Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Bisnis Sepekan

6 Februari 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Obligasi Bank Dijual, Bunga Naik?

SEBAGIAN obligasi pemerintah mulai dijual. Surat utang yang ditempatkan pada bank-bank sebagai setoran modal pemerintah itu, sejak pekan lalu, bisa dicairkan dengan menjualnya kepada publik. Pada tahap pertama, pemerintah menawarkan surat utang senilai Rp 2,16 triliun, pada bunga 11,4 sampai 13 persen.

Tingkat bunga ini jauh lebih rendah ketimbang yield (tingkat keuntungan) surat utang pemerintah RI yang kini diperdagangkan di pasar uang New York. Menurut data transaksi sebulan terakhir, tingkat keuntungan yankee bond itu, jika dirupiahkan, mencapai 23 persen. Tingginya yield ini diperkirakan akan membuat investor pasar uang menuntut bunga obligasi perbankan agar lebih tinggi lagi.

Obligasi perbankan merupakan surat utang yang diterbitkan untuk menginjeksi permodalan bank. Sampai hari ini, pemerintah telah menerbitkan obligasi senilai Rp 282 triliun. Jumlah ini akan membengkak sampai Rp 600 triliun, kelak, jika semua bank direkapitalisasi.


Rebutan Saham Sumur Caltex, Buntu

SEBULAN menjelang deadline, perundingan pengelolaan ladang minyak Coastal Plain Pekanbaru (CPP), Riau, terancam buntu. Pertamina minta bagian 65 persen saham, tapi Caltex ngotot agar dibagi sama rata. Pemerintah sendiri ingin Pertamina menguasai mayoritas saham ladang kaya minyak itu.

Ladang CPP yang dikelola Caltex akan habis konsesinya Agustus tahun depan. Atas rekomendasi DPR, pemerintah tak memperpanjang kontrak dan menyerahkan ladang itu kepada perusahaan baru, patungan Pertamina-Caltex. Namun, setelah dua tahun berunding, keduanya tak kunjung sepakat tentang pembagian kepemilikan.

Boleh jadi tarik-ulur ini akan mengendur jika bekas Presiden Direktur Caltex, Baihaki Hakim, benar-benar menjadi Direktur Utama Pertamina, seperti selama ini digosipkan.


Utang Boleh ’Ngemplang’, Belanja Jalan Terus

MEDCO Energy Corporation tak tampak seperti kongsi yang bokek. Perusahaan yang dikuasai politisi Arifin Panigoro itu membeli dua ladang minyak milik Arco di Sulawesi Tengah dengan harga US$ 1 juta, pekan lalu. Dua pekan sebelumnya, Medco juga membeli mayoritas saham Western Simenggaris Petroleum Pty. Ltd. dan Western Madura Pty. Ltd. Tak jelas berapa nilai pembelian dua perusahaan yang punya ladang minyak di Kalimantan Timur dan Madura itu. Yang jelas, Medco menyiapkan US$ 2 juta untuk akuisisi itu.

Medco Energy pernah diramaikan setahun lalu gara-gara terlibat urusan utang dengan PT Jasindo. Juni tahun lalu, Arifin diajukan ke pengadilan dengan tuduhan merugikan negara Rp 1,8 triliun karena gagal menebus 27 commercial paper (CP) yang dijamin BUMN asuransi itu. Hingga hari ini, pembayaran surat-surat berharga itu belum kunjung beres.


Borok BI dan Sjamsul Nursalim

BOROK Bank Indonesia (BI) makin terkuak lebar. Dalam audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas aliran dana bantuan likuiditas yang diberikan BI kepada BDNI tampak bahwa sebagian besar dana talangan itu diselewengkan, misalnya dipakai untuk membayar utang anak-anak perusahaan Gadjah Tunggal dan bahkan untuk memborong dolar.

Padahal, berdasarkan Undang-Undang Perbankan, dana yang dikenal dengan sebutan BLBI itu hanya bisa dipakai untuk membayar dana pihak ketiga. Atas pelanggaran itu, BI telah dua kali mengirim surat peringatan, tapi tak dihiraukan BDNI. Dan anehnya, kasbon jalan terus sampai BDNI menerima dana talangan hingga Rp 37 triliun.

Pemilik BDNI, Sjamsul Nursalim, mengaku pembelian dolar itu bukan kegiatan spekulatif, tapi dilakukan semata-mata untuk membayar tagihan valuta asing yang jatuh tempo. ’’Kalau ada tuduhan BDNI dibobol sendiri oleh pemiliknya, mesti ada bukti,” katanya ketika dipanggil DPR, pekan lalu.


Sektor Properti Mulai Bertunas

SETELAH ringsek dua tahun terakhir, sektor properti mulai bertunas. Riset terbaru Procon Indah/Jones Lang LaSalle menunjukkan, sepanjang tahun lalu pemakaian ruang perbelanjaan di Jakarta bertambah 135 ribu meter persegi, setelah susut 156 ribu meter tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ini, menurut Procon, dipacu munculnya hipermarket baru. Dalam setahun terakhir, dua hipermarket Prancis, Continent dan Carrefour, terlihat sangat ekspansif. Beberapa pemain lama seperti Makro dan Goro juga terus menambah ruang belanjanya. Pemakaian ruang perkantoran juga naik. Dalam setahun terakhir, pemakaian ruang kantor bertambah 6.000 meter persegi. Sementara itu, tumbuhnya pasar permukiman ditandai dengan kenaikan harga rumah di kawasan Depok dan Bekasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum