Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Berita Tempo Plus

Bila kiper mencabuti gawang

Lebih dari 500 gajah liar di kawasan rimba Way Kambas, Lampung, akan memperoleh pendidikan di sekolah gajah di way kambas. Gajah yang berhasil dijinakkan kemudian diberi pelajaran bermain sepak bola.

13 Februari 1988 | 00.00 WIB

Bila kiper mencabuti gawang
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
GAJAH bengong di kebun binatang bisa menyedot penonton. Apalagi sampai bertanding main bola. Ini bukan acara Kompetisi Divisi Utama PSSI yang sedang berlangsung. Tapi acara pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-15, Senin pekan ini, di Bandar Lampung. Tim gajah Karang Sari dan Rajabasa adu terampil berebut dan mengegolkan bola kc gawang lawan, sebelum para qori dan qoriah bcrtanding merdu membacakan ayat-ayat Quran. Para jagoan bola berkaki empat itu bukan warga sekolah bolanya Aliandoe, harap maklum. Melainkan warga Gubernur Lampung Yasir Hadibroto, yang mcndiami kawasan rimba Way Kambas. Tentulah ketika masih di rimba, para gajah belum berhobi menendang bola. Paling mereka menendang-nendang kelapa, bila ada. Syahdan, ketika manusia memerlukan lahan lebih luas -- untuk perkebunan, perladangan, dan permukiman -- kawasan Way Kambas pun dibuka. Itu sebabnya bila gajah yang merasa terganggu lalu masuk kampung. Bukannya hendak nonton pertandingan bola, melainkan mencari makhluk penganggu ketenteramannya. Tidak kurang dari 15 orang tewas dalam tempo 5 tahun terakhir, jadi korban amukan gajah . Infiltrasi gajah menimbulkan ide untuk "membudayakan" gajah. Lahirlah yang disebut Operasi Tata Liman di Lampung, 1984-1985. Mengerahkan lebih dari 100 personel ABRI dan warga setempat, operasi ini merupakan awal kerja sama manusia dan si raksasa rimba. Hasilnya, lebih dari 500 gajah liar kini menempati habitatnya yang baru di Way Kambas, untuk memperoleh pendidikan di sekolah gajah di situ. Sebagai uji coba, 5 gajah didaftarkan sebagai murid di sekolah yang melaksanakan kurikulum sepak bola itu. Dianggap sukses, maka dalam waktu 3 tahun 53 ekor gajah liar ditampung sekolah tanpa kelas itu. Tak jelas di bawah departemennya Fuad Hsan atau bukan, sekolah ini pun membuka semacam EBTA Evaluasi Belajar Tahap Akhir. Tiga puluh siswa dinyatakan lulus, dan dibolehkan pamer hasil belajarnya, pertama kali, ya, di pembukaan MTQ tahun ini. Kelimabelasan (satu tim bola jenis ini memang terdiri dari 15 gajah) berbelalai ini rupanya juga mengenal taktik. Umpamanya, dalam latihan menjelang pertandingan, seekor gajah bunting tergeletak ngos-ngosan karena ditabrak lawan. Semetara itu, si Seng Tong, sang kiper, asyik mencabuti tiang gawang -- inilah taktik mencegah gol, pikirnya, mungkin. Adalah Ir. R. Bintoro, direktur proyek sekolah gajah Way Kambas. Dialah yang mendatangkan dua pawang dari Muangthai, Sanga dan Samarch namanya. Plus dua pak guru bernama Tong Bay dan Tong Deng, lulusan sekolah gajah di Negeri Gajah Putih itu. Apa kata Gubernur Yasir Hadibroto? "Saya memimpikan pertandingan bola antargajah ini bukan mau menandingi kesebelasan sepak bola kita yang selalu kalah, lho." Burhan Piliang, Rini P.W.I., dan Effendy Saat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus