Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Viral Pemakaman Organik, Ilmuwan: Menyuburkan Tanah

Beberapa waktu lalu video soal konsep pemakaman organik yang menggantikan nisan dengan pohon viral di media sosial.

13 Agustus 2018 | 13.30 WIB

Kapsul biodegradabel besutan Capsula Mundi menawarkan konsep pemakaman organik. (Twitter/@capsula_mundi)
Perbesar
Kapsul biodegradabel besutan Capsula Mundi menawarkan konsep pemakaman organik. (Twitter/@capsula_mundi)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa waktu lalu video soal konsep pemakaman organik yang menggantikan nisan dengan pohon viral di media sosial. Peneliti ilmu kesuburan tanah, di Departemen Tanah Universitas Gadjah Mada Nasih Widya Yuwono menjelaskan ide tersebut bisa diterima akal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Tradisi kita, jenazah dimakamkan utuh di tanah, ditanam, kemudian ada nisan atau kijing. Nah, nisan atau kijing itu nanti diganti dengan bibit pohon yang sudah tumbuh ya, bisa diterima akal," ujar Nasih, saat dihubungi melalui pesan singkat, Senin, 13 Agustus 2018.

Dalam video tersebut dikenalkan konsep "peti mati" penguburan organik yang ramah lingkungan untuk mengubah kuburan batu nisan menjadi sebuah inovasi yang unik. Hal itu dilakukan oleh Capsula Mundi, sebuah perusahaan asal Italia.

Idenya adalah menempatkan tubuh pada posisi seperti bayi yang berada di dalam janin di dalam kapsul pemakaman biodegradable. Kapsul tersebut kemudian ditanam di tanah dengan biji atau pohon.

"Itu luar biasa bisa menyuburkan tanah, tongkat, kayu dan batu jadi tanaman. Negara yang menguasai biomassa, termasuk pohon dan kayu adalah negara yang menguasai masa depan," tambah Nasih. "Bisa dicoba dan bisa dikerjakan".

Nasih menangkap bahwa ide dari konsep tersebut adalah menanam pohon. Itu yang menarik, kata dia, idenya unik, mengembalikan tubuh manusia ke tanah agar kelak dimanfaatkan pohon untuk menjaga bumi, untuk lingkungan Indonesia.

Menurut Nasih, ide tersebut dapat dipadukan dengan tradisi yang sudah berjalan. Selain tradisi menguburkan jenazah ke dalam tanah, di Indonesia ada juga tradisi jenazah dibakar. "Kalau jenazah diberikan untuk pakan larva Hi (Hermetia illucens) atau BSF, tentu banyak yang protes," lanjut dia.

"Menanam pohon itu menarik, kalau bisa kegiatan itu menjadi terus dilakukan. Orang menikah menanam pohon, anak lahir menanam pohon, sampai orang meninggal pun menanam pohon," tambah Nasih. Tapi, kata Nasih, konsep tersebut kalau diterapkan perlu dirawat. "Minimal 2 tahun harus disiram, dipupuk dan dijaga keamanannya, setelah itu pohon sudah merdeka," ujar dia.

Baca juga: Dituduh Editan, Ini Pembelaan Pengunggah Foto Kali Item yang Viral

Simak artikel menarik lainnya tentang pemakaman organik yang viral hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Amri Mahbub

Amri Mahbub

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus