Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Ekspresi pertentangan nilai-nilai

Festival pena tari iii diadakan tim. diikuti oleh berbagai sekolah dan akademi tari. sebuah wadah untuk menampung ekspresi kaum muda.

14 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENARI putri dari Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Surakarta itu mula-mula bergerak lembut, melangkah ke pentas. Mendadak kakinya menyibak kain, dan dengan loncatan besar dia menjelajah ruang. Gerak itulah yang membuat kaget seorang peserta dari Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Surabaya, dalam Festival Penata Tari III, 31 Januari sampai dengan 2 Februari, di Taman Ismail Marzuki. Tak pelak lagi, salah satu contoh kasus tersebut, membuktikan bahwa festival ini memang penting. Misalnya, seperti contoh tersebut, seni tari tradisi Sala yang dikenal sebagai seni tari yang halus, setelah mendapat sentuhan anak-anak mudanya mengalami perubahan yang bisa membuat rasa risih bagi mereka yang kurang lapang dada. Sementara bayangan orang di luar Sala tentang seni tari Sala masih berkisar pada Tari Srimpi. Dan harus dipuji, bahwa sejak festival ini diadakan pertama kalinya, tiga tahun yang lalu, sampai kini tetap mampu menyiratkan kegairahan dan kebebasan kreatif. Pantas dicatat predikat 'muda' dalam festival ini lebih merupakan predikat untuk menandai, bahwa mereka itu jarang tampil di depan khalayak nasional. Atau, masih baru menampilkan beberapa ciptaan saja. Dalam soal kualitas, belum tentu mereka kalah dengan penata tari yang telah kesohor. Boleh dikata segenap penata tari yang ikut ambil bagian berlatar belakang seni tari tradisi. Karena itu kita harus hati-hati dalam menilai. Harus diingat, di balik karya yang aneh-aneh itu, yang sering menerjang kaidah seni tradisi yang sudah mapan, sedang terjadi sesuatu. Para pencipta tari itu bisa dilihat sebagai wakil dari pergulatan yang sedang terjadi dalam diri anak-anak muda. Biasanya mereka adalah seniman tari tradisi terbaik dari lingkungannya, yang kemudian menunjukkan arah perkembangan yang tidak lagi sekedar gerak tangan lembut atau langkah berirama. Lebih kurang karya cipta mereka merupakan hasil pertarungan antara ikatan nilai-nilai tradisi dan tawaran kebebasan 'zaman modern'. Tapi anehnya, hal itu tak begitu terasa di daerah masing-masing. Di Sala, misalnya, perkembangan semacam yang ditunjukkan ASKI Sala itu bisa disambut 'lemparan telur busuk'. Maka festival ini pun bisa dilihat, dan karenanya menjadi penting, sebagai wadah dan saksi satu-satunya dari ekspresi nilai-nilai yang diam-diam tersimpan dalam kegelisahan banyak anak muda di daerah. Tapi tentu saja masing-masing daerah memperlihatkan kadar perkembangan sendiri. Meski mereka, para penata tari muda itu dan juga penari-penarinya, bisa saja berasal dari daerah yang sama, dan mempunyai basis seni tari tradisi yang sama pula. Lihat saja, bagaimana mereka yang dari daerah merasa terganggu dengan lampu-lampu disko, yang memang tak dijumpai dalam teater tradisional. Sementara teman-teman mereka yang telah lama bermukim di Jakarta, lampu disko sudah menjadi bagian dari permainan mereka. Seperti juga mereka tak lagi berpikir betapa sesaknya rongga dada mereka dengan asap dan debu dari jutaan knalpot yang menyembur ke dalam udara Jakarta. Maka satu penilaian yang mencoba mencari keutuhan dan kadar tradisinya, ketrampilan tekniknya, kecocokan temanya atau ketepatan iringan instrumennya, agaknya kurang tepat. Yang terlebih perlu diperhatikan dan dipertahankan adalah adanya jaminan bahwa forum Festival Penata Tari Muda ini tetap berlanjut. Dan kemudian diperlukan kerendahan hati untuk secara lebih saksama membaca gejala dan mampu menimba pelajaran dari mereka yang sering, oleh para seniman senior, disebut sebagai 'baru mencari bentuk' atau baru mencapai tahap embrio saja, alias belum berkembang. Justru, mereka, dalam ciptaannya, sering telah menjawab tantangan zaman yang kita sendiri tak peka menangkapnya. Sardono W. Kusumo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus