Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa dari Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Indonesia (UI) membuat gagasan sebagai alternatif permasalahan prediksi tenggelamnya beberapa kota besar di Indonesia pada tahun 2045. Gagasan tersebut bernama “Star City: Konsep Kota Bawah Laut Berbasis Kemandirian Energi, Pangan dan Berketahanan dalam Mewujudkan Kawasan Perkotaan yang Berkelanjutan di Indonesia”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Inovasi konsep Star City digagas oleh tim program kreativitas mahasiswa bidang gagasan futuristik tertulis yang beranggotakan Rubby Anistia Prasetiyo (Teknik Sipil, 2020), Juan Fidel Ferdani (Teknik Sipil, 2019), Irwan (Teknik Lingkungan, 2019), Evan Ariel Christoper (Teknik Sipil, 2020), dan Brily Najmussabah (Teknik Lingkungan, 2020) yang dibimbing oleh Nyoman Suwartha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Inovasi gagasan Star City bermula dari kekhawatiran para anggota tim akan kemungkinan tenggelamnya kota besar seperti Surabaya, Jakarta, Semarang, dan Medan pada tahun 2045 mendatang. Hal tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan penduduk Indonesia yang sangat signifikan dengan tingkat pertumbuhan 1,1 persen per tahunnya dan diproyeksikan lebih dari 70 persen penduduk Indonesia akan menempati wilayah perkotaan pada tahun 2045.
Fenomena penumpukan penduduk di kawasan perkotaan menyebabkan pembangunan secara masif dan eksploitasi ketersediaan air tanah sehingga berdampak sebesar 80-90 persen pada penurunan muka tanah yang sudah mencapai 20 cm per tahunnya.
“Hasil studi literatur kami menunjukkan bahwa penurunan muka air tanah ini sangat mengancam keberadaan kehidupan di darat. Kami mulai berpikir, mengapa tidak munculkan suatu gagasan yang memanfaatkan potensi dari semua komponen kehidupan di bawah laut?," ujar Rubby anggota grup dari keterangan persnya pada Senin, 14 November 2022.
Rubby mengatakan banyak hal yang bisa dimanfaatkan untuk membentuk sebuah kota. Baik itu untuk perkuatan baja, akses jalan laut dan darat, pangan, respirasi, energi untuk menunjang jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat.” ujar Ruby selaku ketua tim.
Kota Bawah Laut dengan Konsep Kemandirian Pangan
Gagasan Star City yang diusung oleh tim tersebut memperhatikan aspek dari ketahanan huniannya. Penyusunan sistem perkotaan yang komprehensif dari Star City memungkinkan adanya perkotaan bawah laut yang menampilkan keunikan kehidupan bawah laut di Indonesia.
Pertama, Star City akan meninjau sisi transportasi dengan menggunakan kereta maglev bawah laut karena mampu menempuh jarak terdekat tanpa harus mempertimbangkan bentuk kontur dari daratan. Di sisi lain, pengolahan limbah akan menggunakan teknik fitoremediasi dengan bantuan alga mengingat ketersediaan alga yang melimpah di lautan. Terakhir, bentuk geometrik struktur yang terukur dapat memastikan kestabilan Star City dari gelombang laut serta tekanan hidrostatik yang ada.
Pada sektor energi, Star City dilengkapi dengan tiga sumber energi, yaitu Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) yang memanfaatkan uap amonia untuk menggerakkan turbin, OWSC/ Powerbuoy yang memanfaatkan pergerakan gelombang laut, serta Spherical Solar Cell yang memanfaatkan cahaya matahari untuk menjadi listrik.
Dalam menunjang keberlangsungan kehidupan, Star City mengusung konsep kemandirian pangan dengan inovasi microgreen yang menggunakan berbagai jenis tanaman (sayuran, rempah-rempah, dan gandum) dan budidaya hewan ternak laut. Inovasi tersebut didukung dengan sistem desalinasi air laut menggunakan Nanoporous Graphene Filters sebagai alternatif pengairan dan sumber air bersih.
Pembangunan Star City juga tidak melupakan aspek lingkungan sehingga adanya inovasi dalam menciptakan konservasi lingkungan laut, seperti “Marine Gallery” sebagai galeri yang berpotensi menjadi sarana wisata dan edukasi untuk menunjukkan koleksi keanekaragaman hayati lautan Indonesia, “Marine Cultures” sebagai inovasi budidaya terumbu karang dan tumbuhan laut dengan bantuan robot budidaya terotomatisasi, dan “WIPSEA” sebagai aplikasi monitoring untuk mengawasi keberadaan biota laut di wilayah konservasi Star City.
Konsep Star City, kata Rubby, mewujudkan kawasan kota dengan kemandirian energi, kemandirian pangan, hunian yang berketahanan, serta konservasi laut berbasis teknologi yang ramah lingkungan. " Besar harapan kami mendapat dukungan pemerintah untuk dapat merealisasikan konsep Star City dalam 30 tahun yang akan datang," ujarnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.