Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pimpinan perusahaan farmasi AstraZeneca mengatakan tak semua orang, bisa jadi, tak membutuhkan dosis ketiga atau booster vaksin Covid-19. Menulis di koran Inggris The Daily Telegraph, CEO AstraZeneca, Pascal Soriot, mengatakan begini, “Dosis ketiga mungkin dibutuhkan semua orang, tapi mungkin juga tidak.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Soriot, memobilisasi otoritas kesehatan di Inggris, NHS, untuk program vaccine boosting berpotensi menambah beban yang tidak diperlukan di sepanjang bulan-bulan musim dingin nanti. Seperti yang terjadi sebelumnya, setiap gelombang vaksinasi akan menyedot kebutuhan para dokter dan tenaga kesehatan di negara itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Akan berpotensi meninggalkan kita dengan sedikit saja sumber daya dokter dan perawat untuk kebutuhan skrining kanker dan kebutuhan layanan kesehatan lainnya,” kata Soriot yang menulis bersama Kepala Litbang Biofarmasi AstraZeneca, Mene Pangalos.
Keduanya menyatakan kalau Inggris tinggal menunggu beberapa pekan saja untuk mendapatkan jawaban definitif dari pertanyaan apakah dua dosis vaksin Covid-19 bisa menyediakan imunitas yang melindungi secara kontinyu. Soriot dan Pangalos menunjuk studi Cov-Boost yang sedang menguji vaccine booster di antara tujuh macam Vaksin Covid-19 yang sudah ada saat ini: Vaxzevria Astra Zeneca, Pfizer/BioNTech, Moderna, Novavax, Valneva, CureVac dan Janssen (Johnson & Johnson).
Sementara, Komite Gabungan Vaksinasi dan Imunisasi Inggris berencana memutuskan perihal program booster itu pada pekan ini. “Bergerak terlalu cepat untuk menambahkan dosis ke seluruh populasi orang dewasa sama saja kita membuat keputusan penting hanya berdasarkan data yang terbatas,” bunyi kolom surat dari dua eksekutif AstraZeneca itu.
Soriot dan Pangalos menegaskan, hasil uji klinis telah menunjukkan respons imun yang kuat akan terbentuk hingga 45 minggu dalam tubuh penerima Vaksin Covid-19 AstraZeneca selepas suntikan dosis yang kedua. Kadar sel-T yang penting untuk imunitas yang berumur panjang juga cukup tinggi.
“Suntikan dosis yang ketiga juga telah diketahui akan menguatkan antibodi sampai enam kali lipat dengan respons kuat sel-T yang juga terus berlanjut, tapi kami belum tahu apakah dosis ketiga ini benar-benar dibutuhkan secara klinis,” bunyi sikap AstraZeneca.
Dari Jakarta, juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemberian vaccine booster untuk masyarakat umum masih perlu kajian lanjutan. Dia mengatakan itu sekalipun kementerian telah membagikannya kepada para tenaga kesehatan. Sebagian dari kalangan masyarakat dan pejabat bahkan diam-diam sudah ada mendapatkannya pula.
"Untuk masyarakat nonkesehatan masih perlu dikaji lebih lanjut, diperlukan perencanaan sendiri. Tentunya kita menotifikasi penurunan kasus setelah enam bulan," ujar Siti Nadia dalam webinar berjudul ‘Vaksinasi Covid-19 Kini dan Nanti’ yang dipantau dari Jakarta, Rabu.
Menurutnya, diperlukan data lebih lengkap untuk menentukan apakah dalam penanganan Covid-19 diperlukan pemberian vaksinasi tambahan pada masyarakat umum. "WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan Badan Imunisasi Global belum merekomendasikan dosis ketiga kepada masyarakat, sampai selesai kajian monitoring selama 12 bulan pascavaksinasi," katanya.
Adapun penyuntikan dosis ketiga kepada para tenaga medis, Siti Nadia menjelaskan, mengikuti rekomendasi Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Disebutkannya, pada prinsipnya vaccine booster diperuntukkan bagi para tenaga kesehatan untuk mengatasi keadaan darurat dikarenakan banyak dari mereka yang terpapar dan terinfeksi Covid-19.
“Para tenaga kesehatan memiliki risiko terpapar yang tinggi dikarenakan rutinitas menangani pasien,” katanya sambal menambahkan, “Para nakes tersebut dikhawatirkan menjadi sumber penularan di luar fasilitas kesehatan, sehingga perlu untuk diberikan dosis vaksin Covid-19 ketiga.”
PHARMAPHORUM, NEW SCIENTIST, ANTARA