Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Dagelan de niro

Pemain : robert de niro, charles grodin sutradara : martin brest resensi oleh : putu wijaya.

14 Januari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MIDNIGHT RUN Pemain: Robert de Niro, Charles Grodin Stradara: Martin Brest DALAM Midnight Run, aktor kelas satu Robert de Niro muncul sebagai tokoh kecoak bernama Jack Walsh. Seorang mantan polisi, yang menjual jasa untuk memburu orang. Ia mendapat tugas dari sebuah agen jasa, yang ingin mendapatkan hidup-hidup seorang akuntan bernama Jonathan Mardukas yang membelot dari kelompok banditnya. Film "action" ini diperdana tengah malam pertama tahun 1989 dibuka dengan adegan Jack Walsh membuka pintu apartemen salah seorang buronnya. Ketika memutar lubang kunci dengan kawat, salah satu bagian peralatannya jatuh. Jack menunduk untuk memungut. Waktu itulah pintu itu diterobos oleh ledakan dari dalam. Jack selamat. Ia bangkit dan memburu mangsanya. Tapi di jalanan sudah menunggu pemburu yang lama. Ia menyikat buron itu dengan pintu mobil dan merebutnya. Tapi Jack tak menyerah, ia mengecoh dan memberi bogem mentah saingannya itu. Dengan awal yang mengesankan akan terjadi banyak aksi keras itu, kemudian menyusul adegan-adegan yang lucu. Jack ditraktir makan siang oleh agen yang membayarnya, sambil ditawari obyekan baru. Yakni membekuk seorang akuntan bernama Mardukas. Tawar-menawar berlangsung dengan kocak. Walhasil, Jack dijanjikan 100 ribu dolar kalau dapat membekuk Mardukas dalam batas waktu yang dijanjikan. Tapi polisi sudah mencium kontrak Jack. Mereka juga menginginkan Mardukas untuk dijadikan saksi membongkar kejahatan sang raja bandit. Jack diberi peringatan keras supaya jangan menyentuh orang itu. Jack berkelit, mengaku tak tahu apa-apa, bahkan berhasil mencopet tanda pengenal agen FBI yang gendut dan hitam itu. Di atas kapal terbang, Jack menutup foto agen FBI itu dengan fotonya. Seorang anak kecil mengintip ulah Jack dengan melotot. Adegan ini sederhana, wajar, tapi lucu. Penulis skenario dan sutradara nampak memiliki selera humor yang tinggi. Anekdot seperti ini bertaburan di dalam film, yang membedakan ia dengan film action yang lain. Lalu kita mengerti, mengapa aktor kelas De Niro sudi mendukungnya. Dengan mengaku sebagai agen FBI, Jack kemudian membekuk Mardukas di kediamannya. Ia memborgol buruannya itu dan menyeretnya naik ke atas kapal terbang. Tapi sebelum kapal berangkat Mardukas bertingkah, mengatakan ia punya penyakit gamang. Ia tak berani terbang. Kapten kapal terpaksa turun tangan. Ia minta Jack memakai tranportasi lain. "Kalau dia tak bisa naik kapal terbang, ente tidak bisa memaksanya pakai alat pengangkutan lain, dong," kata kapten itu dengan tegas. Jack terpaksa naik kereta api. Karena hubungan dengan Jack terputus, agen yang mengupah Jack terpaksa menghubungi pemburu bayaran yang lain. Muncul kembali saingan Jack yang sudah diperkenalkan pada adegan pertama. Cerita menjadi ramai. Ada rebutan rezeki antara kedua pemburu ini. Ada agen FBI yang uring-uringan karena namanya dicatut. Agen yang mengupah Jack pun kelabakan, karena ingin mengejar deadline. Belum lagi tingkah kepala bandit yang menginginkan Mardukas, dengan anak buahnya si Tolol Nomor Satu dan Nomor Dua. Semua tokoh itu muncul silih berganti dengan watak masing-masing. Sementara itu, antara Jack dan Mardukas mulai terjalin hubungan antarmanusia. "Perdebatan" keduanya kocak sekali. Mardukas menanyakan mengapa Jack membekuknya. Ketika mendengar iming-iming seratus ribu dolar, Mardukas kontan menawarkan jumlah yang lebih banyak. Tapi Jack langsung menolak. "Gua kagak sudi disuap oleh bekas bandit," ujarnya. Dengan tenang dan bloon, Mardukas kemudian berhasil mengorek keadaan keluarga Jack. Bekas polisi itu ternyata sudah berpisah dengan keluarganya. Istri dan anak perempuannya kini tinggal di LA dan sudah hampir sembilan tahun tak ditengoknya. "Lho kenapa? Anda harus menengoknya," bujuk Mardukas sungguh-sungguh dengan tangan diborgol. Memang mengherankan bagaimana seorang yang diborgol tak peduli pada keselamatannya sendiri, malah mengurus kepentingan yang menangkapnya. Tapi itulah yang terjadi, dan kita menelannya saja. Ini salah satu kesaktian film ini. Apa yang nampak di layar terasa meyakinkan dan kita sepakat untuk menganggap yang lebih penting diusut adalah moral cerita: hubungan kemanusiaan. Karena kekurangan uang, Jack terpaksa singgah ke rumah mantan istrinya. Wanita itu kini sudah jadi istri seorang polisi lain. Film ini sempat menjadi drama keluarga karena seorang anak perempuan muncul menatap Jack. Hati "pemburu" itu pun luluh. "Sayang, ternyata kamu sudah besar sekali," kata Jack sambil memeluk putrinya. Apalagi kemudian putrinya itu lari keluar menuju ke mobil, ketika Jack siap berangkat, untuk menyerahkan uang tabungannya, supaya Jack bisa melanjutkan perjalanan. Kamera berhenti agak lama pada anak itu, ketika Jack pergi. Setelah adegan melodrama itu, untuk satu menit kita dibuat sulit tertawa kembali. Tetapi penulis skenario rupanya benar-benar tak rela ceritanya menjadi cengeng. Segera menyusul ketegangan dan tembak-tembakan menyadarkan kita kembali, ini film keras. Menempuh berbagai liku, Jack toh berhasil membawa Mardukas sebelum deadline. "Tapi aku tak akan menyerahkan kepadamu, aku akan membebaskannya," kata Jack di telepon pada agen pemesannya. Lalu ia membuka borgol. Mardukas heran. "Jangan ngomong lagi, nanti kamu aku borgol lagi," bentak Jack -- membuktikan bahwa ia mampu melaksanakan tugasnya, serta tidak semata-mata mata duitan. "Selamat bertemu dalam kehidupan yang baru," jawab Mardukas --dimainkan dengan mantap oleh Charles Grodin -- melepas Jack. Midnight Run sebuah komedi yang seru dan berhasil. Kastingnya kaya dan pas. Dialog-dialog yang penuh dengan maki-makian kotor, hidup, kocak tapi tak melenceng dari garis perwatakan. Kekuatan dialog ini membuat "gizi" komedi ini jadi tinggi. Ditambah kehadiran De Niro yang tetap memesonakan, film ini boleh dibilang satu tangga di atas Die Hard. Putu wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus