Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Sumbangan sebelum jatuh

Laboratorium angkasa luar amerika, skylab, yang jatuh di samudera indonesia setelah mengadakan penelitian pengumpulan data ilmiah. beberapa kepingannya di temukan di wilayah australia. (ilm)

21 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH menempuh jarak hampir 1,5 milyar km -- melebihi jarak antara bumi dan planit Saturnus, tujuan Voyager-1 sekarang -- dalam 34.981 kali keliling Bumi selama 2.249 hari, kini Skylab menemukan kuburannya. Seketika perasaan resah dan cemas yang meliputi seluruh dunia lenyap dan menjelma menjadi perasaan lega. Jam 23.30 WIB, 11 Juli yang lalu sisa Skylab mencebur di Samudera Indonesia, 1000 km lepas pantai Barat Daya benua Australia. Beberapa kepingan sempat berserakan sampai di daratan benua itu, untungnya di daerah yang berpenduduk jarang. Skylab diluncurkan tanpa awak pada 14 Mei 1973, dan merupakan pesawat ruang angkasa yang paling besar. Panjangnya 25 meter dan lebar 6,5 meter dengan ruangan yang bisa dihuni seluas 322 m3. Skylab adalah sebuah Pusat Penelitian modern di angkasa luar dengan laboratoriumnya yang penuh peralatan yang paling mutakhir. Tersedia ruang tidur tersendiri bagi setiap awak, ruangan makan, fasilitas saniter lengkap dengan duse dan sebuah sudut untuk bersantai dengan buku, majalah, teve, permainan dan rekaman musik. Berganti-ganti tiga regu astronaut masing-masing terdiri dari 3 awak yang menghuni laboratorium itu selama tahun pertama setelah peluncurannya. Mereka tinggal di ruang angkasa berturut-turut selama 28 hari, 59 hari dan 84 hari dengan total 171 hari. Setelah itu Skylab dinyatakan ditutup 8 Pebruari 174. Astronaut selama 10 jam kerja setiap harinya mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap matahari dan bintang, penelitian medis dan biologis atas diri dan binatang yang mereka bawa serta melakukan observasi seksama terhadap Bumi. Pengetahuan dan pengertian manusia mengenai Bumi dan gejalanya memang belum lengkap, meskipun manusia telah berhasil mengumpulkan dan menyimpulkan data gejala itu selama berabad-abad dan menyusunnya dalam suatu pola pengetahuan yang cukup berarti. Untuk ini manusia tidak segan menempuh bahaya dan kesulitan menjelang tempat pengamatan terpencil di Bumi dan sering tidak mudah dicapai. Dr. Richard H. Jahns dari Stanford University di California menulis -- dalam kata pengantarnya pada buku Skylab Exploes The Earth -- bahwa Skylab merupakan tempat pengamatan yang sangat unik dan ideal, yang belum pernah dimiliki manusia. Dari jarak 435 km di atas permukaan Bumi, Skylab merupakan suatu landasan observasi gejala Bumi yang amat berharga. Dilengkapi pengetahuan yang selama ini dikumpulkan manusia di Bumi, ia membuka dimensi baru dalam berbagai ilmu dan memberi gambaran yang menyeluruh tentang jalinan hubungan gejala samudera, darat dan udara di Bumi. Jalinan hubungan ini makin menonjol akibat kemajuan teknik pengamatan. Komet Kahoutek Misalnya ketika satelit meteorologi diluncurkan, manusia untuk pertama kali mendapatkan pandangan menyeluruh tentang hubungan antara ciri samudera dan keadaan iklim. Skylab memberikan pandangan yang lebih meluas dan mendalam tentang ini di samping membuka pandangan baru akan gejala alam seperti badai debu di padang pasir, kegersangan, curah salju dan hujan, arus samudera, gerakan gunung es, pengendapan di pantai, kegiatan vulkanis dan gempa bumi dan polusi udara dan air. Pengamatan ini juga berharga sekali dalam bidang seperti pemetaan sumber alam, konsentrasi plankton, pengelolaan tanaman dan hutan serta penelitian geologis dan geografis. Kemampuan manusia untuk mengamat, memahami, menafsir, menilai dan menyimpulkan adalah unik. Kemampuan ini -- dipergunakan dari sebuah landasan di ruang angkasa seperti Skylab akan memberi dimensi baru dalam pengertian manusia tentang gejala alam semesta. Berbeda dengan satelit observasi tidak berawak yang tidak dapat seketika mengambil keputusan dan melengkapi data observasi dengan interpretasi yang relevan. Begitu banyak data ilmiah yang dikumpulkan ketiga regu astronaut, sehingga para ahli terpaksa minta NASA menyediakan dana khusus untuk menanggulangi penataan dan penganalisaan data itu selama 5 tahun mendatang. Regu astronaut terakhir di bawah pimpinan Gerald P. Carr, membawa kembali ke Bumi hampir 775 kg bahan penelitian berupa film, foto dan pita rekaman. Kini para sarjana di Bumi memiliki sebanyak 300.000 foto tentang matahari bebas dari kekaburan akibat lapisan udara. Di samping itu ribuan foto tentang komet Kahoutek serta ribuan foto lagi tentang berbagai benda ruang angkasa lainnya. Sejumlah 40.000 foto dan 69.000 meter pita rekaman, kesan pengamatan lisan Bumi, dibawa kembali oleh ketiga regu astronaut. Ratusan contoh darah dan contoh penelitian biologi lainnya dikumpulkan dari dirinya selama berada di ruang angkasa. Semua contoh ini akan memberikan pengeta huan yang amat berharga akan daya manusia di ruang angkasa selama jangka waktu yang cukup lama. Semua data ilmiah itu sedang giat dipelajari oleh ratusan sarjana dan ahli berbagai ilmu. Skylab ini jelas telah menyumbang kepada perkembangan berbagai ilmu dan pengetahuan. Agaknya menyadari ini PM Australia, Malcolm Fraser, ramah menjawab permintaan maaf Presiden Carter atas kejatuhan kepingan Skylab di wilayah Australia. Fraser menyatakan bahwa itu justru merupakan suatu kehormatan dan bahwa jatuhnya Skylab adalah akhir dari "suatu pencapaian teknologi Amerika Serikat yang luar biasa," dan keresahan beberapa hari belakangan jangan merusak kenyataan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus