Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

5 Film Populer Produksi PFN, dari Propaganda hingga Hiburan

PFN yang saat itu bernama Berita Film Indonesia (BFI) memproduksi film mengenai peristiwa-peristiwa bersejarah di Indonesia.

13 Maret 2025 | 13.10 WIB

PPFN (Pusat Produksi Film Negara). youtube.com
Perbesar
PPFN (Pusat Produksi Film Negara). youtube.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Produksi Film Negara (PFN) memiliki sejarah panjang dalam industri perfilman Indonesia. Berawal dari perusahaan film pada masa kolonial Belanda, PFN telah mengalami berbagai transformasi hingga menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kita kenal sekarang. Sepanjang perjalanannya, PFN telah menghasilkan berbagai film dokumenter, fiksi, dan serial televisi yang ikonik.

Film Dokumenter Awal Kemerdekaan

Dilansir dari laman Ensiklopedia, Produksi Film Negara (PFN), sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang perfilman, memiliki sejarah panjang yang dimulai pada awal abad ke-20 dengan film pertama yang diputar di Indonesia pada tahun 1900, dan film fiksi pertama, "Loetoeng Kasaroeng," yang diproduksi pada tahun 1926.

Lahir dari perusahaan film kolonial Belanda bernama Java Pacific Film pada tahun 1934, PFN mengalami berbagai transformasi nama dan fungsi, dari ANIF pada masa pendudukan Jepang yang digunakan sebagai alat propaganda, hingga menjadi Berita Film Indonesia (BFI) setelah kemerdekaan yang mendokumentasikan peristiwa-peristiwa penting bangsa. Perusahaan ini terus berkembang, mengalami reorganisasi dan perubahan status, hingga akhirnya menjadi Perum PFN pada tahun 1988, dengan tujuan menjadi perusahaan yang profesional dan mandiri dalam mendukung pembangunan nasional melalui industri perfilman.

1. Si Unyil

Dilansir dari IMDb, serial televisi Si Unyil adalah salah satu karya PFN yang paling populer dan melekat di hati masyarakat Indonesia. Tayang perdana di TVRI pada tahun 1981, Si Unyil menjadi tontonan wajib anak-anak pada masanya. Dengan boneka sebagai karakter utama, serial ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan edukasi dan nilai-nilai positif. 

2. Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI (1984)

Film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI adalah salah satu film kontroversial yang pernah diproduksi oleh PFN. Dilansir dari IMDb, film yang disutradarai oleh Arifin C. Noer ini menggambarkan peristiwa Gerakan 30 September 1965 menurut versi pemerintah Orde Baru. Dilansir dari IMDb, film ini sempat menjadi tontonan wajib setiap tahun di televisi Indonesia. Namun, setelah jatuhnya Orde Baru, film ini menuai kritik karena dianggap memanipulasi sejarah dan menciptakan kultus individu terhadap Soeharto.

3. Serangan Fajar

Serangan Fajar (1982) adalah film semi-dokumenter drama perang yang disutradarai oleh Arifin C. Noer. Dilansir dari IMDb, film ini mengambil latar belakang sejarah, tetapi dikemas dengan kisah fiktif seorang anak bernama Temon. Film ini mengisahkan tentang perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1945-1947 di Yogyakarta. Melalui tokoh Temon, film ini menggambarkan semangat kepahlawanan dan pengorbanan dalam meraih kemerdekaan. Sama seperti film G30S, film ini juga terdampak dari kebijakan pelarangan pemutaran film yang berhubungan dengan orde baru.

4. Djakarta 1966

Djakarta 1966 (1989) adalah film dokumenter drama yang disutradarai oleh Arifin C. Noer dan diproduksi oleh PFN. Dilansir dari IMDb, film ini merupakan sekuel dari Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI dan mengisahkan tentang lahirnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun 1966. Film ini juga menuai kontroversi karena dianggap memanipulasi sejarah dan menggambarkan narasi yang menguntungkan Orde Baru.

5. Kereta Api Terakhir (1981)

Dilansir dari laman Film Indonesia, Kereta Api Terakhir adalah film yang disutradarai oleh Mochtar Soemodimedjo dan diadaptasi dari novel karya Pandir Kelana. Film ini mengambil latar belakang gagalnya Perjanjian Linggarjati dan mengisahkan tentang perjuangan tentara Indonesia mengamankan kereta api sebagai alat transportasi penting. Dengan sentuhan romantisme, film ini menggambarkan kepahlawanan dan kisah cinta di tengah perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Pilihan Editor: Kala Aktor Heran Ifan Seventeen Jadi Dirut PFN: Fedi Nuril, Luna Maya, hingga Kevin Julio 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus