DI antara 7 pemain biola Ensemble Jakarta yang sedang
mengadakan gladi resik di Teater Besar TIM, tampak wajah Idris
Sardi. Malam 30 Nopember ia direncanakan akan tampil sebagai
consert master. Dan tentu saja dia diharapkan bermain solo
dengan biolanya untuk beberapa bar, sebagaimana galibnya.
Tapi orang ini tampak letih sekali. Tak dapat ditutupi lagi
bahwa ia kelihatan sulit mengikuti latihan terakhir itu. Kendati
terus dicoba sampai siang, tak ada tanda-tanda kemajuan. "Tampak
kurang mantap", ujar Suka Hardjana pimpinan Ensemble. Sementara
Idris sendiri mencoba memberikan alasan: "Saya capek sekali,
barusan pulang dari Tokyo mengikuti Festival Lagu Pop. Baru satu
hari ini saja saya sempat mengikuti latihan"
Akhirnya ia mengundurkan diri. Kesempatan dilimpahkan kepada
Nusyirwan Lesmana, yang tentu saja cukup biyayakan juga karena
hanya sempat berlatih 1 hari.
Ensemble Jakarta yang hampir 2 tahun lebih hanya muncul dalam
bentuk kwartet dan kwintet tampaknya. telah berhasil berkumpul
kembali. Mungkin ini sebuah langkah pemanasan untuk kehidupan
musik kamar yang baru satu-satunya di Indonesia dan sebenarnya
sudah berusia 5 tahun. Apalagi dalam rencana mereka ada tour
rutin ke berbagai kota besar, paling tidak bisa diharapkan akan
mulai mengumpulkan publik. "Saya harus mulai dari bawah lagi,
jangan mengharapkan terlalu besar dari pemunculan kembali ini,
saya harus dibiarkan dulu dengan grup saya, untuk bekerta lebih
dahulu", ujar Suka Hardjana padaTEMPO.
Malam penampilan yang sempat merengkuh penonton separuh
persediaan kursi di Teater Besar itu menampilkan pula solis
Iravati M. Sudiarso dan Rudy Laban. Idris Sardi sendiri masih
ikut hadir sebagai salah satu dari 4 pemain biola 1. Karya-karya
periode Baroque yang ditampilkan dinilai oleh beberapa orang
pengamat kurang pas untuk suasana langkah pertama. Sebab
karya-karya tersebut mempunyai kaidah dan norma-norma yang
ketat, seringkali njelimet. Kendati demikian Iravati dan Rudy
sempat membawakan Bach dengan bagus. Sedangkan Nusyirwan Lesmana
yang dipercayakan untuk membawakan Vivaldi walaupun telah
berusaha keras masih menampakkan cacad. Barangkali kalau tidak
terlalu capek Idris Sardi orangnya yang lebih tepat.
Pergelaran yang terbagi dalam 2 bagian itu menampilkan pula
karya-karya L. Boccherini dan F.X. Richter. Dua musisi ini hidup
antara akhir periode Baroque dan awal periode Klasik Romantik
yang ditandai oleh Haydn, Moart dan Beethoven. Ensemble Jakarta
memang harus diberikan waktu untuk mempersiapkan dirinya sebagai
grup yang bahkan oleh bebcrapa orang dinyatakan sebagai
satu-satunya grup musik kamar di Asia Tenggara. Tak kalah
pentingnya adalah memikirkan sebuah tempat pertunjukan dengan
akuistik gedung yang lebih baik, sehingga semua bunyi dapat
ditangkap lebih jernih. Beberapa anak muda sempat juga
mengatakan bahwa Suka Hardjana memang rapih dan cermat, tetapi
kurang "berani". Ukuran "berani" memang amat nisbi, tetapi kita
lihat saja bagaimana perkembangan dalam penampilan-penampilan
berikut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini