Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Unik, Gajah Purba Sulawesi Ini Punya Empat Gading

Tim ahli dan peneliti Museum Geologi, Bandung, menemukan jejak gajah unik di Sulawesi Selatan.

23 Agustus 2018 | 08.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Tim ahli dan peneliti Museum Geologi, Bandung, menemukan jejak gajah unik di Sulawesi Selatan. Gadingnya bukan dua melainkan empat. Jejak gajah itu ditemukan di Lembah Wallanae berupa fosil tengkorak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fosil itu tengah dipamerkan di ruang sayap Museum Geologi Bandung sejak 11 Agustus hingga 11 November 2018. Ditemukan pada 1990-an, penggaliannya berhenti karena masalah dana riset. Selain fosil gajah, ikut dipamerkan antara lain fosil babi besar (Celebochoerus heekereni) dan kura-kura raksasa (Geochelone
atlas).

Rombongan gajah yang pernah menghuni Sulawesi berdasarkan temuan fosil oleh timnya juga peneliti sebelumnya yaitu Stegodon sompoensis, kemudian Stegodon sp., dan "Elephas" celebensis untuk gajah bergading empat itu. "Usia fosil gajah purba itu sekitar dua juta tahun," kata ketua tim peneliti Fachroel Aziz, pakar paleovertebrata, pekan lalu.

Fosil Stegodon di Sulawesi pertama kali dideskripsikan oleh peneliti Belanda, Dirk Albert Hooijer pada 1953. Setelah menemukan fosil Stegodon berikutnya di daerah Sompoh, Hooijer mengajukan nama spesies baru yaitu Stegodon sompoensis.

Tim gabungan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung dan University of Utrecht serta National Museum of Natural History Belanda meneliti di Lembah Wallanae sejak 1989-1992. Beberapa temuan seperti spesimen fosil gigi dan tengkoraknya. Dari ukuran giginya, kata Fachroel, Stegodon sompoensis tergolong kerdil. "Kecil gajahnya, paling seukuran kerbau," ujarnya.

Sedangkan "Elephas" celebensis atau gajah bergading empat, awalnya ditemukan peneliti Belanda lainnya, Heekeren pada 1947. Saat itu ia baru menemukan gigi dan tampak berbeda dengan jenis Stegodon.

Waktu itu, kata Fachroel, fosil itu belum disebut milik gajah bergading empat. Fachroel dan ahli gajah purba asal Belanda, Gert Van den Berg sepakat memberi tanda kutip pada kata "Elephas". Dalihnya, mereka masih ragu dengan posisi spesimen ini secara taksonomi.

"Karena Elephas itu gadingnya dua, ini kan empat. Apakah betul ini gajah atau yang lain?" ujar Fachroel.

Sepasang gading atas berguna sebagai senjata dan pencungkil. Adapun sepasang gading kecil di bawahnya berbentuk agak gepeng, fungsinya belum diketahui. Menurut Gert Van den Berg, sejauh ini bukti keberadaan gajah bergading empat di Indonesia hanya di Sulawesi.

Menurut dia, pada zaman Miosen yang berkala 23 hingga 5 juta silam, banyak jenis gajah bergading empat di Asia. "Stegoloxodon adalah relict di Sulawesi, karena terisolasi dia masih bisa hidup," ujarnya. Sementara gajah di daratan Asia punah akibat persaingan dengan jenis gajah baru.

Simak artikel menarik lainnya tentang gajah hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus