Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI tengah arus kuat budaya pop, sejumlah komunitas dan sanggar di Jakarta berupaya keras mempertahankan eksistensi kesenian gambang kromong. Beruntung, sampai saat ini komunitas-komunitas tersebut sanggup menjaga nyala seni musik campuran budaya Betawi dan Cina tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gambang kromong adalah semacam orkes yang memadukan beragam jenis alat musik gamelan dan alat musik khas Cina. Ya, kesenian ini tercipta lewat sentuhan komunitas Cina pada masa kolonial Belanda, sekitar 1730-1740. Seiring berjalannya waktu, akulturasi budaya Betawi dan Cina berkembang pesat, termasuk kesenian gambang kromong. Orkes gambang kromong selalu hadir dalam acara kebudayaan Betawi dan Cina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pang Tjin Nio alias Encim Masnah menjadi salah satu nama yang dianggap sebagai maestro gambang kromong. Encim Masnah lahir di Banten pada 1926 dari ibu pribumi yang tinggal di pesisir Tangerang dan ayah asli keturunan Cina. Darah seni ikut turun dari kedua orang tuanya. Ibu Masnah adalah penyanyi gambang kromong.
Kemampuan tersebut seperti mengalir ke dalam diri Masnah. Karier Encim Masnah sampai pada puncaknya pada 1960-an. Hampir saban hari ada saja panggung pertunjukan untuknya. Dunia gambang kromong berduka pada 26 Januari 2014. Masnah wafat pada usia 88 tahun.
Hingga kini, namanya masih wangi sebagai maestro gambang kromong dengan beragam penghargaan. Film dokumenter Anak Naga Beranak Naga yang dirilis pada 2006 menjadi gambaran sempurna perjalanan karier Encim Masnah dan kesenian gambang kromong.
Adapun dari sisi alat musik, tentu gambang dan kromong menjadi instrumen wajib. Gambang sekilas terbentuk dari susunan belasan bilah bambu dengan masing-masing bilahnya memiliki nada sendiri ketika dipukul. Sedangkan kromong berbentuk sekumpulan gong kecil yang ditata di atas meja kayu khusus. Selain itu, masih ada beberapa alat musik lain, dari kendang sampai trio sukong, tehyan, dan kongahyan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo