Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
IA akan menjadi mahaunggul. Penampilannya gagah sekaligus cantik dan harum. Ia tahan terhadap berbagai penyakit, mampu hidup di segala cuaca dan lingkungan. Produktivitasnya pun tinggi.
Tapi ia bukanlah supermutan yang bisa mendeteksi serangan teroris ataupun menangkal bombardir Amerika Serikat yang kian garang menyerang negara lain dan menewaskan banyak warga sipil. Ia hanya varietas padi unggul yang baru-baru ini dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Namanya sementara ini disebut padi masa depan (PMD).
Ia punya berbagai keunggulan dibandingkan dengan varietas padi sebelumnya, bahkan yang selama ini digunakan petani, seperti IR-64, membramo, cisadane, ataupun rojolele. Keunggulan itu dari segi penampilan, daya tahan terhadap penyakit, daya adaptasi, dan hasil panen per hektare sawah (lihat Perbandingan Jenis Padi).
Tentu saja PMD yang serba unggul itu tak diperoleh begitu saja dari lampu Aladin. Ia dihasilkan dari serangkaian penelitian selama 10 tahun. Bahkan seorang penelitinya dari Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, Dr. Harahap, meninggal di tengah perjalanan penelitian sewaktu bekerja keras bersama rekannya dari International Rice Research Institute (IRRI), Dr. Koes.
Tak bisa dimungkiri, proses penelitian PMD amat panjang. Menurut Kepala Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, Dr. Irsal Las, tahap pertama penelitian dilakukan dengan mengawinkan ratusan varietas padi terbaik. Hasil perkawinan yang bagus disilangkan lagi, diseleksi, untuk kemudian dikawinkan kembali. Begitu seterusnya hingga diperoleh jenis baru yang benar-benar mahaunggul.
Pada tahap pertama penelitian PMD, setidaknya diperoleh jenis padi beraroma bagai pandan wangi dan tahan terhadap serangan penyakit serta mampu hidup di segala cuaca. Setelah itu, diupayakan lagi proses seleksi untuk memperoleh tambahan keunggulan, antara lain dalam soal jumlah anakan atau batang yang tak banyak tapi kokoh, serta berdaun tegak lebar.
Lolos dari seleksi fisik, PMD kemudian melampaui uji hasil. Ternyata, hasil panen per hektarenya jauh melampaui beberapa varietas unggul sebelumnya yang populer ditanam petani. Bahkan malainya panjang dan lebat, bulir gabahnya juga banyak dan besar.
Tak aneh bila Mahyuddin Syam dari IRRI, lembaga penelitian padi yang bermarkas di Los Banos, Filipina, berpendapat bahwa PMD layak sebagai padi unggul sebagaimana jenis padi yang kini diterapkan petani. "Anakannya tak banyak, malainya lebat, tanamannya kokoh, dan perakarannya dalam," kata peneliti berambut putih itu.
Meskipun demikian, menurut Irsal, PMD tetap harus melampaui tahap uji terakhir, yakni ditempa di pelbagai medan yang berbeda cuaca dan ketinggiannya. Ya, "Semacam uji multi-lokasi," ujar Irsal. Pada musim tanam sebentar lagi, PMD akan ditanam di berbagai sawah di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.
Uji pamungkas itu menjadi penting. Soalnya, kendati PMD tahan terhadap hama wereng cokelat biotipe 2, misalnya, ia diperkirakan masih peka terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB). Setelah lulus uji akhir, barulah ia dilepas ke pasaran pada awal tahun 2002. Ia kelak diberi nama pasar, seperti pendahulunya, cisadane dan rojolele.
Persoalannya, mampukah PMD mengatasi masalah besar, yakni politik pertanian yang selama ini memburamkan nasib petani sekaligus dunia pertanian Indonesia. Politik pertanian telah mengakibatkan petani bersikap pasif dan tata niaga beras semrawut. Tak mengherankan bila puluhan varietas unggul padi cuma teronggok di balai benih dan laboratorium (TEMPO, 12 Agustus 2001).
Menghadapi masalah itu, Irsal agaknya enggan patah semangat. "Bagaimanapun, kami harus tetap menghasilkan ilmu pengetahuan. Soal penyampaian hasil penelitian ke petani, itu tugas balai penyuluhan," katanya. Toh, balai penelitian tetap melibatkan petani dalam berbagai penelitian lapangan, contohnya di Cianjur, Jawa Barat.
Happy S., Bobby Gunawan (Bandung)
Perbandingan Jenis Padi | Varietas | Tinggi (cm) | Umur (hari) | Jumlah Anakan (batang) | Jumlah Gabah Per Malai | Gabah Hampa | Hasil Per Hektare (ton) | IR-64 | 90 | 115 | 17 | 150 | 44 | 6.30 | Membramo | 100 | 118 | 15 | 129 | 44 | 7 | PMD | 100 lebih | 125 | 13 | 300-600 | 50-100 | 10.10 | (Cisadane) | 110 | 120 | 20 | 150 | 44 | 6 | (Rojolele | 120 | 180 | 15 | 90-120 | 44 | 3 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo