Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Citra terhadap Realitas

Ada kecenderungan seni foto masuk ke wilayah seni rupa dengan memperlakukan realitas hanya sebatas fakta visual. Hasilnya pencitraan terhadap fakta visual.


6 Februari 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SPACED OUT
Karya:Hester Blankestijn, Guus Rijven, Gerard Petrus Fieret, Hester Scheurwater, Frans van Lent, Anja de Jong, Anna Pool
Waktu:18 Januari-17 Februari 2000
Tempat:Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta
FOTOGRAFI dan seni rupa sebenarnya adalah dua medium yang berbeda secara signifikan. Fotografi dengan kemampuan menangkap gejala visual secara akurat, cepat, dan murah pada awal perkembangannya dipercaya sebagai medium yang mampu menghadirkan kembali gejala visual. Sebaliknya, seni rupa, dengan teknik realis ala Rembrand sekalipun, hanya mampu menghadirkan jiplakan realitas visual. Tapi, dalam perkembangannya, pada 1990-an, kedua medium ini saling mendekat. Fotografi melahirkan kecenderungan aspek seni dengan menjadikan fotografi sebagai medium ekspresi, sementara pelukis hiperealis biasa menggunakan karya foto untuk mengusung realitas buatan dalam karya lukisnya. Pameran foto Spaced Out menunjukkan kecenderungan fotografi sebagai medium ekspresi, khususnya pada karya Hester Blankestijn dan Frans van Lent.

Keenam fotografer ini—satu karya video instalasi—oleh penyelenggara pameran disebut sebagai perupa (sebuah istilah dalam seni rupa kontemporer untuk seniman yang tak lagi terikat pada salah satu medium ekspresi). Penggunaan istilah perupa untuk mereka adalah sebuah klaim bahwa karya mereka bukan karya fotografi konvensional, melainkan sudah memasuki kawasan seni rupa.

Frans van Lent adalah generasi fotografer penganut gaya piktorialisme (fotografi bergaya lukisan). Empat karya fotonya mengeksplorasi visualisasi permukaan kulit, baik lewat pengambilan dalam jarak medium maupun dengan jarak close-up. Dalam karyanya berjudul Hoch, muncul pencitraan foto rontgen pada dada manusia yang memperlihatkan citra susunan tulang rusuk. Sedangkan dalam karya Untitled, ia membawa orang pada bentuk imajinatif berbentuk rongga hitam—seolah bentuk mulut gua—yang dibalut tekstur kulit dengan ribuan bulu bak ilalang di tanah kerontang. Van Lent masih merangsang imajinasi penonton lewat karyanya berjudul Geminus, yang sebenarnya foto dua buku tangan yang tengah bertemu. Secara imajinatif, foto ini menghasilkan visualisasi adegan dua orang yang sedang berciuman.

Dengan cara yang berbeda, Hester Blankestijn mengeksplorasi tema sifat buruk manusia dalam seri fotonya berjudul De Zeven Odeugden ("Tujuh Kejahatan"), yang dianggap sebagai dosa utama manusia. Bak seorang perupa, Blankestijn memainkan bahasa metafora untuk mengidentifikasi sifat cemburu, malas, iri hati, rakus, kesia-siaan, ketidakmurnian, dan serakah. Tema ini muncul dalam tampilan visual yang berbeda. Ia menggambarkan kecemburuan lewat tengkuk mulus seorang perempuan yang dililit kalung. Kemalasan muncul lewat tubuh telanjang seorang laki-laki yang pulas tertidur hingga nyaris tenggelam ditelan kasur yang disobek sesuai dengan bentuk tubuhnya. Sifat iri hati muncul lewat simbol mulut menganga pada salah satu lingkaran silinder. Sedangkan sifat rakus digambarkannya lewat foto tubuh telentang yang diselimuti sayatan daging tipis dan tangan memegang sendok dan garpu.

Proses kreatif kedua seniman foto ini mirip dengan proses kreatif perupa dalam pengertian bahwa mereka membunuh makna realitas dengan memutus relasi antara realitas visual dan realitas makna, dan kemudian menghidupkan makna realitas baru. Akibatnya, yang menonjol adalah pencitraan terhadap gejala visual. Bagi seniman itu, realitas hanyalah sekumpulan fakta visual yang bisa ditekuk-tekuk untuk menghasilkan pencitraan (realitas baru). Di tangan mereka, fotografi, yang dulu dianggap sebagai medium yang paling akurat merepresentasikan realitas, kini semakin mendekati karya seni rupa yang bisa memproduksi citra apa saja dengan menggunakan fakta visual. Tak aneh kalau fotografi kini juga muncul dalam pameran seni rupa kontemporer, dan bukan hal yang aneh kalau ada perupa yang memanfaatkan medium fotografi.

Dalam pameran ini, pendekatan Van Lent dan Blankestijn terhadap fotografi sangat berbeda dengan pendekatan empat fotografer lainnya, yang relatif masih menggunakan pendekatan konvensional. Walhasil, dunia kreatif saat ini merupakan ruang tanpa batas.

Raihul Fadjri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum