Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Kursus-Kursus-Kursus

Kursus kecantikan berkembang pesat di Jakarta. Dep P & K menerima pendaftaran, tidak memberikan pengakuan. School of beauty and modelling dari martha thilar terbaik. Kursus-kursus akan diurus Depnaker.

6 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM sebuah iklan ala tertulis: "Sekolah Kecantikan Anu, menerima siswa baru. Kursus penataan rambut oleh guru dari Roma. Harga bersaing, lama kursus 2 hari dan dapat ijazah luar negeri." Uang kursus sebanyak sekitar Rp 200.000. Guru, entah datang dari mana, memang terbukti dia orang asing. Hari pertama. si kulit putih memperagakan kepandaiannya. Hari kedua siswa diuji praktek. Sorenya, ijazah dibagi-bagikan. Di luar negeri, tidak ada kursus kilat dengan menggondol ijazah dari "luar negeri." Pivot Point International Inc. dari AS (juga mempunyai cabang di 16 negara) memberi ijazah pada seorang ahli kecantikan kalau dia telah tamat menyelesaikan 600 jam pelajaran untuk penataan rambut dan 1.100 jam pelajaran untuk tata rias. Siswa biasanya harus belajar 8 jam setiap harinya. Di Perancis, Jerman Barat dan Belanda, seseorang hisa dibilang ahli kecantikan kalau dia telah menjalani sekolah tahunan lamanya, paling tidak 3 tahun. Sembarangan Tentang adanya kursus kecantikan yang mengatakan dibagikannya ijazah dari luar negeri (atau oleh orang luar negeri), petugas Kantor Wilayah P & K mengatakan tidak tahu-menahu. Biarpun mereka tahu lewat iklan di koran. Juga soal lamanya pendidikan, tampaknya tidak ada ketentuan resmi. Ketentuan jumlah jam pelajaran ada disodorkan bahwa kurikulum untuk pelajaran tata rambut, harus 56 jam pelajaran. "Tapi apakah ini nanti akan dilaksanakan oleh sebuah kursus misalnya satu hari saja, itu urusan mereka," ucap Hutabarat dari Direktorat Pendidikan Masyarakat Kantor Wilayah P&K Jakarta. Diterangkan lebih lanjut bahwa Departemen P & K tidak memberi pengakuan, tapi cuma sekedar menerima pendaftaran. Ini meliputi kursus mengetik, montir, steno dan apa saja yang meliputi pendidikan luar sekolah. Seorang petugas Kanwil P & K bahkan berkata: "Mereka sudah kita minta untuk memberi laporan tiap enam bulan, sampai sekarang tak pernall ada." Apa sebabnya, mereka tidak tahu. "Mungkin saja mereka takut kena pajak," tambahnya. Tidak mendaftarkan pada Dinas P & K setempat juga tidak ada larangan. "Jadi terserah pada pengikut kursus sendiri, apakah mereka akan memilih sekolah yang bermutu atau yan cuma keren di iklan,'' kata Noerdin, dari Kantor Wilayah P & K Jakarta. Tambahnya: "Untuk sekolah kecantikan, saya menilai Jakarta School of Beauty and Modelling dari Martha Tilaar adalah yang terbaik." Artinya: tidak cuma mau mengambil keuntungan materi (uang kursus), tapi siswa juga diberi pelajaran basis dan praktek. Kata Noerdin lagi: "Dari sekolah inilah yang selalu memegang rekor tinggi dalam jumlah banyaknya yang lulus." Apakah pelajaran itu memadai, entahlah. P & K menerima uang ujian dari setiap pengikut ujian Rp 7.000. Di seluruh Indonesia ada 2.071 buah sekolah yang mengurus kursus ketrampilan. Di Jakarta ada 660 buah, dan dari jumlah itu ada 216 buah sendiri yang disebut sekolah kecantikan. Cabang dari kursus ini memang semakin lama semakin banyak jumlahnya. Dia tidak diikuti oleh para putus sekolah saja, tapi banyak yang dari semula berminat untuk mencari seorang ahli kecantikan. Murid-muridnya biasanya wanita, tidak jarang pula lakilaki dan wadam. Kata Noerdin menambahkan: "Mudahmudahan nanti, masyarakat tidak akan memilih begitu saja kursus-kursus yang didirikan secara sembarangan." Dra. Martha Tilaar yang kini memiliki tiga buah salon tiga tempat di Jakarta berkata: "Dulu, seseorang turut kursus kecantikan karena dia putus sekolah. Tidak lagi sekarang. Kini langganan juga semakin kritis." Tamatan pedagogi yang mencemplungkan diri dalam sekolah kecantikan ini kini memiliki murid sekitar 150 orang setiap 4 bulan. Uang kursusnya: Rp 100.000 di luar alat-alat yang diperlukan. Sekolahnya menetapkan seseorang harus boleh turut ujian kalau sudah mengikuti 450 jam pelajaran. "Saya ingin sekolah yang sungguhan," kata Martha, "tapi mungkin baru nanti Indonesia bisa meniru sekolah sungguhan seperti di luar negeri." Pendidikan dasar yang diberikan meliputi fisiologi, anatomi, perbandingan kosmetika, diet, gizi dan banyak lagi. "Sehingga sulit kalau pengikut kursus sekolah tamatan SD atau SMP saja," tambah Martha. Lapangan kerja untuk pemegang ijazah kecantikan juga semakin luas. Dia tidak akan bekerja di salon saja, tapi bisa juga jadi konsultan kecantikan, guru, direktris, sales girls dan lainnya lagi. Di negara-negara yang di sono, seorang ahli kecantikan malahan dituntut sebagai seorang yang bertanggungjawab atas kesehatan dan keselamatan langganannya. Kesalahan yang diperbuatnya, bisa dituntut oleh pengadilan atau jawatan asuransi. Lebih parah lagi, salonnya akan ditutup. "Di Indonesia kita ban menuju ke situ," tambah Noerdin. Martha Tilaar menyatakan bahwa suatu seminar kerja perlu diadakan sewaktu-waktu. Dengan demikian antar ahli kecantikan ada perbandingan pengetahuan, pertukaran dan pertambahan ilmu dan menguasai mode-mode yang up-to date. Dua minggu lalu, dia mengundang Don Carr direktur wilayah Asia dari Pivot Point International. Pada pengikut kursus dia menerangkan tentang potongan rambut pria dan wanita mutakhir. Katanya: "Memotong rambut pria hendaknya jangan sama dengan wanita, biar pun panjangnya sama." Dan ini banyak dia lihat di Jakarta. Direktorat Luar Sekolah dan Olahraga September nanti "harus menyerahkan soal kursus-kursus ini ke Departemen Tenaga Kerja," ucap Hutabarat. Di tahun 1970, Departemen P & K dari direktorat ini menertibkan segala macam kursus. Tapi Keputusan Presiden no.34/1972 mengkategorikan kursus kerumahtanggaan ini sebagai satu bentuk latihan kerja. "Yaah, saya cuma pegawai," kata salah seorang staf, "cuma saya heran, mengapa kursus-kursus ini harus dimasukkan dalam Departemen Tenaga Kerja. Lantas tugas kami nanti apa?" Mungkin, karena kursus-kursus ini semakin banyak menyerap tenaga kerja. Apalagi kursus dan salon kccantikan yang kian hari kian menjamur banyaknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus