Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
In Good Company Pemain: Dennis Quaid, Topher Grace, Scarlett Johansson Sutradara dan Penulis: Paul Weitz Produser: Paul dan Chris Weitz Produksi: Universal Studio
Ia tipe ayah yang baik. Tiap-tiap subuh, selagi keluarganya masih lelap, ia terbang ke tempat kerja, dan pulang setelah mereka pulas. Ya, Dan Foreman (Dennis Quaid) seorang pekerja keras yang mendedikasikan seluruh akhir pekannya untuk keluarga. Dan, 52 tahun, lelaki yang tampan, kepala bagian pemasaran majalah olahraga ternama, Sport America, menjalani hidup lurus, tanpa selingkuh dan kebiasaan buruk lain, hingga akhirnya sesuatu mengguncangnya di sebuah dini hari.
Pertama, istrinya yang sudah berusia di atas 40-an tahun hamil. Ia pun terhenyak membayangkan perbedaan antar-generasi kelak: saat anaknya baru berusia 21 tahun, umur Dan sudah mencapai 73 tahun. Kedua, ia mendapat bos baru yang mengagetkan: seorang pemuda 26 tahun, tanpa pengalaman kerja. Sport America beralih tangan, diakuisisi Globe Company, dan Carter Duryea (Topher Grace) yang masih hijau itu menjadi atasannya.
In Good Company cerita tentang orang biasa di Amerika, tentang satu episode hidup yang jamak terjadi. ”Hidup memang kompleks,” demikian kata-kata favorit yang meluncur dari mulut Teddy K., pemilik Globe Company. Ya, sutradara Paul Weitz memotret kompleksitas hidup di kota besar—dengan kisah orang-orang yang terpaksa menempuh jalan yang boleh jadi tak dikehendaki. Mereka terombang-ambing, jatuh-bangun, marah-pasrah oleh keadaan yang menentukan jalan hidupnya. Ada determinisme sosial-ekonomi yang ingin ditampilkan, kendati sutradara Paul Weitz hanya menyodorkan sebuah potret. Tanpa penilaian moral hitam-putih, tanpa si baik berperang melawan si buruk.
In Good Company memperlihatkan ketidakberdayaan para karyawan Sport America yang dipecat. Juga bos mereka—Dan dan Carter—yang terjepit dan terpaksa mengeksekusi pemecatan.
Quaid bermain baik. Kematangannya sebagai aktor tampak ketika Dan menangani kehamilan istrinya, ketika bos barunya berpacaran dengan anak perempuannya, Alex (Scarlett Johansson). Pemain karismatik ini mampu berperan sebagai ayah dengan ”nilai-nilai tradisional” yang dengan susah payah mampu menyesuaikan diri dengan kebaruan. Tapi, akting Quaid tidak akan terlalu moncer tanpa penampilan Topher Grace yang berwajah culun—seperti telah berpengalaman menangani semua masalah. Gila kerja, tapi sebenarnya tak lebih dari sosok orang kesepian, patah hati, karena ditinggal istrinya setelah tujuh bulan menikah.
In Good Company bercerita tentang dunia yang tak pasti. Di penghujung cerita, Globe Company memutuskan menjual Sport America ke perusahaan lain. Dan segalanya berubah kembali ke pola sediakala. Carter tidak lagi di Sport America, sedangkan orang-orang yang dulu dipecat kembali mendapat pekerjaannya. Happy ending, gaya Hollywood, tapi inilah karya Weitz yang mencoba menangkap gejala kota besar.
Kemampuan itu sebenarnya juga dibuktikan Weitz ketika menyutradarai About A Boy bersama saudaranya, Chris Weitz. Paul berhasil menerjemahkan novel Nick Hornby—seorang Londoners, penulis novel-novel kontemporer berciri khas kehidupan di Kota London—ke dalam film dengan sangat bagus. About A Boy bercerita tentang seorang lelaki kaya-raya 38 tahun yang enggan beranjak dewasa, tapi tiba-tiba harus merawat seorang anak laki-laki 10 tahunan yang justru bersikap dewasa. Dalam beberapa hal, hubungan antara Foreman dan Duryea mirip lelaki Will dan Markus dalam About A Boy.
Banyak komentator menyatakan In Good Company dan About A Boy adalah karya Weitz yang patut diacungi jempol dibanding karya-karya lainnya, Antz!, Nutty Professor II: The Klumps, dan American Pie. Pendapat itu sepertinya benar adanya karena, dalam In Good Company, kita bisa tertawa terbahak-bahak sekaligus belajar tentang kehidupan dan karakter manusia, tanpa ”terganggu” akhir cerita klise. Tapi, jika tidak ingin terlalu serius mengambil makna hidup dari film ini, Anda juga tetap bisa terhibur oleh drama 96 menit ini sembari menghirup soda dan mengunyah jagung pop.
Bina Bektiati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo