AULA Pusat Kebudayaan Soviet selama ini lebih sering beku dan sepi. Tapi dalam 3 s/d 15 bulan ini, semarak dengan pajangan 34 lukisan cat air karya para pelukis Rusia. Yang dipamerkan itu merupakan karya yang lahir dari periode abad ke-19 hingga awal abad ke-20 - suatu masa ketika semangat Revolusi Oktober belum mengudek-udek pengaturan seniman mengungkapkan keindahan. Digambar realis oleh Vasily Ivanovich Surikov (1848-1916), lukisan berjudul Panglima Suvorov di Bukit Alpen (cat air, di atas kertas 24,3 X 18,5 cm) itu merekam kemenangan pasukan Rusia di bawah komando Suvorov di Pegunungan Alpen, Italia Utara, dalam kemelut antara kelompok yang pro dan kontra-Revolusi Prancis. Yang dipamerkan di sini merupakan sketsa berwarna dari lukisan dengan tema sama -- keduanya kini tersimpan di Museum Rusia, Lenigrad . Suvorov termasyhur karena kepahlawanannya menghadapi tentara Turki, dalam pertempuran di dekat pantai Laut Hitam, pada masa Peter Agung. Karena ia lambang kepahlawanan rakyat Rusia, seperti kata Sekretaris I Kedubes Soviet di sini, Anatoly A. Koslov, pada periode Perang Dunia II, pemerintah Soviet memberikan Bintang Suvorov untuk para serdadunya yang berhasil mengalahkan tentara Jerman. Dalam pameran ini, Vasily Surikov mendapatkan tempat istimewa. Karyanya diberi tempat terbanyak: 22 buah. "Selama ini, orang Rusia bisa melihat sejarahnya melalui karya-karya Surikov," tutur Koslov. Lebih dari sekadar mengejawantahkan heroisme di dunia militer, terutama dalam pertempuran fisik melawan kekuatan asing, karya Surikov juga menceritakan mereka yang mempertahankan pendiriannya sampai ke tiang gantungan: ekspresinya keras, seirama dengan kekerasan orang-orang Kosak yang suku asal pelukisnya. Ini bisa dilihat pada Strelets (prajurit Rusia abad XVII) -- sebuah etude bagi lukisan lukuman Mati Strelets -- pensil, di atas kertas 38,5 X 29,8 cm. Seorang lelaki menyeringai, tak suka, sementara matanya menyorot bak mata elang. Begitulah ekspresi para penentang Peter Agung. Mereka, karena menentang reformasi Peter Agung, akan dieksekusi mati secara masal di dekat Kremlin, di pertengahan abad XVII. Tentu saja akan janggal kalau dalam pameran ini tak disertakan karya Mikhail Alexandrovich Vrubel(1856-1910).Ditampilkan cuma sebuah, Potret Nadezhda Ivanovna Zabela-Vrubel (istri pelukisnya), cat air di atas kertas 33,2 X 19,9 yang bertahun 1902 itu adalah salah satu sosok terpenting dalam perkembangan seni rupa Rusia. Dalam segala bidang -- seni lukis, seni patung, mural-mural yang monumental, karya grafis, lukisan esel, tata panggung, bahkan arsitektur -- ia selalu melahirkan karya berkualitas terdepan. Tidak aneh, memang. Vrubel, lulus Fakultas Hukum Universitas St. Petersburg, 1879, sebclum akhirnya pada 1880 belajar lagi pada Akademi Kesenian di bawah Pavel Chistyakov. Ia termasuk dalam daftar Rancangan untuk Propaganda Monumental, yang dicanangkan Vladimir Lenin pada 12 April 191 menjadi sebuah dekrit. Vrubel tak dilupakan . Selebihnya adalah pelukis-pelukis dalam golongan arus baru yang pengaruhnya hingga ke awal abad ke-20. Mereka mencoba menggali legenda-leganda lama Dalam barisan ini, misalnya Mstislav Dobuzhinsky (1875-1957). Dengan lukisan berjudul St. Petersburg, Terusan Obvodnoy (1902, dengan media cat air dan pensil, di atas kertas 22,3 X 31,8 cm). Atau Lev Baks (1866-1924), yang karyanya Sketsa Pakaian bagi Seorang Tokoh Drama dari Dongeng tentang Josef (1908, cat air, gouache, perunggu, dan pensil Italia di atas kertas 31,2 X 22,8 cm). Perbedaan besar antara lukisan cat air pelukis Rus ini dan karya dari Cina atau Jepang adalah dalam sikap pelukisnya dalam mengapresiasikan keunikan medianya. Bagi pelukis Cina atau Jepang, cat airnya nyaris selalu dibiarkar merdeka, membentuk bukit-bukit karang pohon-pohon li, dan kabut -- sementara sosok manusia hanya segores kecil yang tak perlu diukir-ukir. Kalau lukisan-lukisan Soviet yang dipamerkan ini, sangat jelas betapa cat ar diperlakukan sebagai sarana ungkapan, seperti cat minyak laiknya, kendati wataknya yang meleleh-leleh tidak sama sekali dimatikan. Dan ini tetap enak dilihat, walau didalamnya tak ada keanggunan. Kendati semua itu dikirimkan dari Moskow ke Jakarta melalui facsimile, warna warna hasil reproduksi itu bisa dinikmati selain ini secuplik informasi perkembangan seni lukis di Soviet. Pameran serupa kiranya perlu disusul lagi dengan karya-karya mutakhir -- terutama 1985 setelah munculnya glasnots. Dan abstraksionisme kini di Rusia konon, sudah pula dihalalkan. Mohamad Cholid & Tri Budianto (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini