lebih terang dibanding bulan) dan air es inframerahnya yang menyerap gelombang menunjukkan permukaan planet ini masih berusia muda. Mungkin baru 30 juta tahun. Seluruh permukaan satelit Eropa diselimuti bongkahan es dengan ketebalan sekitar 150 kilometer. Para ahli memperkirakan, di bawah lapisan es tebal ini terdapat air yang mengalir sebagai tanda adanya kehidupan. Ketebalan es di satelit itu mengundang rasa ingin tahu para ilmuwan sejak akhir 1970. Setelah diketahui ada tanda-tanda kehidupan, para ilmuwan sangat antusias menanti hasil jepretan lain teropong Galileo milik NASA. Mereka amat berharap bisa menyibak misteri di bawah lapisan es di satelit Eropa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus