Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Bercerita lewat lensa

Pengarang: ian charles stewart singapura: concept media pte. ltd, 1983 resensi oleh: winneka de groot. (bk)

17 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INDONESIANS PORTRAITS FROM AN ARCHIPELAGO Oleh: Ian Charles Steart Penerbit: Concept Media Pte. Ltd., Singapore, 1983, 230 halaman BUKU ini merupakan photographic essay, yang menyajikan foto-foto berwarna yang indah mengenai berbagai suku bangsa yang hidup di berbagai pulau di Indonesia. Gambar-gambar disajikan dengan sederhana, gamblang, penuh kehangatan - seolah-olah pembaca berada di tengah-tengah orang orang itu. Suatu hal yang menarik: buku ini dibuat oleh Ian Charles Stewart, 25 yang latar belakang kehidupanny unik dan beraneka warna pula. Ibunya, keturunan Indonesia-Cina, dan ayahnya, campuran Skotlandia-Selandia Baru. Mungkin karena inilah ia dapat menyentuh dan mengemukakan dengan baik ciri khas suku bangsa yang berbeda-beda. Memang tidak dapat diingkari bahwa Indonesians, Portraits of an Archipelago akan memperkenalkan kita dengan manusia, yang bukan saja hidup di pulau-pulau dengan ciri alam yang berlainan, tetapi juga orang-orangnya yang mempunyai ciri alamiah yang khas, misalnya raut mukanya, sifatnya, dan kebudayaannya. Di sinilah daya tarik Indonesia untuk orang luar negeri. Tata warna foto yang begitu menarik adalah, sebagian, berkat teknik Kodachrome yang memang mempunyai keistimewaan membuat sebuah foto menjadi "hidup", hangat, dan menggairahkan. Sesungguhnya, kira-kira 15 tahun lalu, seorang penulis lain telah menerbitkan buku sejenis. Tetapi karena waktu itu ia memakai Ektachrome, maka foto-fotonya banyak yang kehilangan kehangatan - tampak mati semu kebiru-biruan. Keunggulan buku Indonesians, Portraits of an Archipelago ini, menurut saya, terutama terletak pada pemilihan obyek oleh penyusunnya. Yang dikemukakannya adalah rakyat biasa dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan wajah yang mencerminkan ekspresi, serta raut muka yang khas daerah itw. Mereka itu diintip daiam keberadaan sehari-hari: sedang bekerja, bermain, makan, dan dengan mengenakan pakaian sehari-hari pula. Pengungkapan fragmen-fragmen, yang seolah-olah tersendiri, sebenarnya justru berhasil membentuk kesatuan yang jarang ditemukan dalam buku sejenis. Seseorang yang mengunjungi daerah-daerah ini akan menjumpai orang-orang seperti terlukis dalam buku ini. Stewart juga berhasil baik mengemukakan rakyat di beberapa pulau di Indonesia. Dialah yang pertama kali menyingkapkan tabir delapan daerah besar Indonesia: Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya. Foto-fotonya bagus dan teknik pengambilannya tepat. Menurut saya, buku ini hanya mempunyai dua kelemahan kecil. Pertama, foto pertama mengenai Bali, yang memperkenalkan pembaca pada orang Bali dengan segala kekhasannya, kurang tepat pemilihannya. Muka penari Bali itu kelihatan dingin dan keras. Sedangkan ciri khas orang Bali adalah bermata kijang, ekspresi mukanya memancarkan gairah serta kehangatan, dan penuh kelincahan. Kelemahan kedua, dalam menelusuri buku ini orang akan mendapat kesan adanya kesunyian, dan rasa tenang. Mengapa? Dalam buku ini hampir tidak dijumpai gambar anak-anak - kalau pun ada, itu hanya sebagai latar belakang pengambilan gambar orang dewasa. Padahal, anak-anak selalu memberi kesan ramai dan meriah karena spontanitasnya. Itulah perbedaan utama buku ini dengan buku lain yang selalu menonjolkan upacara adat besar-besaran - seolah-olah itulah yang akan ditemukan di daerah itu setiap hari setiap waktu. Buku ini dapat membantu kewisataan, karena foto-foto (visual image), sebagai media komunikasi, mempunyai dampak lebih besar daripada artikel tertulis apa pun. Hanya saja, dari segi angkutan dan penginapan, sebagian besar daerah yang disebut dalam buku ini belum siap menerima wisatawan. Yang dibutuhkan wisatawan bukanlah hotel dan angkutan mewah, tetapi cukup penginapan dan transportasi dengan fasilitas sederhana asalkan kebersihannya memadai. Bagi mereka, keramahan dan kehangatan orang Indonesia merupakan daya tarik tersendiri. Winneke de Groot * Pengamat budaya dan anggota Lingkar Mitra Budaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus