Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Industri musik EDM (Electronic Dance Music) semakin menggeliat, dengan festival-festival besar yang berhasil menyedot perhatian penggemar dari berbagai penjuru dunia, termasuk tentu saja DWP.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu yang sangat terkenal dan dianggap sebagai yang terbesar di Asia adalah Djakarta Warehouse Project (DWP). Meski DWP dikenal sebagai salah satu festival terbesar di Asia, baru-baru ini, festival ini diterpa isu yang cukup serius.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kasus pemerasan yang dilakukan oknum polisi terhadap pengunjung asal Malaysia di DWP memberi dampak terhadap citra ajang konser tersebut. Akankah DWP tetap menjadi yang terbesar atau adakah yang bisa menggantikannya?
DWP Festival EDM Terbaik se-Asia
DWP merupakan salah satu festival EDM terbesar di Asia Tenggara yang pertama kali diselenggarakan pada 2008. Festival ini selalu berhasil menarik perhatian ribuan pengunjung, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, dengan menampilkan DJ top dunia seperti Calvin Harris, Tiësto, Martin Garrix, hingga Skrillex.
Dikutip dari Antara, DWP dikenal dengan panggung megah yang ikonik. Acara ini pertama kali diselenggarakan sebagai acara klub bernama Blowfish Warehouse Project di Jakarta, yang kemudian berkembang pesat menjadi sebuah festival musik elektronik yang besar.
Pada awalnya, DWP hanya berlangsung satu hari, tetapi seiring dengan pertumbuhannya, acara ini diperpanjang menjadi dua hari pada 2014. Sejak itu, festival ini terus mengalami ekspansi hingga pada 2018, DWP untuk pertama kalinya diadakan selama tiga hari di Bali, merayakan ulang tahunnya yang ke-10.
Festival ini terkenal dengan panggung-panggung megah dan visual yang spektakuler. Salah satu panggung ikonik yang selalu dinanti adalah "Garuda Land", yang terinspirasi oleh lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila. Dengan desain panggung yang kreatif, didukung oleh pyrotechnics dan efek visual yang luar biasa, DWP selalu menghadirkan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengunjungnya.
DWP tidak hanya bertahan dalam industri musik, tetapi terus berinovasi setiap tahunnya. Pada 2020 dan 2021, meskipun dunia sedang dilanda pandemi, DWP berhasil beradaptasi dengan menggelar acara secara virtual. Pada 2022, festival ini kembali ke format offline dan menyambut pengunjung dari 34 negara, mengembalikan atmosfer besar yang dinantikan.
Menampilkan DJ Terkenal Dunia
Salah satu daya tarik utama dari DWP adalah keberagaman musik yang ditawarkan. Tidak hanya berfokus pada satu genre EDM, festival ini mencakup berbagai sub-genre seperti trance, techno, house, bass, dan masih banyak lagi.
Dilansir dari EDM Maniac, hal ini memberi pengalaman yang beragam bagi pengunjung yang memiliki selera musik berbeda. DWP selalu berhasil menggabungkan berbagai elemen musik untuk menciptakan suasana yang dinamis dan penuh energi.
DWP juga telah berhasil menghadirkan banyak DJ papan atas dari seluruh dunia. Sejumlah nama besar seperti Calvin Harris, Tiësto, Martin Garrix, Skrillex, David Guetta, dan Armin van Buuren pernah tampil di festival ini, membuatnya menjadi salah satu festival EDM yang paling dinanti di dunia.
Setiap tahun, DWP menjanjikan line-up yang mengesankan dengan para DJ ternama dan artis elektronik terbaik. Bagi banyak penggemar EDM, DWP adalah kesempatan langka untuk menikmati pertunjukan spektakuler dari DJ kelas dunia tanpa harus meninggalkan Asia.
DWP tidak hanya berfokus pada DJ terkenal, tetapi juga memberikan panggung bagi para DJ dan produser lokal untuk tampil. Festival ini menjadi wadah bagi perkembangan musik elektronik di Indonesia, serta memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk merasakan atmosfer festival kelas dunia.
Selain itu, DWP juga menawarkan pengalaman festival yang lebih dari sekadar musik. Pengunjung dapat menikmati instalasi seni, pasar makanan, serta beragam kegiatan budaya yang memperkaya acara ini. Sebagai festival yang diselenggarakan di Indonesia, DWP juga memanfaatkan budaya lokal untuk memberikan sentuhan khas yang membedakan dari festival musik lainnya di Asia.
Anastasya Lavenia Y turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: