Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Cara Cepat Jadi Penulis

Sekolah penulisan kreatif memberikan janji kemudahan berkarya. Kesempatan memiliki tulisan yang diterbitkan pun makin terbuka.

25 Juli 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ella Devianti, 24 tahun, tak sabar menantikan Agustus, saat diterbitkannya Paradoks Magi, novel karya pertamanya. Gadis yang kuliah di Universitas Indonesia ini sebenarnya tak pernah berpikir bisa menulis novel, apalagi kemudian ada penerbit yang tertarik mencetak dan mengedarkannya. Tapi, semua itu terjadi.

”Keberuntungan” Ella tak lepas dari program beasiswa menulis kreatif yang diterimanya dari Jakarta School, sebuah lembaga kursus penulisan yang dibangun mantan pekerja pers, A.S. Laksana dan Yayan Sofyan.

Sebagai editor berita di sebuah situs radio wanita, Ella memang leluasa mengakses Internet. Hingga pada suatu hari, dia membaca pengumuman dan melamar program beasiswa tersebut.

Tentu saja Ella bukan satu-satunya yang tergiur. Ada 209 orang peminat lain. Mereka yang mendaftar wajib menuliskan gagasannya sebagai syarat mendapatkan beasiswa, yang diberikan oleh Jakarta School bekerja sama dengan Agro Media, penerbit yang butuh pasokan penulis buku, kepada 30 pelamar.

Memang model kerja sama seperti Jakarta School dengan Agro Media ini merupakan yang pertama dicoba. Cara ini sebenarnya bisa menjadi terobosan, baik bagi penerbit yang mencari penulis-penulis baru maupun bagi orang yang ingin punya karya tulis yang diterbitkan. Jumlah peminat yang begitu banyak menjadi bukti bahwa program ini memang menggiurkan.

Dari angkatan Ella, sudah tiga tulisan diterbitkan. Pertama adalah karya nonfiksi Ashin Muamar, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN), berjudul Nikah di Bawah Tangan, yang menulis tentang kecenderungan menikah siri di kalangan mahasiswa UIN. Kedua, cerita remaja Amore tulisan Margareth, siswi 14 tahun, dan Menjadi Einstein Siapa Takut?, tulisan sains untuk anak-anak karya Sulaiman Ahmad yang diterbitkan Kawan Pustaka, salah satu divisi Agro Media.

Munculnya kursus menulis kreatif memang tidak lepas dari fenomena maraknya penulis-penulis baru selama dua tahun terakhir. Pada dasarnya menulis itu mudah. Menurut Hernowo Hasim, pendiri sekaligus pengajar di Mizan Learning Center (MLC), kursus menulis milik penerbit Mizan, ”Hambatan justru dari pembuat tulisan,” tuturnya meyakinkan.

Itulah sebabnya, peluang membuka kursus menulis kreatif pun terbuka. Baik Jakarta School maupun MLC, yang beroperasi sejak awal 2004, menawarkan program yang cukup meyakinkan. MLC, misalnya, ”menjual” keberhasilan Hernowo yang menjadi penulis hanya dalam waktu tiga tahun dan telah menghasilkan karya 21 buku. ”Padahal saya tak pernah bercita-cita jadi penulis,” ujarnya bernada iklan.

Pendeknya, orang harus bisa diyakinkan bahwa siapa pun bisa menulis. Jakarta School malah mulai membuka program penulisan eksklusif bagi para ibu rumah tangga, dengan tarif Rp 2,9 juta untuk 12 kali pertemuan. Sedangkan kursus biasa, Rp 1,5 juta untuk periode yang sama.

Selain MLC, yang kini juga membuka kursus melalui Internet, Pena Learning Center (PLC) yang dikelola oleh Farid Gaban juga memilih jalur maya. Biayanya hanya Rp 300 ribu. ”Internet biaya murah, lebih menjangkau siswa di daerah dan di luar negeri,” ujar Farid di kantor PLC di Tebet. Untuk mengasah kemampuan menulis, siswa diharuskan membuat buku harian dan setiap minggu diwajibkan membuat ringkasan buku yang baru dibacanya.

Tapi, inilah kursus penulisan jurnalistik. Untuk mengukur daya tembus, pengenalan, dan kegigihan, peserta diminta mengirimkan foto diri di tempat tertentu, seperti gerbang perbatasan negara, di kantor polisi bersama wartawan mangkal di malam hari, sedang berada di ruang pribadi gubernur atau pejabat, dan memegang retribusi parkir atau kupon judi.

Jakarta School rencananya juga segera membuka kursus maya. Hernowo bersedia membalas email peserta kursus kapan pun juga. Bahkan Mizan berharap bisa menerbitkan karya fiksi atau nonfiksi murid-murid yang dinilai bagus dan layak terbit.

Cerita sukses Ella, Ashin, Margareth, dan Sulaiman sangat mungkin terjadi pada siapa pun peserta kursus menulis kreatif. Tapi, kisah gagal juga bisa terjadi, bahkan bagi yang sudah membayar mahal.

Evieta Fadjar P.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus