Sesuai dengan namanya, hypermarket memang digdaya. Menurut survei Business Intelligence Report (BIRO) terhadap pasar retail selama Agustus-Oktober 2001 yang diumumkan pekan lalu, omzet retail modern tahun ini diperkirakan mencapai Rp 36,7 triliun. Survei ini memfokuskan diri pada lima kelompok, yakni supermarket, hypermarket, department store, minimarket, serta convenience store, yang mencakup sekitar 1.855 gerai yang dikelola oleh 532 perusahaan.
Ternyata, hypermarket memangsa 32,3 persen omzet retail modern. Sisanya dibagi antara berbagai kelompok retail modern lainnya. Data lainnya menyebutkan bahwa walaupun peretail asing hanya memiliki gerai 8 persen (149 buah), mereka mampu menguasai sekitar 25,9 persen total omzet retail senilai Rp 7,7 triliun.
Pemain asing dinilai akan semakin dominan di masa depan karena mereka kuat di kelompok hypermarket. BIRO memperkirakan, pada tahun 2005 nanti omzet retail modern bakal mencapai Rp 87,5 triliun dengan pertumbuhan retail untuk empat tahun mendatang berkisar 23-26 persen setiap tahunnya. Hypermarket diperkirakan bakal mencaplok 38,5 persen dari omzet. Akibatnya, kelompok retail lainnya akan menyusut. Omzet supermarket pada 2005 nanti diperkirakan bakal menyusut dari 32,9 persen saat ini menjadi 29,1 persen. Sementara itu, department store turun dari 29,9 persen menjadi 27,2 persen.
Beni Sindhunata, Direktur BIRO, menyimpulkan bahwa perdagangan bebas ternyata berdampak negatif bagi peretail lokal. Padahal sektor retail dan perdagangan adalah sektor usaha terbesar penyumbang produk domestik bruto sebesar 12 persen senilai Rp 156 triliun tahun 2000 lalu. Agar bisa bertahan, sebaiknya peretail lokal harus melakukan konsolidasi untuk meningkatkan efisiensi dan memilih segmentasi pasar yang makin terfokus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini