Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pelatih baru Manchester United (MU), Ruben Amorim, memastikan gaya bermain timnya akan berubah meski saat ini mereka masih menggunakan pemain-pemain yang ada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ketika melihat daftar pemain di 11 pertama pada hari Minggu nanti, anda tidak akan melihat banyak perubahan. Perubahan itu dapat disaksikan saat permainan sudah dimulai," ujar Amorim, dikutip dari laman MU di Jakarta, Sabtu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Minggu, 24 November, MU akan melawan tuan rumah Ipswich Town di Liga Inggris, yang menjadi pertandingan kompetitif pertama Amorim di Manchester United.
Dalam laga itu, Amorim menyebut suporter akan melihat hal-hal berbeda seperti dalam pemosisian pemain, bagaimana cara pemain menerima dan melindungi kendali bola.
Juru taktik asal Portugal itu menegaskan bahwa dirinya tidak pernah ragu dalam menerapkan strateginya di lapangan.
"Sebagai pelatih, saya harus memilih cara apa yang mesti dipakai. Saya selalu 100 persen untuk itu. Saya lebih menyukai sesuatu yang mungkin sedikit berisiko tetapi dapat memacu tim sejak momen pertama. Saat saya menunjukkan betapa percayanya saya kepada cara kami bermain, pemain juga akan memiliki kepercayaan itu," tutur Amorim.
Sejak tahun 2018, Ruben Amorim terkenal dengan formasi tiga bek di timnya, sebuah skema yang sangat jarang dipakai oleh Manchester United.
Formasi tiga bek tersebut membawa banyak kesuksesan untuk Amorim, di mana dia membawa Braga merengkuh satu trofi juara Piala Liga Portugal dan Sporting CP menjuarai Liga Portugal pada musim 2020-2021 serta 2023-2024, Piala Liga Portugal musim 2020-2021 dan 2021-2022, lalu Piala Super Portugal pada 2021.
Meski begitu, Ruben Amorim belum mau membocorkan posisi-posisi para pemain di timnya. Yang penting, menurut pria berusia 39 tahun itu, para pemain MU memiliki hasrat yang tinggi untuk belajar mengisi posisi berbeda.
"Titik awalnya, semua pemain ingin bermain. Dari sana, semua terlihat mudah. Pemain jadi terbuka untuk perubahan posisi. Mereka bahkan bersedia untuk menjadi penjaga gawang jika memang diperlukan," kata Amorim.
Amorim menggarisbawahi pula pentingnya mengerti perasaan pemain untuk meningkatkan kualitas tim secara keseluruhan.
Dia memberi contoh, ketika sering gagal menang, pemain mulai meragukan cara bermain tim. Mereka pun merasa tertekan bahkan ketika mengontrol bola.
"Pelatih dapat merasakan apakah pemainnya percaya diri atau tidak. Di situlah saya harus membantu pemain supaya mereka merasa bahwa hal tersebut normal untuk sebuah proses dan, bersamaan dengan itu, menguatkan mereka untuk menanggung tingginya permintaan di Liga Inggris," ujar Amorim.