Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, berhasil mengembangkan obat kapsul yang dapat digunakan untuk memberikan insulin secara oral. Temuan ini memiliki potensi menggantikan injeksi yang selama ini harus diberikan kepada penderita diabetes, terutama tipe 1.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kapsul ini dilengkapi jarum kecil yang terbuat dari insulin terkompresi. Insulin disuntikkan setelah kapsul masuk ke perut. Dalam tes pada hewan, para peneliti berhasil memberikan insulin yang cukup untuk menurunkan kadar gula darah ke tingkat aman, sama dengan ketika suntikan diberikan melalui kulit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka juga menunjukkan bahwa alat itu dapat diadaptasi untuk mengantarkan obat protein lain. Hasil temuan ini telah diterbitkan dalam jurnal Science pada akhir Februari lalu.
"Kami sangat berharap jenis kapsul baru ini suatu hari nanti dapat membantu pasien diabetes dan siapa saja yang memerlukan terapi yang sekarang hanya dapat diberikan dengan injeksi atau infus," kata Robert Langer, profesor di Institut David H. Koch, anggota MIT Koch Institute for Integrative Cancer Research.
Beberapa tahun lalu, Giovanni Traverso ilmuwan tamu di Departemen Teknik Mesin MITLanger, dan rekan mereka mengembangkan pil yang dilapisi dengan banyak jarum kecil. Jarum tersebut dapat digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam lapisan lambung atau usus kecil.
Di dalam kapsul baru ini para peneliti mengubah desainnya, yakni hanya dilengkapi dengan satu jarum. Hal ini untuk menghindari penyuntikan obat ke bagian dalam perut lainnya, di mana mereka akan diuraikan oleh asam lambung sebelum memiliki efek apa pun.
Cara kerja kapsul cukup sederhana. Ujung jarum (dalam kapsul) terbuat dari hampir 100 persen insulin beku-kering terkompresi, yang prosesnya sama seperti membentuk obat tablet. Batang jarum, yang tidak masuk ke dinding lambung, terbuat dari bahan yang mudah larut.
Di dalam kapsul, jarum melekat pada pegas terkompresi yang disimpan di tempat yang terbuat dari gula. Ketika kapsul ditelan, air di perut melarutkan tempat dari gula tersebut, kemudian melepaskan pegas dan menyuntikkan jarum ke dinding perut.
Dinding perut tak memiliki reseptor rasa sakit, sehingga para peneliti memastikan pasien tak merasa disuntik. "Segera setelah kapsul ditelan, sistemnya bekerja sendiri sehingga dapat dipastikan obat langsung menuju ke sasaran," kata Traverso.
Dalam percobaan pada babi, para peneliti berhasil memberikan hingga 300 mikrogram insulin. Namun, baru-baru ini, mereka dapat meningkatkan dosis menjadi 5 miligram, yang sebanding dengan jumlah yang harus disuntikkan ke pasien dengan diabetes tipe 1.
Setelah melepaskan isinya, kapsul dapat melewati sistem pencernaan tanpa menimbulkan bahaya. Karena itu, para peneliti tidak menemukan efek buruk dari kapsul yang terbuat dari polimer yang dapat terbiodegradasi dan komponen antikarat.
Saat ini MIT bekerja sama dengan perusahaan farmasi multinasional di Denmark, Novo Nordisk, guna mengembangkan teknologi ini dan mengoptimalkan proses pembuatan kapsul. Mereka yakin obat ini dapat berguna untuk obat protein yang biasanya harus disuntikkan, seperti imunosupresan yang digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis atau penyakit radang usus.
Kapsul ini juga dapat bekerja untuk asam nukleat, seperti DNA dan RNA. "Tujuan kami adalah memudahkan pasien mendapatkan obat, terutama obat yang perlu disuntikkan," ujar Traverso. "Yang utama adalah insulin, tapi ada banyak obat lainnya."
SCIENCE DAILY | DAILYSUN | FINANCIAL TIMES | AFRILIA SURYANIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo