Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Cerita Sebuah Jagat Masa Depan

Akhirnya Dune, novel setebal 900 halaman yang kompleks, bisa diadaptasi menjadi film yang fantastis dan megah.

13 November 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Timothée Chalamet dalam Dune. IMDB

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Cerita tentang jagat masa depan yang fantastis dan megah karya sutradara Denis Villeneuve

  • Diadaptasi dari novel science fiction legendaris karya Frank Herbert

  • Sutradara Denis Villeneuve berencana membuat sekuelnya

SEGALANYA dimulai pada tahun 10191. Keserakahan, penguasaan ras, invasi, penjajahan, kekejian, dan tipu daya mendominasi kehidupan di jagat masa depan rekaan novelis Frank Herbert ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sutradara Denis Villeneuve membuka film ini dengan sebuah lanskap Caladan yang disebut “Homeworld of House Atreides”, bentangan gurun tak bertepi. Tentu saja Duke Leto of House Atreides (Oscar Isaac) sang pemimpin Caladan mempunyai “batas” kekuasaan. Karena itulah utusan Padishah Emperor Shaddam Corrino IV datang memerintahkan Leto menggantikan House Harkonnen sebagai bangsawan penguasa Arrakis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Syahdan, Arrakis (atau lebih dikenal dengan nama Dune) adalah sebuah gurun yang terdiri atas timbunan rempah dan herba yang sangat berharga. Bukan hanya untuk kelangsungan hidup makhluk di jagat raya, rempah itu bisa diolah menjadi bahan bakar bagi kendaraan terbang antarplanet mereka.

Bayangkan segala rempah berharga yang sekaligus bisa menjadi petroleum. Itulah dahsyatnya imajinasi Frank Herbert dalam novel legendarisnya ini. Leto tentu menyambut tugas ini. Sedangkan putranya, calon pemimpin masa depan Paul Atreides (Timothée Chalamet), dan ibunya waswas terhadap niat Sang Kaisar.

Josh Brolin dan Timothée Chalamet dalam Dune. IMDB

Mereka yang sudah membaca karya klasik yang terbit pertama kali pada 1965 itu tentu sudah mafhum bahwa serial novel Dune mempengaruhi banyak novelis dan film sci-fi, terutama yang menjadi film klasik saga Star Wars.

Karakter Luke Skywalker jelas mendapat roh dari tokoh Paul Atreides. Visualisasi jagat Star Wars, terutama bagaimana pesawat dan kendaraan yang kita kenal bisa melesat begitu cepat di udara, sesungguhnya terinspirasi dari deskripsi novel karya Frank Herbert yang terdiri atas enam jilid itu.

Namun nasib setiap karya memang tak terduga. Pada 1973, sutradara Alejandro Jodorowsky sudah membeli hak adaptasi novel Dune dan merancang sebuah film megah yang melibatkan nama-nama besar, seperti Geraldine Chaplin, David Carradine, dan pelukis Salvador Dali. Toh, yang sudah dirawat bertahun-tahun itu gagal. Upaya panjang dan berliku Jodorowsky itu malah dijadikan film dokumenter berjudul Jodorowsky’s Dune yang ditayangkan dalam Festival Film Cannes (2013). Versi yang akhirnya bisa tayang pada 1984 adalah karya David Lynch dengan pemain Kyle MacLachlan sebagai Paul Atreides.

Yang ironis sekaligus menarik dibahas adalah ketika menyaksikan Dune versi Denis Villeneuve, kita sudah pasti akan membandingkannya dengan visualisasi jagat Star Wars. Villeneuve sendiri menyadari itu dengan mengatakan kepada media, “Mencari identitas film Dune adalah sebuah proses panjang, ketika ruang cipta kita dibayang-bayangi jagat Star Wars. Ketika George Lucas menciptakan kisah jagat Star Wars, dia sangat terpengaruh novel Dune. Dan kini kami menggarap film Dune sesuai dengan novel, kami harus bisa bernegosiasi (kepada diri sendiri) dengan pengaruh Star Wars.”

Jason Momoa dalam Dune. IMDB

Dune sebagai sebuah teks adalah novel setebal 900 halaman yang sangat kompleks dan dalam karena tak sekadar mengisahkan pertentangan antarbangsawan (dalam hal ini “House” menunjukkan para bangsawan penguasa kecil di bawah Kaisar); perebutan Melange, si rempah sakti mandraguna. Novel tersebut lebih menggali persoalan ekologis yang di masa itu belum menjadi tren dunia; pertanyaan tentang ras, keimanan, dan religiositas yang perlahan-lahan terungkap dalam beberapa novel lanjutannya. 

Novel ini melibatkan ratusan tokoh, raja, bangsawan, penyihir, pemberontak, penduduk asli Fremen, lengkap dengan konflik horizontal dan vertikal. Sementara itu, film ini baru menceritakan separuh dari seluruh kompleksitas novel itu. Sebab, Villeneuve berencana membuat sekuel.

Karena itu, film bagian pertama ini masih berkutat dengan persoalan politik dan pengkhianatan Kaisar terhadap Leto dan Paul serta ibunya, yang melakukan perjalanan menuju Arrakis dengan waswas. Upaya pembunuhan terhadap Paul dalam perjalanan adalah indikasi terkuat bahwa undangan itu sebuah jebakan.

Javier Bardem dama Dune. IMDB

Seperti film-film sebelumnya, Villeneuve menyukai panorama. Sinematografi dalam film-filmnya tak pernah menjadi sekadar hadiah cantik bagi penonton, tapi juga bagian dari visual yang bercerita dalam sunyi.

Pada satu saat kita akan melihat bagaimana para pengelana, yang sudah berhasil berkelit dari cengkeraman bahaya, harus menghadapi banyak rintangan, termasuk sandworm, binatang raksasa yang bersembunyi sekaligus menyatu dengan gurun pasir dan akan mendadak muncul untuk menjaga harkat dan keamanan Melange, rempah yang diperebutkan itu.

Dalam adegan-adegan itu, Villeneuve tampak asyik dengan ciptaan-ciptaan visualnya yang fantastis. Sandworm tak hanya muncul seperti seekor binatang, tapi juga bak lukisan gigantik yang memakan seluruh layar—itulah sebabnya film ini memang harus ditonton di layar besar—dan bergerak seperti sebuah tarian massal. 

Belum lagi visualisasi pesawat-pesawat yang lalu lalang di udara, yang sebetulnya sudah kita saksikan dalam saga Star Wars tapi tetap menakjubkan. Terakhir, dominasi hamparan gurun keemasan dan warga Fremen yang tampil semampai menantang langit biru adalah salah satu cerita penting Herbert, meski dalam film ini baru muncul pada paruh akhir cerita. 

Keasyikan Villeneuve bermain-main dalam kanvas Dune itu tetap setia mengisahkan perjalanan Paul dan pergolakan batinnya; tentang mimpi-mimpinya yang seolah-olah menjadi nubuat; tentang posisi ibunya dan dirinya yang tak selalu sejalan. Timothée Chalamet berperan dalam konflik batin ini dengan pas dan penuh kepekaan.

Setelah lebih dari dua jam menyaksikan Dune, kita tetap merasa film ini memang belum selesai karena konon kisah suku Fremen dan tokoh Chani (yang diperankan oleh Zendeya) akan lebih dominan pada film kedua. Meski film kedua itu tampaknya masih lama akan beredar, rasanya film Dune kali ini bisa dianggap sebagai sebuah tribut bagi sang novelis, Frank Herbert, yang sudah lama mengangankan jagat rekaannya diadaptasi di layar lebar dengan baik.


DUNE

Sutradara:
Dennis Villeneuve

Penulis skenario:
Denis Villeneuve, Jon Spaihts, dan Eric Roth

Berdasarkan novel karya Frank Herbert

Pemain:
Timothée Chalamet, Rebecca Ferguson, Oscar Isaac, Josh Brolin, Zendaya, Jason Momoa, Javier Bardem, Stellan Skarsgard

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Leila S. Chudori

Leila S. Chudori

Kontributor Tempo, menulis novel, cerita pendek, dan ulasan film.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus