EARTHQUAKE OF POMPEI
Sutradara: Sergio Leone dan Mario Bonard.
***
FILM gempa bumi yang satu ini sebenarnya lebih tepat digolongkan
dalam kelompok mtn gunung meletus. Macam Krakatoa East of Java,
misalnya. Lagi pula yang dikisahkan adalah memang mengenai
meletusnya gunung Vesuvius di Yunani pada tahun 79 (bukan 1979).
Akibat getaran dan timbunan lahar panas gunung itulah kemudian
yang mengakibatkan hilangnya kota Pompei dari muka bumi.
Bagi mereka yang mengikuti perkembangan industri film
internasional, soal nama tentulah bukan soal kebetulan. Tahun
silam, sebuah produksi Hollywood yang bernama The Earthquake
telah menggemparkan dunia. Seperti juga dengan sukses yang
dinikmati The Towering Inferno yang melahirkan imitasi The
Blazing Tower, kehadiran The Earthquake of Pompei ini rupanya
juga tidak bisa dipisahkan dari sukses produksi Hollywood dengan
nama mirip itu. Kebiasaan macam ini lama-lama nampaknya memang
bukan soal aib dalam kalangan perfilman.
Film ini diproduksi dan disutradarai oleh orang Italia.
Sutradara Sergio Leone (terkenal lewat sejumlah film Djanggo
yang mengorbitkan Client Eastwood bekerja sama dengan sutradara
Mario Bonard dalam membuat film ini. Ketika mencari pemain utama
pria, pilihan akhirnya jatuh pada Steeve Reeves, bintang film
dan bekas juara bina raga. Bisa dibayangkan kombinasi
Leone-Reeves ini bakal melahirkan film jenis macam apa.
Meskipun dalam kampanyenya yang ditonjolkan adalah pertunjukan
kedahsyatan bencana alam, sesungguhnya tontonan ini maunya jauh
lebih rumit dari sekedar itu. Letusan gunung yang dahsyat itu
bahkan cuma merupakan bagian dari sebuah kisah mengikat tentang
nasionalisme orang Yunani penjajahan Romawi dan perjuangan ummat
Nasrani yang baru saja ditinggal pergi oleh Yesus. Letusan
Vesuvius dan hancurnya kota Pompei -- sembari mempertontonkan
kehebatan teknis film -- sebenarnya sekaligus juga
mempertunjukkan betapa tidak mampunya sang penulis kisah
menemukan penyelesaian bagi konflik yang sedang memuncak dalam
film dengan suara sterio ini. Lahar panas dan getaran yang
bersumber pada perut Vesuvius mencapai Pompei ketika di arena
sejumlah ummat Nasrani sedang berjuang menghindari kematian
mereka oleh kuyakan kuku singa, hantaman gadah atau pun tancapan
panah algojo.
Berlainan dari lazimnya, pengejaran terhadap ummat Nasrani kali
ini tidk karena kebencian Kaisar Romawi. Pendudukan Romawi atas
Yunani telah menjadi hulu malang penderitaan pengikut Kristus
itu. Orang-orang Yunani dipimpin oleh isteri Konsul (Barbara
Murray) dan pendeta Agung (Fernando Rey) -- diam-diam
mengumpulkan harta untuk suatu kali bisa menyewa tentara bagi
pembebasan tanah air mereka. Harta itu mereka kumpulkan lewat
perampokan dan pembunuhan, dan pada setiap korban senantiasa
ditinggalkan tanda salib, seakan-akan pemeluk agama baru itulah
yang berbuat nista. Salah satu korban dari gerakan kaum nasio-
nalis Yunani itu adalah ayah Kapten Glauco. Maka keterlibatan
sang Kapten (dimainkan oleh Steeve Reeves) bermula pada dendam,
kemudian berakhir pala cinta. Glauco jatuh cinta pada Iones
(Christine Kauffman), puteri konsul yang terpikat ajaran
Kristen.
Serupa dengan macam film-film Djanggo -- sedikit peluru membunuh
banyak bandit -- karya Leone yang satu ini tidak pula terhindar
dari kebiasaan lamanya. Dan jagoan yang bertubuh paripurna
itupun menjadi-jadi tingkahnya -- membunuh singa di arena,
membinasakan buaya dengan tangan kosong (jelas terlihat buayanya
terbuat dari karet), menjebol tembok penjara yang kukuh, dan
tentu saja juga membunuh sejumlah orang dengan gampang hingga
tontonan dengan pameran otot ini amat mengingatkan kita pada
dongengan anak-anak sebelum tidur. Sang lakon tak pantas cacat,
tubuh maupun jiwa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini