Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Rumah Komposit Tahan Gempa

Bangunan untuk hunian permanen ini menggunakan kombinasi material komposit polimer yang ringan tapi kokoh dan tahan api. Rampung dibangun dalam satu minggu.

26 Mei 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rumah Komposit Tahan Gempa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi memperkenalkan teknologi rumah tahan gempa terbaru bernama Bale Kohana. Bangunan dengan kombinasi material komposit ringan itu didesain sebagai tempat tinggal permanen yang tahan terhadap guncangan gempa bumi dan api.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan Bale Kohana menjadi solusi konstruksi hunian yang lebih baik untuk penduduk Indonesia dalam menghadapi potensi bencana gempa. Kebutuhan hunian yang aman masih sangat besar. “Dengan risiko gempa yang tinggi, kita harus lebih tanggap mengembangkan teknologi untuk mitigasi bencana,” kata Hammam saat peluncuran Bale Kohana di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Rabu, 22 Mei lalu.

Hammam mengatakan Bale Kohana ditargetkan sebagai hunian permanen untuk mempercepat proses rekonstruksi. Rumah itu memiliki dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu kamar mandi, dan dapur di bagian belakang. “Dibangun juga di lahan untuk hunian yang bukan di lokasi pengungsian,” tuturnya.

Bale Kohana dikembangkan oleh tim Pusat Teknologi Material dan Balai Teknologi Polimer BPPT sejak 2016. Bangunan seluas 36 meter persegi ini merupakan rumah komposit generasi ketiga. Rumah generasi kedua pernah dibangun tim BPPT di Baron, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. BPPT berencana membangun beberapa unit Bale Kohana di Nusa Tenggara Timur dan Tangerang Selatan.

Rumah Komposit Tahan Gempa

Bale Kohana menggunakan material komposit polimer yang ringan, kuat, dan tahan api. Rumah yang dilengkapi seismic rubber bearing itu mampu menahan guncangan hingga magnitudo 9. “Tahan api hingga suhu di atas 700 derajat Celsius,” ujar Kepala Program Pusat Teknologi Material Seto Roseno.

BPPT bekerja sama dengan PT Bondor Indonesia dan PT Tata Logam Lestasi dalam penyediaan bahan Bale Kohana. Bobot panel komposit untuk dinding berkisar 8-10 kilogram per meter persegi. Adapun bobot rumah konvensional dengan dinding bata bisa mencapai 100 kilogram per meter persegi. “Dengan bahan ringan itu juga memperkecil risiko penghuni cedera berat,” ucap Direktur PT Bondor Indonesia Harris Gunario.


» Tahan rayap, korosi, dan api bersuhu hingga 950 derajat Celsius

» Kedap suara

» Tahan gempa hingga magnitudo 9

» Ringan dan mudah diangkut dengan bobot 1,5 ton per unit

» Harga Rp 175 juta per unit


Rumah ini didesain dengan konstruksi modular dan sistem join interlock sehingga proses pembangunannya bisa lebih cepat. Satu unit Bale Kohana bisa rampung dibangun dalam satu minggu, sementara rumah dengan teknik bangun dan material konvensional perlu waktu tiga bulan. “Ada panduan membangun juga sehingga tidak perlu teknisi khusus,” kata Deputi Bidang Teknologi, Informasi, Energi, dan Material BPPT Eniya Listiani Dewi.

Eniya mengatakan Bale Kohana bisa memiliki ketahanan hingga 100 tahun karena menggunakan material komposit. Jika roboh akibat gempa, Bale Kohana tinggal dibangun ulang. “Ini bisa dibongkar-pasang seperti mainan Lego anak-anak,” ujarnya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus