Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terpental di Perbankan

6 Februari 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sementara ambisi Poros Tengah melaju mulus di BPPN, tidak demikian halnya di medan tempur yang lain. Dalam perebutan kursi di BUMN, misalnya, jago yang dielus kelompok ini malah bertumbangan. Dalam perebutan kursi Direktur Utama Bank BNI, misalnya. Kelompok yang disponsori Amien Rais itu semula ingin mempertahankan Widigdo Sukarman di kursi direktur utama. Menanggapi ambisi ini, Presiden Gus Dur, menurut sumber TEMPO, mengiyakan saja. Cuma, ada syaratnya: Widigdo harus lulus ujian fit dan proper yang dilakukan Bank Indonesia. Rupanya Bank Indonesia, yang menurut undang-undang harus independen, tak bisa didikte kelompok yang menyokong Widigdo. Bankir senior yang sudah puluhan tahun berkarir di BNI itu terpental dari ujian fit dan proper. Widigdo dinilai harus bertanggung jawab dalam kasus penyelewengan kredit ekspor ke Texmaco yang jumlahnya hampir Rp 10 triliun. Rontoklah jagoan Poros Tengah. Lalu siapa pengganti posisi Widigdo? Sumber TEMPO yang dekat dengan Istana mengatakan, ''Gus Dur menjatuhkan pilihan kepada Saifuddien Hassan." Direktur BNI itu merupakan orang lama yang sudah berkarir 21 tahun di bank berlogo kapal layar itu. Saifuddien selama ini memang tak pernah muncul, menurut seorang bankir, ''karena tenggelam di balik kejayaan Widigdo." Jika Widigdo tersingkir, satu-satunya jagoan Poros Tengah di perbankan adalah Djokosantoso Mulyono. Menurut sumber TEMPO, baik di kalangan Istana maupun Departemen Keuangan, posisi Djoko untuk bertahan sebagai Direktur Utama BRI tetap tak tergoyahkan alias belum tergeser. Padahal, bankir yang ''diimpor" BRI dari Bank Exim ini memiliki cacat serius yang mestinya akan mengganjalnya dalam uji fit dan proper. Djoko dinilai melanggar aturan batas maksimum pemberian kredit ketika mencairkan pinjaman Rp 572 juta kepada kelompok Argo Manunggal. Menurut ketentuan, BRI hanya diizinkan memberikan kredit kepada satu kelompok dengan jumlah maksimal Rp 600 miliar. Dengan memakai kurs sebelum krisis saja (Rp 2.500 per dolar AS), kredit Djoko ke Argo Manunggal sudah setara dengan Rp 1,4 triliun. Lalu mengapa Djoko tetap bertahan? ''Beking Poros Tengah kuat sekali," kata seorang sumber. Kabarnya, beking itu diberikan dalam bentuk jaminan bahwa Djoko akan berubah. Tapi sumber yang lain memastikan untuk sementara Djoko memang tetap di tempat karena uji fit dan propernya belum kelar. ''Nanti pasti terpental," katanya yakin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus