Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Django kok di pompei

Sutradara: sergio leone dan mario bonard pemain: steeve reeves, christine kauffman resensi oleh: salim said. (fl)

27 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EARTHQUAKE OF POMPEI Sutradara: Sergio Leone dan Mario Bonard. *** FILM gempa bumi yang satu ini sebenarnya lebih tepat digolongkan dalam kelompok mtn gunung meletus. Macam Krakatoa East of Java, misalnya. Lagi pula yang dikisahkan adalah memang mengenai meletusnya gunung Vesuvius di Yunani pada tahun 79 (bukan 1979). Akibat getaran dan timbunan lahar panas gunung itulah kemudian yang mengakibatkan hilangnya kota Pompei dari muka bumi. Bagi mereka yang mengikuti perkembangan industri film internasional, soal nama tentulah bukan soal kebetulan. Tahun silam, sebuah produksi Hollywood yang bernama The Earthquake telah menggemparkan dunia. Seperti juga dengan sukses yang dinikmati The Towering Inferno yang melahirkan imitasi The Blazing Tower, kehadiran The Earthquake of Pompei ini rupanya juga tidak bisa dipisahkan dari sukses produksi Hollywood dengan nama mirip itu. Kebiasaan macam ini lama-lama nampaknya memang bukan soal aib dalam kalangan perfilman. Film ini diproduksi dan disutradarai oleh orang Italia. Sutradara Sergio Leone (terkenal lewat sejumlah film Djanggo yang mengorbitkan Client Eastwood bekerja sama dengan sutradara Mario Bonard dalam membuat film ini. Ketika mencari pemain utama pria, pilihan akhirnya jatuh pada Steeve Reeves, bintang film dan bekas juara bina raga. Bisa dibayangkan kombinasi Leone-Reeves ini bakal melahirkan film jenis macam apa. Meskipun dalam kampanyenya yang ditonjolkan adalah pertunjukan kedahsyatan bencana alam, sesungguhnya tontonan ini maunya jauh lebih rumit dari sekedar itu. Letusan gunung yang dahsyat itu bahkan cuma merupakan bagian dari sebuah kisah mengikat tentang nasionalisme orang Yunani penjajahan Romawi dan perjuangan ummat Nasrani yang baru saja ditinggal pergi oleh Yesus. Letusan Vesuvius dan hancurnya kota Pompei -- sembari mempertontonkan kehebatan teknis film -- sebenarnya sekaligus juga mempertunjukkan betapa tidak mampunya sang penulis kisah menemukan penyelesaian bagi konflik yang sedang memuncak dalam film dengan suara sterio ini. Lahar panas dan getaran yang bersumber pada perut Vesuvius mencapai Pompei ketika di arena sejumlah ummat Nasrani sedang berjuang menghindari kematian mereka oleh kuyakan kuku singa, hantaman gadah atau pun tancapan panah algojo. Berlainan dari lazimnya, pengejaran terhadap ummat Nasrani kali ini tidk karena kebencian Kaisar Romawi. Pendudukan Romawi atas Yunani telah menjadi hulu malang penderitaan pengikut Kristus itu. Orang-orang Yunani dipimpin oleh isteri Konsul (Barbara Murray) dan pendeta Agung (Fernando Rey) -- diam-diam mengumpulkan harta untuk suatu kali bisa menyewa tentara bagi pembebasan tanah air mereka. Harta itu mereka kumpulkan lewat perampokan dan pembunuhan, dan pada setiap korban senantiasa ditinggalkan tanda salib, seakan-akan pemeluk agama baru itulah yang berbuat nista. Salah satu korban dari gerakan kaum nasio- nalis Yunani itu adalah ayah Kapten Glauco. Maka keterlibatan sang Kapten (dimainkan oleh Steeve Reeves) bermula pada dendam, kemudian berakhir pala cinta. Glauco jatuh cinta pada Iones (Christine Kauffman), puteri konsul yang terpikat ajaran Kristen. Serupa dengan macam film-film Djanggo -- sedikit peluru membunuh banyak bandit -- karya Leone yang satu ini tidak pula terhindar dari kebiasaan lamanya. Dan jagoan yang bertubuh paripurna itupun menjadi-jadi tingkahnya -- membunuh singa di arena, membinasakan buaya dengan tangan kosong (jelas terlihat buayanya terbuat dari karet), menjebol tembok penjara yang kukuh, dan tentu saja juga membunuh sejumlah orang dengan gampang hingga tontonan dengan pameran otot ini amat mengingatkan kita pada dongengan anak-anak sebelum tidur. Sang lakon tak pantas cacat, tubuh maupun jiwa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus