Captain Corelli's Mandolin
Produksi : Universal, 2001
Sutradara : John Madden
Penulis Skenario : Shawn Slovo
Pemain : Nicolas Cage, Penelope Cruz, John Hurt, Christian Bale
PULAU Celafonia di Yunani pada 1941 adalah sepotong surga yang dipindahkan ke bumi. Laut biru, pantai putih, tari, dan gelak tawa mengisi hari-harinya. Penduduknya rupawan dan jelita. Bagi Pelagia (Penelope Cruz), kembang pulau, keindahan semakin bertambah karena kehadiran sang kekasih, nelayan gagah lugu bernama Mandras (Christian Bale). Sekalipun Dr. Iannis (John Hurt), ayah Pelagia, kurang merasa srek dengan hubungan yang disebutnya tak seimbang ini, kedua sejoli itu memutuskan untuk bertunangan.
Ketika pusaran badai Perang Dunia II menghantam Eropa, pulau surgawi tersebut ikut terseret. Pelagia terpaksa merelakan tunangannya pergi ke wilayah Albania untuk bertempur membela negaranya melawan Italia. Dengan jumlah pasukan yang lebih kecil, Yunani berhasil membuat Italia keok. Namun, Yunani tak berdaya ketika Jerman, sekutu Italia, ikut turun tangan. Pernyataan menyerah yang dibuat pemimpin Yunani di Athena membuat Celafonia kedatangan tamu yang tak dikehendaki, serdadu Italia.
"Bella bambina at two o'clock!" seru seorang kapten Italia saat melihat Pelagia di jalan sembari memerintahkan agar anak buahnya memberi hormat kepada si jelita. Itulah perjumpaan pertama Kapten Antonio Corelli (Nicolas Cage), komandan pasukan artileri, dengan sang dara. Ternyata, perwira yang gemar bermusik ini oleh kesatuannya dipondokkan di rumah Pelagia. Semula Pelagia jengkel melihat tingkah laku Corelli. Namun, lambat-laun timbul simpatinya kepada perwira tersebut. Apalagi, pada saat yang bersamaan, sang tunangan, Mandras, makin ketahuan "payahnya" karena ternyata bukan cuma lugu, tapi juga buta huruf—sehingga surat-surat cinta Pelagia tak dibacanya dan ia kurang memberikan perhatian sepadan kepada Pelagia.
Film Captain Corelli's Mandolin karya John Madden adalah potret sisi lain perang terbesar di pertengahan abad ke-20. Diangkat dari novel laris karya Louis de Bernieres, film ini mengusung tema utama bahwa semua manusia pada dasarnya sama, terlepas dari baju apa yang ia kenakan. Semua orang tak terkecuali butuh keriangan. Prajurit tak selamanya haus darah, sementara penduduk wilayah pendudukan pun tak selamanya terbungkus kepiluan. Maka hubungan cinta di antara dua anak manusia dari dua negara yang bermusuhan pun bisa saja terjalin.
Tema menawan ini sayangnya tampil hambar di layar. Lahir dari se-orang Madden yang pernah menghasilkan dua film bagus, Shakespeare in Love (film terbaik Oscar 1999) dan Mrs. Brown, Captain Corelli's Mandolin memang agak mengecewakan. Penyumbang kegagalan utama adalah melesetnya penulis skenario Shawn Solvo dalam menangkap substansi novel asli. Akibatnya, kisah manusiawi yang ada hanya muncul sebagai melodrama mentah. Sisipan adegan pertempuran juga tak berhasil menggairahkan penonton karena terlihat lembek dan kurang darah.
Akting para pemain terhitung buruk. Sebagai pasangan kekasih, tak terlihat adanya chemistry saat Cage dan Cruz bermesraan. Pemilihan bahasa Inggris untuk cerita yang berseting di Eropa Tengah dengan karakter yang bukan penutur bahasa Inggris tampaknya menyulitkan pemain. Akibatnya, sungguh tak sedap mendengar Cage berbicara dengan aksen Italia. Cruz sendiri terlihat tak fasih betul berbahasa Inggris, sehingga terlihat ia seperti menghafal dialog di tengah aktingnya.
Namun, Captain Corelli's Mandolin masih sedikit ter-tolong karena dua hal. Pertama, ada beberapa humor segar. Yang paling lucu, ketika seorang letnan Jerman berseru, "Hail Hitler," si gila musik Corelli menjawabnya, "Hail Puccini." Kedua, film ini menampilkan gambar-gambar menawan yang dihasilkan sinematografer John Toll. Berkat kerja Toll, peraih Oscar untuk Legends of the Fall (1994) dan Braveheart (1995), keelokan Celafonia di layar membuat penonton serasa ingin terjun dan sekaligus tinggal di dalamnya.
Yusi Avianto Pareanom
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini