Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Bengawan solo berubah bengawan solo berubah

Gesang, komponis, 60, banyak mencipta lagu langgam jawa. wawancara tempo dengannya di wisma seni tentang musik keroncong, kehidupannya serta tanggapan kaum muda atasnya.

6 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GESANG, komponis yang melahirkan lagu-lagu seperti: Bengawan Solo, Sapu Tangan, Tirtonadi, Jembatan Merah, Dunia Berdamai dan Roda Dunia, kini sudah berusia 60 tahun. Tapi dia masih kukuh berdiri. Ia bercerai dengan isterinya pada tahun 1963 karena tidak berbahagia, Sekarang temannya yang setia adalah 2 ekor perkutut. Masih mencipta lagi bersama dengan Bintang Surakarta, tetapi tidak semantap dulu lagi. Ia sudah mengumpulkan sekitar 15 buah langgam Jawa. Untuk jenis ini ia memang punya andil banyak. Di bawah ini, ia mencoba menerangkan soal keroncong, ketika kepergok Eddy Herwanto di Wisma Seni. Tanya: Apa sebenarnya yang dimaksudkan dengau Langgam Jawa? Jawab: Keroncong langgam Jawa mengambil nafas bunyi gending Jawa. Ini yang membedakannya dengan irama keroncong yang kita kenal sebelum-nya. Laras, atau irama, yang dipakainya adalah laras gending, pelog atau slendro. Ketukannyapun berbeda kalau dibandingkan dengan keroncong biasa. T: Sehutkah kehldupan keroncong sekarang? J: Di Solo keroncong bagus. Mungkin karena pengaruh lagu Barat dan lagu pop, keroncong kelihatan amblas. Dulu, ketika pemerintah jajahan Jepang sekitar tahun 1942 melarang masuknya lagu-lagu asing, keroncong hidup subur. T: Kira-kira kenapa kaum muda tidak doyan sekarang? J: Mungkin karena iramanya yang sukar itu. Saya kira lebih mudah memetik gitar jreng daripada misalnya harus cermat menggesek cello atau memetik cuk. T: Apakah Bengawan Solo sekarang sudah berbeda dengan Bengawan Solo dahulu tatkala lagu Bengawan Solo diciptakan ? J: Dulu pesanggerahan Langenardjo, yang dipakai Paku Buwono X, masih bagus. Kini, selain tak terawat, sudah rusak. Tepian Bengawan Solo memang sebagian banyak dibangun, indah kelihatannya. Tapi bagi saya, indahnya alam lebih menenteramkan hati. Wonogiri, daerah yang sebagian dialiri Bengawan Solo menyedihkan. Tapi, memang Bengawan Solo kini tak dapat dilayari lagi, seperti zaman dulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus