Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Historiografi tradisional merupakan salah satu ragam penulisan sejarah tentang perkembangan bangsa Indonesia. Ketika belum dijajah oleh Belanda, sejarawan menuliskan sejarah suku-suku bangsa dalam bentuk naskah dan lain sebagainya yang dikenal sebagai historiografi tradisional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir ejournal.unib.ac.id, historiografi tradisional adalah pola penulisan sejarah paling tua, yaitu sebelum historiografi kolonial serta historiografi nasional dan historiografi Indonesia modern. Lantas, apa saja contoh historiografi tradisional?
Pengertian Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional adalah penulisan sejarah yang ditulis di era kerajaan Hindu-Buddha atau pada masa kerajaan Islam berdiri di Indonesia. Di dalamnya terdapat unsur kepercayaan-kepercayaan masyarakat sebagai wujud identitas dan solidaritas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Historiografi tradisional di Indonesia menampilkan kekayaan budaya akibat keanekaragaman suku-suku bangsa, komunitas, dan masyarakat. Di dalamnya, tercantum sejarah yang telah mengalami degradasi secara perlahan ke arah legenda dan mitos.
Menurut repository.uinbanten.ac.id, penyebutan istilah historiografi tradisional karena dalam penulisannya sangat dipengaruhi oleh budaya. Naskah yang ditulis adalah hasil kebudayaan suatu masyarakat yang dipengaruhi oleh pikiran penulis atau masyarakat, di mana lebih banyak menceritakan peran orang-orang besar, seperti raja.
Asal-usul Historiografi Tradisional di Indonesia
Berdasarkan repository.radenfatah.ac.id, historiografi tradisional (klasik) diwarnai oleh aktor-aktor sentris. Menurut para sejarawan, penulisan sejarah tidak dalam bentuk prasasti di Indonesia dimulai oleh Mpu Prapanca yang mengarang Kitab Negara Kertagama.
Fase historiografi tradisional dimulai sejak zaman kerajaan Hindu dan Buddha hingga masuknya agama Islam di Indonesia. Pada fase tersebut, penulisan sejarah yang dilakukan lebih menekankan pada ekspresi budaya daripada merekam peristiwa di masa lalu.
Historiografi tradisional di Indonesia diawali dari wilayah bagian tengah yang dapat dilihat dari peta keberadaan kerajaan-kerajaan, seperti Kerajaan Kutai dan kerajaan Hindu-Buddha di Pulau Jawa. Sementara corak Islam sangat kuat di daerah timur, meliputi Sulawesi dan Maluku, serta daerah barat yang kental dengan aroma Islam.
Ciri-Ciri Historiografi Tradisional
Mengacu pada lmsspada.kemdikbud.go.id, terdapat karakteristik dari historiografi tradisional meliputi:
Bersifat Istana Sentris
Istana sentris maksudnya adalah kisah sejarah tradisional hanya berisi kehidupan raja atau keluarga kerajaan yang mendiami istana. Karya-karya di dalamnya banyak mengungkap sekitar kehidupan keluarga keraton dan ironisnya rakyat jelata tidak mendapatkan tempat, karena dianggap ahistoris.
Berbagi Legenda, Mitos, dan Folklor
Historiografi tradisional sering memuat cerita rakyat yang diwariskan untuk memperkuat ikatan sosial dalam komunitas. Kisah-kisah, seperti asal-usul tempat atau tokoh legendaris digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai moral kepada generasi berikutnya.
Disusun untuk Membuat Simbol Identitas Baru
Penulisan sejarah tradisional sering kali dirancang untuk membangun rasa bangga dan kesatuan dalam kelompok tertentu. Narasi-narasi yang diciptakan membantu mengokohkan simbol-simbol budaya yang menjadi identitas kolektif suatu masyarakat.
Selain itu, menurut Modul Pembelajaran SMA Sejarah Kelas X karya Hasnawati (2020), ciri-ciri historiografi tradisional juga mencakup:
- Religius magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal mistis.
- Bersifat feodalistis-ariokrastis, artinya hanya membicarakan kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, serta tidak membahas sosial dan ekonomi kerakyatan.
- Tidak begitu membedakan antara hal-hal khayal dengan hal nyata.
- Bersifat regio-sentris atau kedaerahan, artinya historiografi tradisional banyak memfokuskan pada budaya dan suku bangsa di kerajaan tertentu.
- Banyak terjadi kesalahan dalam penguraiannya, misalnya berkaitan dengan waktu, kosakata, penggunaan nama, dan fakta sejarah.
Contoh Historiografi Tradisional
Berikut beberapa contoh historiografi tradisional di Indonesia:
1. Babad Banten.
2. Babad Cirebon.
3. Babad Demak.
4. Babad Diponegoro.
5. Babad Galuh.
6. Babad Giyanti.
7. Babad Kartasura.
8. Babad Majapahit.
9. Babad Pajajaran.
10. Babad Sriwijaya.
11. Babad Tanah Jawi.
12. Babad Tanah Pasundan.
13. Hikayat Aceh.
14. Hikayat Banjar.
15. Hikayat Raja-Raja Pasai.
16. Kitab Negarakertagama.
17. Kitab Pararaton.
18. Kitab Ramayana.
19. Prasasti Yupa.
20. Sejarah Melayu.