Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
WHAT THE DOG SAW AND OTHER ADVENTURES
Penulis: Malcolm Gladwell
Penerjemah: Zia Anshor
Penerbit: Gramedia
Edisi: I, 2010
Tebal: xviii + 457 halaman
SUATU hari Cesar Millan dipanggil untuk mendamaikan Lynda Forman dan Sugar. Keduanya makhluk berbeda: yang pertama seorang ibu rumah tangga dan yang kedua anjing peliharaannya. Si ibu mengeluh kerap dicakar oleh anjingnya sendiri, seolah orang asing. Si anjing sering membuat ulah, mengobrak-abrik perabot rumah. Walau si ibu mengaku menyayangi hewan itu, indra Cesar merasakan ada sesuatu yang kurang.
Maka berlangsunglah percakapan antara Cesar dan si anjing. Lewat jurus tertentu, yang pendeknya mendisiplinkan perilaku si anjing, di hadapan Cesar hewan itu berubah jinak. Sepertinya, kepribadian Cesar hadir di situ. Sore harinya, lelaki yang memelihara puluhan ekor anjing itu mengajak Sugar berjalan-jalan. Menakjubkan, sepulang ke rumah ibu Lynda, Sugar menjadi hewan yang manis.
Apa yang dipikirkan seekor anjing ketika ia berhadapan dengan Ibu Lynda? Dan Cesar?
Kendati bukan buku ”utuh” seperti The Tipping Point, Blink!, maupun Outliers, Gladwell tetap menawarkan pesonanya. Kumpulan tulisan ini menjadi pemandu bagi kita untuk menelusuri jejak kepenulisan Gladwell, khususnya di The New Yorker. Di media ini, ia memperoleh kesempatan luas mengeksplorasi cara berpikir dan bertuturnya.
Kisahnya tentang penciptaan saus tomat, misalnya, membukakan kenyataan betapa rumit relasi yang melahirkan sebotol saus tomat. Di dalamnya tersimpan sejarah pencarian kualitas, kepekaan akan cita rasa, gengsi, pertarungan memperebutkan pasar, dan juga kisah tentang ambisi. Sejarahnya melebihi apa yang dikatakan Andrew F. Smith, penulis The History of Home-Made Anglo American Tomato Ketchup, bahwa, ”Sebagian penting sejarah peradaban kuliner bisa diceritakan lewat buah tomat.”
Sebuah peristiwa, atau suatu benda, mungkin terlihat tidak menarik untuk dituturkan karena dianggap jamak, lumrah. Sering kali, itu lantaran kita menempatkannya sebagai peristiwa atau benda yang steril dari lingkungan, yang tak punya sejarah, yang miskin relasi. Gladwell piawai membongkar apa yang tersimpan dalam ”kotak hitam”, menelusuri tali-temali peristiwa lain, pikiran, kekuatan, yang akhirnya membentuk apa yang tampak di permukaan.
Sebanyak 19 tulisan dalam What the Dog Saw dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Yang pertama tentang orang-orang yang terobsesi, yang disebut Gladwell sebagai jenius minor. Mereka bukan Einstein, Churchill, atau Mandela, tapi orang seperti Ron Popeil, si pembuat oven Veg-O-Matic yang pantang menyerah hingga meraih sukses.
Yang kedua, ihwal cara berpikir yang salah: mengapa banyak tunawisma, apakah mereka yang malas atau sistem yang salah? Yang ketiga fokus pada bagaimana kita membuat prediksi tentang orang: apakah mereka akan menjadi karyawan yang baik, mampukah mereka mencipta karya seni yang hebat, atau bakal menjadi pembunuh berantai?
Tema-tema dalam koleksi ini adalah saran yang bagus untuk mengkarakterisasi Gladwell sendiri: seorang jenius minor yang tanpa sadar menunjukkan bahaya penalaran statistikal dan bagaimana sebuah kesalahan dalam berpikir melahirkan kegagalan yang luar biasa.
Esai-esai Gladwell layak diakui berhasil bila meminjam pengertian sukses menurut definisinya: mengajak pembaca berpikir ulang dan berpikir dengan cara yang berbeda. Setelah What the Dog Saw, karya Gladwell lain—sebuah buku ”utuh” niscaya lebih menawan—layak ditunggu. Yah, barangkali Gladwell memang telah tumbuh menjadi sebuah merek.
Dian R. Basuki, pembaca buku
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo