Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah pesawat maskapai penerbangan asal Korea Selatan Jeju Air jatuh di Bandara Muan pada Ahad, 29 Desember 2024. Korban tewas akibat pesawat jatuh Jeju Air 7C2216 berjumlah 179 orang dari total 181 penumpang. Sedangkan korban selamat dua orang, saat ini sedang dirawat di rumah sakit dengan kondisi luka sedang hingga luka parah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum pesawat jatuh, seorang penumpang mengirim pesan singkat kepada kerabatnya untuk mengatakan bahwa ada burung yang tersangkut di sayap pesawat, kantor berita News1 melaporkan. Ketika pesawat hendak mendarat, menara pengawas mengeluarkan peringatan adanya serangan burung. Kemudian pilot mengumumkan keadaan darurat dan berusaha mendarat, meskipun tidak jelas apakah pesawat menabrak burung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti dikutip dari The New York Times, insiden seperti ini menyoroti potensi bahaya yang ditimbulkan oleh tabrakan antara pesawat dan satwa liar yang harus tetap menjadi perhatian besar dalam dunia penerbangan.
Lantas, bagaimana pergerakan kawanan burung itu sendiri? Apa benar pola migrasi burung tidak diketahui karena krisis iklim?
Penelitian mengungkapkan dampak signifikan perubahan iklim terhadap migrasi burung. Studi yang dipimpin oleh Yali Si dari CML di Universitas Leiden ini fokus pada 16 spesies burung migran di Asia. Tim peneliti menemukan bahwa perubahan waktu kejadian alami yang disebabkan oleh iklim mengganggu jaringan migrasi rumit spesies-spesies ini.
Yali menjelaskan inti permasalahan ini, dengan mengatakan, “Perubahan iklim mengubah waktu kejadian alami seperti dimulainya musim semi, yang menyebabkan ketidaksesuaian antara ketersediaan makanan dan kedatangan burung di berbagai wilayah,” kata dia dikutip dari laporan Earth.com yang terbit tahun lalu.
Fenomena ini sangat krusial bagi burung migran, yang bergantung pada keselarasan yang tepat antara kedatangan mereka dengan ketersediaan sumber makanan. “Bagi burung migran, makanan harus tersedia pada waktu dan tempat yang tepat. Jika terjadi ketidaksesuaian, akibatnya bisa sangat buruk,” kata Yali.
Penelitian ini mendekati masalah ini dengan cara yang unik, yaitu dengan menganalisis integritas jaringan migrasi burung-burung ini. “Burung-burung ini biasanya memiliki area musim dingin, beberapa tempat singgah untuk istirahat dan makan, dan area pemijahan. Semua daerah ini membentuk jaringan yang saling terhubung, dan tujuan kami adalah untuk menilai bagaimana perubahan iklim memengaruhi fungsionalitas jaringan migrasi ini,” kata Yalii.
Untuk mencapai hal ini, Yali dan timnya membandingkan kinerja jaringan migrasi selama 21 tahun terakhir, yang ditandai dengan perubahan iklim, dengan periode hipotetis 21 tahun tanpa perubahan iklim. Perbandingan ini memungkinkan mereka untuk memisahkan dampak spesifik perubahan iklim pada setiap jaringan migrasi spesies.
Temuan mereka sangat mencolok: semua 16 spesies yang diteliti terpengaruh oleh perubahan iklim, dengan burung yang bermigrasi ke zona iklim sedang lebih menghadapi tantangan yang lebih besar. “Wilayah-wilayah ini menunjukkan perbedaan yang lebih nyata karena perubahan iklim, menyebabkan kesulitan yang meningkat bagi burung-burung yang bergantung pada wilayah-wilayah ini untuk musim dingin,” ujar Yali.
Penelitian ini menonjol dari penelitian sebelumnya dengan mempertimbangkan seluruh perjalanan migrasi, bukan hanya aspek-aspek yang terisolasi. Yali menjelaskan, penelitian sebelumnya sering kali fokus pada area tunggal atau fase spesifik seperti pemijahan. “Dengan memeriksa setiap aspek secara terpisah, Anda akan mendapatkan gambaran yang tidak lengkap, meremehkan dampak keseluruhan terhadap burung-burung ini.”
Pendekatan dalam penelitian ini dimungkinkan oleh ketersediaan data penginderaan jauh jangka panjang mengenai perubahan iklim, yang memungkinkan analisis tren dan pengamatan yang bermakna. Metode dan temuan Yali dan rekan-rekannya memiliki potensi besar untuk meningkatkan penilaian kerentanannya terhadap perubahan iklim pada spesies migran.
Penelitian ini memberikan gambaran komprehensif tentang tantangan yang dihadapi burung migran dalam menghadapi perubahan iklim. Studi lengkap soal ini dipublikasikan dalam jurnal Global Change Biology.
Yolanda Agne berkontribusi dalam tulisan ini.
Pilihan Editor: NASA: Misi Parker Solar Probe Cetak Rekor Dekati Matahari