Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KETIKA mereka menggiring Nai Khanom Tom menghadap raja Myanmar, tangan dan kakinya masih bersimbah darah segar. Sepanjang hari Tom bertarung di halaman candi. Sebelas jumlah petinju Myanmar yang dilawan tawanan perang dari Muangthai itu. Sebelas yang tersungkur. Dua ratus tahun kemudian, perjuangan Nai Khanom Tom belum habis -- paling tidak bagi ribuan pemuda yang hidup di desa-desa miskin di pojok Muangthai. Seperti Nai Khanom Tom, mereka memilih berjuang dengan kaki dan tangan kosong. Sebab, bertinju memberikan apa yang tak didapatkan dari tanah yang semakin sempit dan tandus. Muay Thai, seni bela diri yang diciptakan ribuan tahun silam, adalah jalan keluar dari belenggu kenistaan itu. Alkisah, berkat kegagahannya, Nai Khanom Tom dihadiahi dua gadis cantik dan dibebaskan oleh raja Myanmar. Tak semua semujur Nai Khanom Tom. Muay Thai akhirnya juga sebuah neraka. Bagi bocah yang diadu seperti ayam. Ketika mereka menggiring anak itu, tangan dan kakinya masih bersimbah darah segar. Sepanjang hari ia bertarung di sebuah bar di pantai Pattaya. Dunia tak banyak berubah. Makan, Tidur, dan Galaxy Contohnya Muangthai memiliki 6.000 sekolah khusus -- di antaranya bertempat di kuil Budha untuk melatih 60.000 petinjunya. Pendidikan awal dimulai saat seseorang berumur 6 tahun dan berakhir sekitar 20 tahun kemudian. Hari-hari petinju pun cuma diisi dengan latihan dan pertandingan. Maka, tidak aneh bila ada bocah belasan tahun yang sudah lebih dari 50 kali bertarung. Untuk memperkuat tubuh terhadap tinju, sikut, dan tendangan lawan, petinju antara lain berlatih mengangkat ikatan balok semen seberat 15 kg dengan giginya. Alhasil, daya juang petinju Muangthai memang mengagumkan. Contohnya: Khaosai Galaxy, juara dunia 18 kali yang memulai kariernya sebagai petinju Muay Thai itu. Foto: Gamma Teks: Yudhi Soerjoatmodjo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo