Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Proyek Liberty Lifter, DARPA Ingin Hidupkan Kembali Monster Laut Kaspia

Pesawat yang memanfaatkan wing-in-ground effect mempunyai dua kelemahan. DARPA sudah menyiapkan solusinya?

6 Juni 2022 | 17.18 WIB

Proyek Liberty Lifter DARPA. YouTube
Perbesar
Proyek Liberty Lifter DARPA. YouTube

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Pada pertengahan Mei lalu, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) di Amerika Serikat mengumumkan proyek baru: Liberty Lifter. Ini adalah alat tranportasi seaplane yang sudah diakrabi para penggila kombinasi pesawat dan kapal laut. Liberty Lifter mengincar pemanfaatan 'wing-in-ground effect' (WIG) untuk mengangkut kargo sejauh ribuan mil, menyeberangi Samudera Hindia dan Pasifik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Teknologi yang sama pernah diaplikasikan oleh Uni Soviet yang melahirkan Ekranoplan antara lain 'Monster Laut Kaspia'. Teknologi itu sudah lama ditinggalkan namun DARPA kelihatannya memandang layak untuk mencobanya kembali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Liberty Lifter akan mengkombinasikan strategi kecepatan dan fleksibilitas pengangkutan muatan yang sangat besar dan berat dengan kemampuan pendaratan dan lepas landas di air," bunyi isi siaran pers DARPA pada 18 Mei 2022. "Strukturnya akan memampukan baik penerbangan yang sangat terkendali dekat permukaan air dan mempertahankan terbang di ketinggian menengah."

DARPA menyebut pengangkutan menggunakan kapal kargo yang tradisional sangat efisien, tapi lambat dan membutuhkan pelabuhan. Sedangkan pesawat kargo cepat tapi bergantung kepada landasan atau lapangan terbang yang di masa perang menuntut harus dikuasai dulu dari tangan musuh.

Liberty Lifter akan memanfaatkan WIG effect, menciptakan sebuah kapal yang dapat membawa muatan dengan kapasitas tak kalah dari kapal kargo, tapi bisa jauh lebih cepat. WIG merujuk ke fenomena di mana kemampuan mengangkat bertambah dengan semakin dekat ke permukaan Bumi, sementara gaya gesek berkurang; Zona efek WIG umumnya selebar bentang sayap pada kapal.

Sebuah kapal yang terbang dalam zona sangat sempit seperti itu dianggap lebih efisien dalam konsumsi bahan bakar dibandingkan pesawat udara reguler.

Wahana WIG secara teknis adalah sebuah pesawat, menggunakan sepasang sayap untuk membangkitkan daya angkat, dan melaju pada level kecepatan rendah sebuah pesawat terbang yakni 350 mil per jam. Bedanya, pesawat ini tak bisa dioperasikan di luar zona efek WIG.

Uni Soviet mengembangkan beberapa model kapal terbang pesawat atau pesawat WIG ini saat era Perang Dingin lalu, termasuk satu yang terkenal dan disebut Monster Laut Kaspia. Model lainnya termasuk yang spesialisasi angkut rudal-rudal anti-kapal perang dan yang lain pengangkut marinir. Model Lun atau Monster Laut Kaspia memiliki dimensi panjang hampir 80 meter, tinggi hampir 20 meter dan bentang satu sayapnya sejauh hampir 45 meter.

Ekranoplan. Instagram/@lamastor

Monster itu mampu memuat personel dan peralatan hingga 100 ton dan membawanya melesat hingga 342 mil per jam dengan jarak terjauh 1080 mil. Uni Soivet juga memberinya persenjataan berat, dengan enam rudal anti-kapal perang P-270 Moskit dan empat meriam otomatis 23 millimeter. Pesawat WIG Soviet yang terbesar adalah KM, panjangnya 100 meter dan kecepatan maksimum 279 mil per jam.

Kelemahan pesawat WIG

Kapal terbang atau pesawat WIG memiliki sepasang kelemahan. Pertama, mereka dibatasi oleh cuaca yang relatif bersahabat dan laut yang tenang. Kedua, seperti halnya pesawat terbang pada umumnya, kalau berbelok tajam harus mengangkat satu sayap dan menurunkan yang lain yang mungkin membuatnya menyentuh badan air. Jika pesawat diterbangkan lebih tinggi agar risiko bisa dihindarkan, pesawat bisa melesat di luar zona ground-effect dan berdampak kehilangan ketinggian.

Itu sebabnya tidak ada negara yang melakukan riset dan pengembangan model pesawat atau kapal ini hingga akhir era Perang Dingin lalu. Rusia pernah memamerkan konsep dan modelnya tapi tak pernah terlihat bentuk nyatanya. Pada 2002, Boeing mengumumkan sedang mempelajari konsep pesawat baru, Pelican, yang bisa mengangkut 1.400 ton kargo hingga 10 ribu mil jauhnya di perairan. Ini juga tak pernah ada kabarnya lagi.

DARPA kelihatannya memiliki dua solusi bagi kelemahan pesawat WIG. Satu adalah pesawat akan dibuat cukup kekar untuk setiap 'tamparan' gelombang, "Berbasis solusi desain inovatif untuk menyerap gaya gelombang." Kedua, jika Liberty Lifter memasuki turbulensi di atas perairan, dia bisa terbang menghindarinya dan tetap terkendali. Tak seperti pesawat WIG lainnya, Liberty Lifter akan dibuat mampu terbang sampai ketinggian 10 ribu kaki.

Liberty Lifter menjadi mampu mendekat ke pantai, menurunkan ramp dan melepas kendaraan bersenjata dan rudal-rudal anti-kapal perang langsung ke pantai. Jika proyek berjalan mulus, sebuah generasi baru wing-in-ground effect bisa menuliskan ulang riwayat logistik di masa perang.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus