Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Aksi Panggung Dipolisikan, Butet Kartaredjasa: Soeharto Saja Tumbang, Jokowi Jangan Bandel

Butet Kartaredjasa mengingatkan Jokowi agar tak jumawa ketika masih berkuasa dan menyinggung bagaimana dulu Presiden Soeharto tumbang

30 Januari 2024 | 22.56 WIB

Seniman monolog Butet Kartaredjasa menanggapi pelaporan dirinya ke polisi oleh relawan Presiden Jokowi. Tempo/Pribadi Wicaksono.
Perbesar
Seniman monolog Butet Kartaredjasa menanggapi pelaporan dirinya ke polisi oleh relawan Presiden Jokowi. Tempo/Pribadi Wicaksono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Seniman asal Yogyakarta, Butet Kartaredjasa, tak membantah aksi panggungnya saat Hajatan Rakyat di Kulon Progo pada Ahad, 28 Januari merupakan kritik dan luapan kekecewaannya pada Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang pernah ia dukung pada Pemilu 2014 dan 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Aksi panggung lewat pembacaan pantun itu berbuntut membuat Butet dipolisikan kalangan relawan Jokowi yang menuding pegiat Teater Gandrik itu telah menghina kepala negara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Melaporkan saya tidak apa-apa, semua warga boleh melakukan apapun karena dijamin undang-undang," kata Butet ditemui di rumahnya Selasa, 30 Januari 2024.

Butet menuturkan kritik sangat berbeda dengan penghinaan. "Kita harus bisa membedakan mana ujaran kebencian, mana penghinaan, dan mana kritik," kata dia.

Ia mengklaim setiap karya seninya selalu mengandung muatan kritik. "Tapi cara saya menyajikan kritik itu dalam kultur Jawa disebut Guyon Parikeno, ada unsur bercanda," tuturnya.

"Saya (dalam berkesenian) menempatkan diri sebagai Punakawan," ucap Butet.

Peran Punokawan dalam dunia pewayangan adalah mengingatkan ksatria utama lewat candaan dengan harapan ksatria tersebut tidak sakit hati dan sadar diri. "Tapi kalau kstarianya dicubit tidak merasa sakit, ya dijewer, atau tendang bokonge (pantatnya), gitu loh,” kata Butet.

"Jadi cara mengingatkan itu ada progesinya, ada tahapan-tahapannya, itu yang namanya Guyon Parikeno," ujar dia.

Butet menuturkan mengkritik lewat candaan juga selama ini ia terapkan di Teater Gandrik yang diasuhnya. "Teater Gandrik isinya bercanda-bercanda saja, orang nonton ngakak-ngakak (terbahak bahak), tapi ada muatannya, itulah tradisi Guyon Parikeno yang menjadi bagian kultur Jawa yang hebat," tutur  Butet.

Lantas dengan pelaporan ke polisi ini apakah Butet akan berpuasa mengurangi kritikannya pada Jokowi?. "Saya itu cuma menyatakan kejujuran, saya belum terlatih untuk berdusta dan berbohong, yang saya ucapkan selama ini hanya kejujuran hati dan pikiran," kata Butet.

"Nanti kalau saya sudah terampil bohong dan berdusta mungkin saya akan memamerkan kemunafikan saya," imbuhnya.

Butet mengingatkan Jokowi agar tak jumawa ketika masih berkuasa. Ia menyinggung bagaimana dulu Orde Baru di bawah kepimpinan Presiden Soeharto selama 32 tahun akhirnya tumbang secara tragis akibat gelombang protes rakyat yang terus membesar.

"Pak Harto (Soeharto) yang berpengalaman 7 kali jadi presiden pun tumbang, jadi kalau Pak Jokowi tetap bandel (dengan manuvernya dalam Pemilu Presiden 2024), nanti sejarah akan membuktikan," ujar Butet.

Merespons kemungkinan pelaporan atas dirinya terus berlanjut, Butet pun siap dengan skenario terburuk. "Itu sudah menjadi risiko (jika kritis dipolisikan)," ujar dia.

Menurut Butet, advokat senior yang juga Deputi Hukum Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Todung Mulya Lubis telah menyatakan siap mendampinginya jika ia diproses hukum atas aksi panggungnya.

Ahmad Faiz

Ahmad Faiz

Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Pernah ditempatkan di desk bisnis, politik, internasional, megapolitan, sekarang di hukum dan kriminalitas. Bagian The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2023

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus