SETELAH menempuh jarak hampir 1,5 milyar km -- melebihi jarak
antara bumi dan planit Saturnus, tujuan Voyager-1 sekarang --
dalam 34.981 kali keliling Bumi selama 2.249 hari, kini Skylab
menemukan kuburannya. Seketika perasaan resah dan cemas yang
meliputi seluruh dunia lenyap dan menjelma menjadi perasaan
lega.
Jam 23.30 WIB, 11 Juli yang lalu sisa Skylab mencebur di
Samudera Indonesia, 1000 km lepas pantai Barat Daya benua
Australia. Beberapa kepingan sempat berserakan sampai di daratan
benua itu, untungnya di daerah yang berpenduduk jarang.
Skylab diluncurkan tanpa awak pada 14 Mei 1973, dan merupakan
pesawat ruang angkasa yang paling besar. Panjangnya 25 meter dan
lebar 6,5 meter dengan ruangan yang bisa dihuni seluas 322 m3.
Skylab adalah sebuah Pusat Penelitian modern di angkasa luar
dengan laboratoriumnya yang penuh peralatan yang paling
mutakhir. Tersedia ruang tidur tersendiri bagi setiap awak,
ruangan makan, fasilitas saniter lengkap dengan duse dan sebuah
sudut untuk bersantai dengan buku, majalah, teve, permainan dan
rekaman musik.
Berganti-ganti tiga regu astronaut masing-masing terdiri dari 3
awak yang menghuni laboratorium itu selama tahun pertama setelah
peluncurannya. Mereka tinggal di ruang angkasa berturut-turut
selama 28 hari, 59 hari dan 84 hari dengan total 171 hari.
Setelah itu Skylab dinyatakan ditutup 8 Pebruari 174.
Astronaut selama 10 jam kerja setiap harinya mengadakan
penelitian dan pengamatan terhadap matahari dan bintang,
penelitian medis dan biologis atas diri dan binatang yang mereka
bawa serta melakukan observasi seksama terhadap Bumi.
Pengetahuan dan pengertian manusia mengenai Bumi dan gejalanya
memang belum lengkap, meskipun manusia telah berhasil
mengumpulkan dan menyimpulkan data gejala itu selama
berabad-abad dan menyusunnya dalam suatu pola pengetahuan yang
cukup berarti. Untuk ini manusia tidak segan menempuh bahaya dan
kesulitan menjelang tempat pengamatan terpencil di Bumi dan
sering tidak mudah dicapai.
Dr. Richard H. Jahns dari Stanford University di California
menulis -- dalam kata pengantarnya pada buku Skylab Exploes The
Earth -- bahwa Skylab merupakan tempat pengamatan yang sangat
unik dan ideal, yang belum pernah dimiliki manusia. Dari jarak
435 km di atas permukaan Bumi, Skylab merupakan suatu landasan
observasi gejala Bumi yang amat berharga.
Dilengkapi pengetahuan yang selama ini dikumpulkan manusia di
Bumi, ia membuka dimensi baru dalam berbagai ilmu dan memberi
gambaran yang menyeluruh tentang jalinan hubungan gejala
samudera, darat dan udara di Bumi. Jalinan hubungan ini makin
menonjol akibat kemajuan teknik pengamatan.
Komet Kahoutek
Misalnya ketika satelit meteorologi diluncurkan, manusia untuk
pertama kali mendapatkan pandangan menyeluruh tentang hubungan
antara ciri samudera dan keadaan iklim. Skylab memberikan
pandangan yang lebih meluas dan mendalam tentang ini di samping
membuka pandangan baru akan gejala alam seperti badai debu di
padang pasir, kegersangan, curah salju dan hujan, arus samudera,
gerakan gunung es, pengendapan di pantai, kegiatan vulkanis dan
gempa bumi dan polusi udara dan air. Pengamatan ini juga
berharga sekali dalam bidang seperti pemetaan sumber alam,
konsentrasi plankton, pengelolaan tanaman dan hutan serta
penelitian geologis dan geografis.
Kemampuan manusia untuk mengamat, memahami, menafsir, menilai
dan menyimpulkan adalah unik. Kemampuan ini -- dipergunakan dari
sebuah landasan di ruang angkasa seperti Skylab akan memberi
dimensi baru dalam pengertian manusia tentang gejala alam
semesta. Berbeda dengan satelit observasi tidak berawak yang
tidak dapat seketika mengambil keputusan dan melengkapi data
observasi dengan interpretasi yang relevan.
Begitu banyak data ilmiah yang dikumpulkan ketiga regu
astronaut, sehingga para ahli terpaksa minta NASA menyediakan
dana khusus untuk menanggulangi penataan dan penganalisaan data
itu selama 5 tahun mendatang. Regu astronaut terakhir di bawah
pimpinan Gerald P. Carr, membawa kembali ke Bumi hampir 775 kg
bahan penelitian berupa film, foto dan pita rekaman.
Kini para sarjana di Bumi memiliki sebanyak 300.000 foto tentang
matahari bebas dari kekaburan akibat lapisan udara. Di samping
itu ribuan foto tentang komet Kahoutek serta ribuan foto lagi
tentang berbagai benda ruang angkasa lainnya. Sejumlah 40.000
foto dan 69.000 meter pita rekaman, kesan pengamatan lisan Bumi,
dibawa kembali oleh ketiga regu astronaut. Ratusan contoh darah
dan contoh penelitian biologi lainnya dikumpulkan dari dirinya
selama berada di ruang angkasa. Semua contoh ini akan memberikan
pengeta huan yang amat berharga akan daya manusia di ruang
angkasa selama jangka waktu yang cukup lama.
Semua data ilmiah itu sedang giat dipelajari oleh ratusan
sarjana dan ahli berbagai ilmu. Skylab ini jelas telah
menyumbang kepada perkembangan berbagai ilmu dan pengetahuan.
Agaknya menyadari ini PM Australia, Malcolm Fraser, ramah
menjawab permintaan maaf Presiden Carter atas kejatuhan kepingan
Skylab di wilayah Australia. Fraser menyatakan bahwa itu justru
merupakan suatu kehormatan dan bahwa jatuhnya Skylab adalah
akhir dari "suatu pencapaian teknologi Amerika Serikat yang luar
biasa," dan keresahan beberapa hari belakangan jangan merusak
kenyataan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini