Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Dari Mozart sampai Handel

Karya tiga komponis besar ketika muda ditampilkan dalam kolaborasi orkestra string dan kor Indonesia-Jerman. Sebuah perayaan bagi Mozart, Mendelssohn, dan Handel.

7 September 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EMPAT puluh penyanyi melantunkan Gloria Patri et Fillio (doxology) karya komponis Jerman Georg Friedrich Handel. Kemudian melayang-layanglah potongan-potongan kata tanpa makna—terdiri dari satu suku kata atau sekadar sebuah huruf vokal—naik-turun, memanjang, seakan tidak hendak berhenti di dalam ruang pertunjukan Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Selasa malam pekan lalu. Suara-suara sopran begitu lincah, menjangkau nada-nada tinggi dalam sekali rengkuh dan bertahan di sana cukup lama, sebelum akhirnya kembali pulang ke dalam scale semula.

Suara-suara bariton lelaki tentu saja tidak selincah rekannya di atas. Seraya memberikan aksentuasi yang memperjelas kontras dengan barisan suara perempuan, sambil sesekali seakan berfungsi sebagai perkusi. Dan kita pun cepat menyaksikan suatu jalinan tekstur yang menakjubkan, melibatkan berbagai warna: vokal perempuan-lelaki, beraneka instrumen gesek, juga cembalo, sejenis piano yang sangat populer dalam periode renaisans dan barok.

Gloria Patri et Fillio karya Handel adalah nomor terakhir yang dibawakan gabungan tiga kelompok musik: Tubinger Kammerorchester dari Jerman, Capella Amadeus String Chamber Orchestra Indonesia, dan Batavia Madrigal Singers (16 pemain dari Tubinger, 20 orang dari Capella, dan 40 dari Batavia). Di bawah dirigen Gudni A. Emilsson asal Jerman, mereka bermain bersama dalam pertunjukan musik Classical Anniversaries. Sebuah acara khusus yang diadakan oleh Pusat Kebudayaan Jerman, Goethe Institut Indonesia, untuk merayakan 200 tahun ulang tahun komponis Mendelssohn dan 250 tahun kematian Handel.

Ya, Gloria Patri et Fillio merupakan penutup konser yang istimewa. Musiknya lumayan sederhana. Melodinya tidak njelimet, begitu juga iramanya, tapi dalam sepintas lalu pun bisa kita menangkap bahwa itulah musik yang ekspresif. Memang, Friedrich Handel menggubah musik ini ketika usianya baru 20 tahun. Handel (1685-1759) lahir di Jerman, tapi menghabiskan sebagian besar hidupnya di Inggris. Salah satu karyanya, Music for the Royal Fireworks, dibuat untuk Raja George II pada 1749. Handel juga dikenal sebagai komponis yang punya andil besar dalam masa peralihan dari zaman barok ke zaman klasik.

Classical Anniversaries dibuka dengan karya komponis si anak ajaib Wolfgang Amadeus Mozart Divertimento in F mayor KV 138. Mozart menciptakan karya itu tatkala usianya baru 16 tahun. Penonton disuguhi tiga bagian lengkap dan tidak ada menuett. Mirip dengan Overtur Italia yang urutannya cepat lamban cepat (allegro, andante, dan presto). Tapi tanpa instrumen tiup.

Puncak pertunjukan Classical Anniversaries mungkin terjadi manakala kelompok paduan suara dan musik gabungan Indonesia dan Jerman ini memainkan karya  Felix Mendelssohn Bartholdy Concert for Viola and Orchestra in D minor. Inilah konser instrumental pertama Mendelssohn, pada 1822, sewaktu ia masih berusia 13 tahun.

Konser gabungan Jerman-Indonesia telah berhasil memainkan karya-karya yang disambut tepuk tangan panjang. ”Kami memang agak sulit mengaturnya ketika latihan pertama kali. Tapi setelah dua kali latihan tidak ada kesulitan karena tekniknya sudah benar,” kata Grace Sudargo, Ketua Capella Amadeus String Chamber Orchestra.

”Sangat menarik,” kata Anna Majcherczyk, salah satu pemain biola asal Jerman yang belajar biola di Polandia dan Austria, tentang konsernya ini. Ia pun tidak merasakan kesulitan berarti ketika harus berkolaborasi dengan pemain di Indonesia. Karya-karya sederhana para komponis muda memang telah menghubungkan dua dunia dengan baik.

Martha Warta Silaban

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus