SANDOPPO. Sandoppo siapa? Engkau tidak mengenal Sandoppo? kata teman. Dia termasuk tingkat atas. Tingkat atas di mana? Di Bandung memang. Apakah di Bandung juga ada tingkat atas? Di mana-mana terdapat tingkat atas. Juga di Rusia atau Cina, di mana semua orang sama rata tapi ada yang lebih sama rata dari yang lain. Setiap kumpulan orang mulai membuat tingkat. Ada yang bikin nasi goreng, ada yang makan, dan yang masak lebih rendah tingkatnya dari yang makan. Setiap orang harus mempunyai gelar. Di kapal Inggris ada mister president, mister secretary, mister treasurer, dan seorang tuan tanpa gelar disebut tuan musafir kelas satu. Dia masuk tingkat atas tidak karena mempunyai gelar tapi karena mempunyai duit. Bagaimana di Bandung? Sulit, kata teman, sangat sulit. Yang mempunyai duit di Bandung tidak masuk tingkat atas. Cheng Chin Cong yang lebih kaya daripada Rockefeller dan Rothschild bersama-sama tidak masuk tingkat atas. Kalau Pak Raden membutuhkan uang, dia tahu di mana rumah Cheng Chin Cong, tapi kalau ada undangan nikahkeun, Pak Raden sekonyong-konyong lupa alamat tersebut. Siapa masuk tingkat atas? Pak Raden? Tidak semua. Kalau Pak Raden tidak punya duit dan tidak mengikuti jejak ayahnya, bekas pamong pangreh, Pak Raden barang museum dan tidak masuk tingkat atas. Orang ABRI, satu-satunya unsur yang masih menghiasi diri dengan bintang, setrip dan lambang-lambang kuningan memang masuk the happy few, tapi hanya kalau gelar brigjen ke atas. Keadaan di Indonesia tidak banyak berbeda dengan di Bandung. Korps diplomatik tidak begitu bermutu, dan lain dari duta USA dan USSR semua duta serupa perwakilan republik pisang. Para menteri tidak mempunyai banyak waktu untuk masuk tingkat atas karena setiap empat tahun mereka diganti, dan Nyonya Ekselensi tahun ini kembali menjadi Emmy Kuncoro tahun depan. Salah satu jalan masuk elite ialah jalan sekolah. Sang profesor dalam kandang sendiri menampakkan diri sebagai dewa, tapi dalam cahaya sinar matahari warna hitam toga menjadi agak abu-abu. Lain dari itu kalau ada kumpulan the real people sang profesor agak serupa dengan seorang badut. Si Poppy lulus SGA sangat ambisius dan tidak bodoh, selesai IKIP membuat proepskrip dan menjadi doktor dan profesor. Waktu resepsi saya mau memperkenalkan diri tapi si Poppy menengok pada saya seperti ibuku menengok kepada barang yang dibawa masuk kucing. Ego sang Poppy lebih tinggi dari sepuluh meter, tapi kalau sang profesor mau bertemu dengan orang atas, dia sangat kecewa karena semua orang tahu bahwa ayahnya dulu tukang jual minyak tanah, dan bau minyak tanah tidak hilang kecuali kalau menjadi wangi Ibny Sutowo. Kesimpulan: di Indonesia tidak ada tingkat atas. Tapi teman tidak setuju. Memang ada, mungkin lebih dari satu. Orang Hindia menjadi kelompok terpisah dengan tingkat-tingkat sendiri, dan sang Tamil tidak boleh nikah dengan anak dari Bombay. Orang Cina begitu juga. Cina totok, Cina Padang, Cina Jakarta, semua golongan menjadi kelompok tersendiri dan masing-masing mempunyai tingkat atas. Mungkin kita harus membedakan dua macam tingkat atas, kata teman yang di SMA dapat angka bagus untuk ilmu kemasyarakatan. Tingkat atas kultural dan tingkat atas di bidang kuasa. Sang Chen orang paling kaya di Asia Tenggara mungkin tidak diundang waktu perkawinan anak bupati. Tapi kalau orang berkumpul di belakang tirai untuk ambil keputusan yang mempengaruhi nasib nusa dan bangsa sang Chen memasang ikut omong. Pecunia nervus rerum, dan Carolus Imperator tertahta. Tapi Fugger mengatakan dengan benar tanpa duit saya engkau tak pernah berhasil menjadi maharaja. Begitu juga posisi Papa Medici, Jean Crevecoeur atau Bapak Vanderbildt. Lain lagi tingkat atas kultural. Istana dalam sejarah manusia menjadi pusat berkumpul pelukis yang bikin potret sang raja, ahli musik yang menulis irama untuk pesta tarian dan pengarang sandiwara yang ikut contoh Moliere, Racine, dan Corneille, yang membuat ceritera supaya kaum istana menangis atau ketawa. Di Jakarta kaum pelukis, komponis, dan pengarang sandiwara harus ke mana? Di mana bagi mereka tingkat atas yang memberi duit untuk seni? Rendra membuat drama hebat tapi yang datang hanya anak SMA. Supaya terjadi tingkat atas di bidang kebudayaan kita harus menunggu, kata teman. Itu membutuhkan sejarah. Bagaimana di Yogya, saya tanya pada teman. Dia, orang Sunda, ketawa sinis dan mengatakan hal yang mungkin benar tapi tidak enak. Bangsawan modern tidak harus dicari di Yogya melainkan di Houston, di antara mereka yang memutuskan berapa dibayar untuk satelit yang baru dan bagaimana pembayarannya. Karena Pecunia nervus rerum, kata teman yang berdiri. Ia meninggalkan restoran dan menyerahkan pada saya membayar ongkos minuman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini