Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Bau bulgaria di Jakarta

Pemusik asal bulgaria "the dimov quartet" & "ansambel rakyat trakia" pentas di Jakarta. penonton bertepuk tangan panjang ketika konser the dimov quartet berakhir. begitu pula ansambel, dipuji penonton.

28 Januari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMI yang datang kemarin, merasa baik kalau memutuskan untuk menampilkan karya komponis Bulgaria malam ini. Jadi harap maklum, ada perubahan pada programa yang Anda pegang," kata Dimiter Kozev -- pemain violin cello The Dimov Quartet -- asal Bulgaria, yang main Senin dan Selasa malam pekan ini di Gedung Kesenian, Jakarta. Tampil dengan setelan jas hitam dan dasi kupu-kupu, kuartet yang disombongkan "satu dari 10 kuartet terbaik di dunia" itu memukau sekitar 200 penonton. Dimo Dimov, yang memegang biola 1, tampak amat tenang. Dengan penuh kepercayaan, ia memimpin rekan-rekannya membawakan karya Haydn: Op. 20 no. 4 re majeur. Akustik Gedung Kesenian yang bagus membantu kuartet ini menyelesaikan karya itu dengan baik. Para pemain kompak dan seimbang. Dimiter Kozev, yang memainkan violin cello, bermain ekspresif dan penuh inspirasi. Sedangkan Dimov, dengan konsentrasi tinggi, bermain bersih dan likat. Karya itu mengalir mulus. Kemudian menyusul sebuah komposisi karya komponis Bulgaria yang sudah almarhum. Barangkali inilah yang paling menarik dalam konser malam itu. Bulgaria yang tidak terlalu menonjol tradisi musik klasiknya -- kalau dibandingkan dengan negara-negara Eropa Timur lainnya, seperti Polandia, Rumania, Hongaria, Cekoslovakia -- jadi tercium indah, dinamis, dan kaya. Setelah masa jedah, ditampilkan karya Beethoven: Op. 95 fa mineur. Kuartet yang didirikan pada tahun 1956 itu makin menunjukkan lagi giginya. Dengan Nanko Dimitrov pada biola 2 dan Dimiter Tchilikov pada biola, kuartet yang pernah mendapat penghargaan tertinggi The Georgi Dimitrov Award di tingkat nasional -- karena memainkan Quarlet Beethoven pada tahun 1977 -- itu tampak menguasai repertoar. Tak heran kalau dari 80 album yang dimilikinya, mereka sudah memainkan semua kuartet Beethoven. "Quartet Dimov, dengan berbagai cara, mencoba memecahkan jarak waktu dari karya-karya klasik dengan kondisi saat ini, sekaligus menggali kekuatan dinamisnya," begitu bunyi filsafat kuartet yang telah berusia 30 tahun ini. Mereka telah memainkan 350 karya, dengan pengalaman lebih dari 1.500 konser di 33 negara. Dua kali penonton bertepuk tangan panjang ketika konser itu berakhir. Sebagai tambahan, mereka memainkan Karya Schubert yang mereka sukai: Op.29 la mineur. Bahwa sebuah negeri -- seperti Bulgaria memiliki kuartet serapi ini, boleh dikatakan, memang menarik. "Tetapi untuk mengatakan bahwa kuartet ini satu dari sepuluh kuartet terbaik di dunia itu berlebihan," komentar Suka Harjana, pengamat dan peniup klarinet yang juga pernah memiliki sebuah kuartet. "Kwartet itu tidak pernah diurut-urut seperti tangga-tangga lagu," sambungnya sambil tersenyum. Pada malam yang sama, di atas panggung mungil Libra Ballroom, di Hilton Executive Club, 18 penari pria wanita, 2 penyanyi dan 5 pemain musik dari Ansambel Rakyat Trakia membuka peti harta kebudayaan Bulgaria yang kaya. Perkumpulan musik yang didirikan pada 1974 di Kota Plovdiv (kota terbesar kedua di Bulgaria) itu datang ke Indonesia sebagai pertunjukan keliling yang sebelumnya membawa mereka ke India dan Sri Lanka. Gergiovedn, tari hari Santa Georgia yang gemuruh, dimulai dengan 6 lelaki muda berseragam tunik ungu dan celana hitam yang meloncat dan menari dengan gagah, diiringi musik gembira -- alat musik rakyat Cavale (seruling), Gaida (alat tiup dari kulit domba), Gaduleka (biola), Tapan (tamburin), dan akordeon. Hentakan kaki dan tepukan tangan ini menggambarkan suka-cita rakyat dusun pada saat panen di daerah Trachea, di selatan Bulgaria. Lantas tiga gembala tidak mau ketinggalan. Berseragam tunik cokelat tua dengan kopiah hitam bulu dan tongkat gembala, mereka terjun berdansa dengan rekan-rekannya yang lebih muda. Tiba-tiba tiga pasang gadis, dengan manja, melenggang-lenggok mengitari para perjaka. Terdengar suara acapella Vitchka Nikolova, syahdu, menyayat, mendendangkan kisah tiga lelaki yang bersusah-payah mencari jodoh -- dalam nada minor. Tapi kemudian musik menyentak dengan irama gembira dan cepat. Disusul nada sedih tentang seorang gadis yang ingin menikah. Lagu tanpa judul -- karangan pengarah suara ansambel -- ini merupakan inti dari seni suara Trachea atau Trakia. Malam itu Vitchka ditemani biduan lain: Boyka Boydgeva, sehingga suara mereka berpadu dalam archaic diaphony. Sulit untuk menjelaskan jenis suara penyanyi Trachea. Vitchka, yang telah bernyanyi sejak umur 4 tahun, mengatakan, "Syaratnya ialah suara tersebut harus kuat dan mempunyai nada kerakyatan". Umumnya syair-syair lagu bercerita mengenai kehidupan sehari-hari: cinta, keindahan paras wanita, musim panen, dan alam. "Ada sekitar 115 adat-istiadat di Bulgaria, mulai untuk kejadian kelahiran, panen, sampai kematian," kata Cyrille Djenev, 67, direktur artistik Ansamble Rakyat Trakia. "Dan untuk setiap adat-istiadat itu ada lagu tersendiri." Institut Musik di Ibu Kota Sofia sampai hari ini telah mengumpulkan lebih dari 300 ribu lagu rakyat kuno -- yang berusia ribuan tahun -- dan yang modern (ratusan tahun). Sekitar 15 lagu dan tarian, malam itu dipersembahkan dengan rapi oleh ke-28 seniman Ansambel Rakyat, juara pertama pada festival nasional tari dan musik rakyat 1984 di Bulgaria itu. Sayang, panggung Libra Ballroom terlalu kecil dan rapuh untuk hentakan kaki, tangan, tongkat, genderang, dan jeritan meriah. Bayangkan, bagaimana riuhnya bila 15 penyanyi, 65 penari, dan 20 musisi -- anggota Ansamble Rakyat Trakia itu -- diboyong komplet ke Jakarta. "Saya rasa akan ada kunjungan kedua," kata Cyrille setelah mendengar pujian dan tepuk penonton Putu Wijaya dan Yudhi Soerjoatmodjo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus