Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Aktivitas Gunung Merapi di belakangan terus meningkat dengan semakin intensnya mengeluarkan guguran lava.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat dua kali guguran lava meluncur dari Gunung Merapi pada Selasa, 12 Februari 2019, dan sebagian guguran meluncur ke sungai berhulu Merapi seperti Kali Gendol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Gunung Merapi Terus Keluarkan Lava, Ini Kata Juru Kunci
Baca: Wedhus Gembel Gunung Merapi Sudah 2 KM, PVMBG: Terjauh Saat Ini
Dengan dinamisnya aktivitas Merapi itu, masyarakat diajak ikut mengamati perkembangan Merapi secara real time melalui aplikasi Jogja Istimewa yang bisa diunduh gratis melalui Play Store.
“Aplikasi Jogja Istimewa saat ini telah dikembangkan pemerintah dan DPRD DIY dengan lengkap termasuk mengamati kondisi Merapi secara real time, jadi bisa dimanfaatkan masyarakat luas,” ujar Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto, Rabu, 13 Februari 2019.
Aplikasi ini sudah ada sejak tahun 2016 dan mulai dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat mulai 2017 dan terus dikembangkan. Aplikasi itu kini telah terkoneksi dengan puluhan CCTV yang dikelola empat instansi, meliputi Dinas Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) DIY, Dinas Perhubungan DIY, Unit Pelaksana Teknis Malioboro, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kondisi real time Gunung Merapi sendiri bisa diakses saat pengguna aplikasi masuk ke halaman Dishubkominfo DIY. Ada sedikitnya 10 pilihan pengamatan CCTV di halaman itu, di mana salah satunya menyorot kondisi terkini Merapi dan situasi yang terjadi di sekitarnya, apakah tertutup kabut atau lainnya. “Lewat CCTV di aplikasi itu cukup untuk melihat situasi Merapi secara utuh kondisi terkini,” ujar Eko.
Selain kondisi Merapi, melalui aplikasi Jogja Istimewa itu juga menyediakan pantauan CCTV kondisi terkini untuk sejumlah titik DIY lain, seperti Pantai Parangtritis, Malioboro, Kawasan Tugu, Kalibiru, Candi Prambanan, Gunung Pathuk, Tebing Breksi juga Alun-Alun Utara dan Selatan.
Sedangkan saat masuk halaman BPBD Yogyakarta lewat aplikasi Jogja Istimewa itu, pengguna dapat melihat situasi wilayah sungai-sungai di Yogya yang terhubung dengan tujuh CCTV, seperti Sungai Gajah Wong, Winongo, Kali Buntung dan Code.
Kawasan pusat wisata Jalan Malioboro sendiri turut dapat dipantau secara menyeluruh melalui 16 titik CCTV di aplikasi itu yang terhubung di halaman Unit Pelaksana Teknis Malioboro.
Eko menuturkan dengan makin lengkapnya fitur dalam aplikasi Jogja Istimewa itu, saat ini DPRD dengan Pemerintah DIY telah mengembangkan rencana peraturan daerah tentang Pemanfaatan Teknologi dan Informasi yang di dalamnya juga mengatur untuk urusan penanggulangan bencana.
“Melalui raperda ini nantinya akan mengatur ketentuan seperti bagaimana informasi untuk penanggulangan bencana dikelola, termasuk jumlah CCTV yang seharusnya dipasang di kawasan rawan bencana,” ujarnya.
Kepala Diskominfo DIY, Roni Primantohari sebelumnya menuturkan aplikasi Jogja Istimewa dibuat dalam rangka melayani kepentingan publik termasuk pemantauan terkait potensi bencana alam.