Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Dave Ross, Marvel, dan Teguh Santosa

DAVE Ross, komikus studio komik Marvel, Amerika Serikat, menggambar tubuh superhero yang karakternya mirip Iron Man dengan sangat cepat. Layar lebar di dalam Gedung Pusat Layanan Akademik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta memproyeksikan proses berkarya Ross.

8 Mei 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DAVE Ross, komikus studio komik Marvel, Amerika Serikat, menggambar tubuh superhero yang karakternya mirip Iron Man dengan sangat cepat. Layar lebar di dalam Gedung Pusat Layanan Akademik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta memproyeksikan proses berkarya Ross.

Hanya tiga menit, Ross menghasilkan satu sketsa superhero itu dan ia tunjukkan kepada sekitar 200 mahasiswa yang mengikuti workshop bertajuk "Membangun Karakter Melalui Komik" pada 25 April lalu. Setelah menyelesaikan sketsa superhero, ia mengalihkan pandangan ke peserta workshop. Lalu ia menjelaskan beberapa teknik dasar menggambar komik.

Menurut Ross, penggambar komik harus menguasai anatomi tubuh manusia. Ia menyarankan peserta untuk menggambar karakter komik yang mengalir dan seolah-olah hidup sehingga tidak membosankan. "Kepala, misalnya, buatlah menoleh. Jangan hanya menatap ke depan," katanya.

Ross juga mengajak peserta workshop memperhatikan jarak antara mata dan bahu agar tidak terlalu lebar. Poin penting lainnya, pembuat komik harus cermat menggambar bagian tubuh, misalnya tangan, siku, kaki, dan bahu. Ketika menggambar posisi merangsek, tekankan pada bagian tubuh yang berotot.

Setelah memberikan workshop selama dua jam, Ross menantang peserta menggambar komik. Ia berkeliling mencomot secara acak beberapa karya mahasiswa dan memberikan komentar kekurangan serta kelebihan karakter komik yang dibikin mahasiswa. Kepada mahasiswa yang dianggap menggambar komik dengan bagus, Ross menyerahkan cendera mata dalam tas.

n n n

DAVE Ross adalah ilustrator penting Marvel dan DC Comics. Ia yang menciptakan karakter Spider-Man, Daredevil, Avengers Westcoast, Batgirl, Catwoman, Punisher, Captain America, Excalibur, Bird of Prey, Alien, Alpha Flight, Star Trek, dan Star Wars: Dark Times. Ross membuat seri Iron Man khusus untuk Marvel dan sebuah proyek Star Wars untuk Dark Horse Comics/George Lucas.

Banyak komik produk Marvel tempat Ross punya peran penting difilmkan dan selalu masuk deretan box office. Kehadirannya selalu ditunggu para penikmat film.

Ross komikus Marvel yang aktif memberikan pelatihan dalam berbagai konvensi komik nasional dan internasional di banyak negara. Dia memberikan pelatihan di antaranya di New York, Hong Kong, Singapura, Malaysia, Thailand, Cina, dan Indonesia.

Ross adalah lulusan program animasi di Sheridan College, Kanada. Setelah lulus dari kampusnya, ia banyak menggambar dan membuat animasi. Ross membuat storyboard, desain karakter, komposisi, dan tata letak dalam animasi serta membuat cerita untuk film-film action.

Ross punya kedekatan dengan Indonesia. Pada 1989, ia mengunjungi Kepanjen, Malang, Jawa Timur, dan bertemu dengan komikus terkenal Indonesia, Teguh Santosa (almarhum). Menurut anak Teguh, Dhany Valiandra, Ross kepincut pada komik Mahabharata dari seorang kawannya. Saat berlibur ke Indonesia, Ross mampir ke rumah Teguh di Malang.

Sepekan Ross bertandang ke rumah Teguh. Dari pertemuan itu, ia intens menjelajahi bagaimana karakter goresan gambar Teguh dan karyanya. "Termasuk membuat sampel untuk Marvel," kata Dhany.

Setelah pertemuan di Malang itu, Teguh dan Ross rajin berkorespondensi. Sejak itu mereka bersahabat. Surat hasil korespondensi Teguh-Ross disimpan dengan baik oleh Teguh dan kini dirawat Dhany. Ketika Ross berkunjung ke rumah Teguh di Malang pada pekan terakhir April lalu, Dhany menunjukkan surat itu kepada Ross. Dhany juga masih menyimpan sejumlah karya ayahnya berdasarkan pemesanan Ross, yang mewakili Marvel.

Komik roman sejarah, Sandhora, menempatkan Teguh Santosa sebagai komikus penting 1970-an. Karya Teguh yang lain di antaranya berjudul Sang Nagasasra, The Godfather 1800, Anyer Panarukan, dan Majapahit Membara. Teguh dipercaya Marvel untuk terlibat dalam komik Conan dan Alibaba. Kepada Tempo, Dhany menunjukkan surat kontrak Marvel yang dikirim ke Teguh.

Dalam kontrak itu, Teguh bertugas sebagai inkers atau pemberi warna dengan tinta pada karakter komik. Marvel menghentikan kontrak Teguh akibat memburuknya situasi politik setelah Amerika Serikat menyerang Irak menyusul invasi Presiden Saddam Hussein pada Agustus 1990. Teguh lahir di Malang pada 1942 dan wafat pada 2000.

Dhany menemani Ross dalam kunjungannya ke Indonesia kali ini. Dhany mengatakan kunjungan Ross ke Indonesia, di antaranya ke Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, merupakan bagian dari cita-cita Teguh. Kepada Dhany, Teguh pernah berpesan agar Dhany mendatangkan Ross untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman menggambar komik di kampus-kampus di Indonesia.

Setelah memberikan workshop, Ross bicara banyak hal tentang komik dan proses penciptaan karyanya. Ia baru menyelesaikan buku komik superhero Captain Canuck, komik berkarakter superhero Kanada. Captain Canuck merupakan komik terbesar yang beredar setelah Perang Dunia II.

Ross mengatakan, ketika awal bergabung dengan Marvel, karyanya belum mendapat banyak tempat dalam buku komik terbitan Marvel. Tapi ia sangat senang karena karyanya diakui oleh Marvel. Ia menularkan pengalamannya itu kepada para mahasiswa Indonesia. Memulai dari hal-hal kecil, penerbitan dengan ruang terbatas. "Buat saya, meski waktu itu karya saya yang diterbitkan masih sedikit, hal tersebut membanggakan," ucap Ross.

Ada sejumlah orang penting yang mempengaruhi Ross dalam menciptakan komik. Ia tidak menyebut satu per satu. Tapi semua orang yang berpengaruh itu memiliki karakter dan kekuatan masing-masing dalam membuat komik.

Ross menjelaskan, sebagai komikus, dia punya gaya atau ciri khas sendiri. Ada banyak bagian dalam pembuatan buku komik yang bersifat teknis. Pembuat komik harus memahaminya. Misalnya tentang angle bawah atau atas, desain, teknik zoom adegan, dan angle bawah.

Ross mengenal komik Marvel sejak umur 10 tahun. Sebagai kreator, ia menyukai sejumlah karakter superhero Marvel, di antaranya Spider-Man dan Black Panther. "Saya suka karena di situ banyak sekali adegan akrobatik dan gymnastic," katanya.

Ross juga menyinggung sedikit soal komikus Ardiyan Syaf yang diputus kontraknya oleh Marvel gara-gara memasukkan simbol 212 dan QS51 dalam gambar komik X-Men Gold #1. Menurut Ross, komikus sebaiknya berhati-hati. "Komik-komik Marvel dikonsumsi anak-anak. Komikus tidak cukup hanya pintar, tapi juga harus paham situasi," ujar Ross.

Shinta Maharani


Banyak komik produk Marvel tempat Ross punya peran penting difilmkan dan selalu masuk deretan box office. Kehadirannya selalu ditunggu para penikmat film.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus