Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepakbola

Pondok Pilihan Tim-tim Piala Dunia

Kemudahan adaptasi dan sponsor sangat menentukan pemilihan kota tempat tinggal tim kesebelasan peserta Piala Dunia 2006. Tapi tak satu pun dari 32 tim yang memilih tempat di bekas Jerman Timur.

29 Mei 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepucuk surat singgah- di meja Ricardo Terra- Tei-xeira, Presiden Kon-fe-de-rasi Sepak Bola -Bra-sil- (Brazilian Football Con-federation /CBF), November 2005. Surat itu dikirim dari Cas-tropRauxel, kota di se-be-lah arah ba-rat laut Dortmund, Jerman. Isi-nya, pemerintah- kota tersebut me-na-war-kan kepada tim nasional Bra-sil untuk memilih- penginapan di pro-vinsi itu selama- Piala Dunia 2006.

Surat undangan dari Castrop-Rauxel itu bukanlah yang perta-ma-. Menjelang putaran final Pia-la- -Dunia, otoritas sepak bola Bra-sil- juga menerima puluhan surat- serupa. Bisa dikatakan seluruh- ko-ta di Jerman menginginkan- -da-erah-nya ditinggali- Tim Sam-ba-.

Para pemain Brasil memang memiliki daya pikat luar biasa. Untuk menikmati aksi Ronaldin-ho, si pengatur serangan, dan ka-wan-kawannya, para penggemar bukan hanya mengejar tiket pertandingan tim Brasil, sesi latihan pun menjadi incaran. Contohnya sudah ada. Lebih dari 45 ribu ti-ket menonton latihan tim Brasil di Weggis, Swiss, habis terjual hanya dalam satu jam. Padahal harga per tiket 300 poundsterling atau sekitar Rp 5,2 juta.

Itulah mengapa Castrop-Rau-xel- berani membayar tim Brasil bermarkas di sana selama masa kompetisi akbar empat tahunan ini. Sebab, kota kecil bekas pertambangan batu bara itu akan semarak plus menangguk ke-untungan besar.

Sayangnya, tawaran pemerin-tah daerah Castrop-Rauxel tidak- ber-sambut. Otoritas sepak bola Bra-sil memilih hotel bintang li-ma Kempinski di Falkenstein, di Koenigstein im Taunus, seba-ga-i markas mereka selama Piala- Du-nia. Hotel Kempinski terletak- di sisi selatan Koenigstein yang ber-bu-kit. Dengan jalan raya utama le-bar yang melewati kota itu, orang de-ngan mudah mencapai kota-ko-ta besar di sekitarnya seper-ti- Frankfurt, Rhine, dan Wiesbaden.

Tentu saja, pilihan ini jelas men-jadi rezeki nomplok untuk kota tua penuh bangunan bersejarah—yang tertua sejak abad ke-5—dan pusat spa ini. ”Ini adalah peristiwa penting sejak Kaiser Wilhelm II datang berkunjung,” kata Karl-Gustav Schramm, seorang pejabat kota yang bertanggung jawab atas kunjungan tim Brasil. Kaiser Wilhelm II adalah kaisar terakhir Jerman yang mengunjungi kota tersebut pada 1909.

Demi menyambut tamu terhormat, yaitu juara dunia lima kali, pemerintah Kota Koenigstein jauh-jauh hari sudah berbenah. Mereka menyiapkan lapangan khusus untuk tempat berlatih ”tim kuning” Brasil, di stadi-on lokal. Di seputar lapangan, mere-ka menyediakan tempat bagi penggemar yang ingin menonton tim pujaan mereka berlatih.

Pemerintah lokal juga meliburkan siswa karena gedung sekolah yang berseberangan dengan lapangan bola digunakan seba-gai markas petugas keamanan. ”Ujian sekolah, yang jatuh pada Juni, sudah dijadwal ulang,” kata Thorsten Becker dari dinas keamanan setempat.

Penduduk Koenigstein pun me-nyam-but peristiwa ini dengan gem-pita. Mereka akan mengada-kan- kar-naval, turnamen sepak bo-la pantai, dan pergelaran dan-sa- samba. Semua dana penyeleng-ga-ra-an ditanggung pemerintah Jer-man- dengan menggandeng sponsor lokal. Bahkan, mereka juga me-nyi-apkan tenda-tenda bagi pen-du-kung Brasil yang akan me-ngun-jungi kota itu. ”Kami tidak ingin mereka tidur di atas bangku- di tepi jalan,” kata Schramm.

Memang tuan rumah di Koenigstein belum mengetahui jumlah pasti fans Brasil yang akan datang. Tapi, saat ini lebih dari 6.000 warga Brasil sudah memesan kamar hotel di Koln dan diperkirakan lebih dari 10 ribu lainnya akan menyusul. Bisa di-pas-tikan, para penggila Tim -Sam-ba- akan berebut- tinggal di Koe-nig-stein. ”Untuk menyambut ta-mu, ka-mi su-dah kur-sus -berminggu-ming-gu-, bukan hanya bahasa Brasil, tapi juga tentang kebiasaan hidup mereka,” kata Cy-rus- Heydarian, Manajer Hotel -Kempin-ski.

Menurut pengamat sepak bola Jer-man, Oliver Hinz, tim-tim se-pak- bola biasanya mencari tem-pat- tinggal yang paling sesuai de-ngan kebiasaan hidup di negara- a-sal mereka. Alasannya: agar ti-ap- ke-sebelasan lebih mudah bera-dap-ta-si dan siap mental sebelum ber-tan-ding. ”Swedia memilih ting-gal- di Bremen, yang jauh di utara. I-klim dan kebiasaan penduduk di tem-pat itu mirip di Swiss,” tulis Hinz di situs foxsoccer.com.

”Amerika Serikat mencari- mar-kas- di kota metropolitan, yaitu Hamburg,” Hinz menambahkan. AS adalah tim pertama yang me-nentukan tempat tinggal mereka- di Jerman, bahkan sebelum pa-nitia Piala Dunia mengundi pe-nempatan tim dalam grup di babak penyisihan. ”Hamburg ada-lah pilihan terbaik. Kota ini me-na-warkan banyak keuntung-an di-banding kota mana pun,” kata ma-najer tim Amerika, Bruce Are-na. Meskipun, dengan memi-lih Hamburg, tim AS harus siap me-nempuh jarak ratusan kilometer untuk melakoni pertanding-an di Grup F. Mereka harus terbang ke Gelsenkirchen, Kaiserslautern, dan Nuremberg mengha-dapi Republik Che-k, Italia, dan Ghana. Menurut Bruce, timnya tidak re-pot karena harus terbang setiap bertanding. ”Karena- sarana transportasi udara di Jerman sa-ngat baik,” kata dia.

Selain soal adaptasi, sponsor tim juga ikut menentukan pilihan tempat tinggal. Hinz sudah menduga, sebagian besar tim akan memilih markas tidak jauh dari Her-zoge-naurach atau Bavaria, karena dua dari ti-ga sponsor utama—Adidas dan Pu-ma—berbasis di kawasan itu.

Argentina, yang disokong Adi-das, akan tinggal di Herzogenau-rach. Sedangkan Tunisia dan Ghana akhirnya memilih Schweinfurt dan Wurzburg yang tidak jauh dari tempat sponsor mereka, Puma, di Bavaria. Nike, yang mendukung Brasil, tidak mau kalah. Mereka meminta Brasil berpangkalan di Koenigstein, tidak jauh dari dua tim yang disponsori Puma dan Adidas.

Tapi, kemeriahan pesta yang ber-langsung sebulan itu—dan re-ze-ki yang bisa diraup dari ber-bagai acara—mungkin tidak me-nyen-tuh wilayah timur Jerman. Da-ri 32 tim peserta Piala Dunia, tidak satu pun yang memi-lih kota di wilayah bekas Jerman Timur. Ukrai-na memang memutuskan ting-gal di pinggiran Kota Potsdam, sebelah tenggara Berlin, namun itu masih masuk wilayah Bran-denburg yang merupakan dae-rah di barat Jerman.

Kenyataan ini menjadi ganjal-an tersendiri bagi otoritas sepak bola Jerman. Mereka sudah me-nge-luarkan dana cukup besar un-tuk membangun infrastruktur di Timur. Bahkan sarana di be-kas wilayah komunis itu lebih modern ketimbang yang dimiliki kota-kota di Barat.

Berbagai cara dilakukan pe-nyeleng-gara agar peserta tertarik bermukim di Timur, misalnya de-ngan menawarkan harga khusus untuk hotel. Ketua Panitia Kaiser Franz Beckenbauer bahkan tu-run tangan mendekati utusan tim Angola, namun gagal. Angola memilih tinggal di Ringhotel Celler Tor di Celle, yang berada di Barat. Alasannya sama seperti beberapa negara lain: dekat de-ngan lokasi pertandingan. Angola menghadapi Portugal di Koln dan bertemu Meksiko di Hanover. Mereka hanya sekali berlaga di wilayah Timur melawan Iran, yaitu di Stadion Leipzig.

Rupanya, waktu 17 tahun se-telah runtuhnya Tembok Berlin belum mampu menghapus 15 tahun ”pemisahan” Jerman Barat dan Timur. Bahkan pesta akbar multikultural Piala Dunia 2006 ini juga tidak berhasil menghapus garis pembatas itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus